Selasa, 29 September 2015

Variabel, Hipotesis dan Definisi Operasional



BAB I
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan perencaan dimulai dengan megadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Secara umum desain atau metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat di uji melalui pengujian reliabilitas dan obyeksitas. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka. Angka-angka tersebut digunakan sebagai representasi dari informasi yang didapatkan dalam penelitian.
Data yang didapatkan selama penelitian disajikan dalam bentuk angka, statistik dan sebagainya yang kemudian dianalisa dan disimpulkan. Jadi penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bersifat deduktif, yakni dari khusus ke umum atau bersifat menggenaralisasi data-data yang didapatkan di lapangan kepada sebuah kesimpulan umum.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Pengertian Variabel?
b.      Apa Pengertian Hipotesis?
c.       Apa Pengertian Definisi Operasional?
C.     Tujuan
a.       Mengetahui tentang Variabel
b.      Mengetahui tentang Hipotesis
c.       Mengetahui tentang Definisi Operasional














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Moh. Nazir). Dengan demikian, variabel adalah merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Variabel penelitian adalah suatu objek, sifat, atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari, dicermati dan ditarik kesimpulan.
Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
a.       Variabel Independen:  variabel ini sering disebut sebagai variabel stimutus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b.      Variabel Dependen: sering disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
c.       Variabel Moderator: variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke dua. Hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan, dan fihak ke tiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan produktivitas kerja akan semakin kuat bila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan pemimpin kurang baik dalam menciptakan iklim kerja.
d.      Variabel intervening: dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “ An intervening variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate”. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dana dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
e.       Variabel kontrol: variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

B.     Hipotesis
a.       Definisi Hipotesis
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.
Trelease (1960)[1] memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati”. Sedangkan Good dan Scates (1954) serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya”.[2] Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.
Hipotesis amat berguna dalam penelitiaan. Tanpa antisipasi terhadap alam ataupun tanpa hipotesis, tidak akan ada progress dalam wawasan atau pengertian ilmiah dalam mengumpulkan fakta empiris. Tanpa ide yang membimbing, maka sulit dicari fakta-fakta yang ingin dikumpulkan dan sukar menentukan mana yang relevan mana yang tidak.
b.      Manfaat hipotesis
a.       Menjelaskan masalah penelitian
b.      Menjelaskan variabel-variabel yang akan diuji
c.       Pedoman untuk memilih metode analisis data
d.      Dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut:
a)      Pengamatan yang tajam dari si peneliti.
b)      Imajinasi serta pemikiran kreatif dari si peneliti.
c)      Kerangka analisis yang digunakan oleh si peneliti.
d)     Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh si peneliti.
      Sudah terang, bagi peneitian yang tidak menggunakan hipotesis, hipotesis tidak berguna sama sekali.
c.       Ciri-ciri Hipotesis
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri berikut:
a.       Hipotesis harus menyatakan hubungan.
b.      Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c.       Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan.
d.      Hipotesis harus dapat diuji.
e.       Hipotesis harus sederhana.
f.       Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan-hubungan antarvariabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel-variabel yang dapat di ukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah.
Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakannnya harus cocok dengan fakta.
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama sekali.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal yang tidak relevan ke dalam hipotesis.
Hipotesis juga harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta ketrampilan menguji dari si peneliti.
Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana.
d.      Jenis-jenis hipotesis
Hipotesis, yang isi dan rumusannya bermacam-macam, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut:
      1)            Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
      2)            Hipotesis kerja vs hipotesis nul.
      3)            Hipotesis common sense dan ideal.
e.       Hipotesis hubungan dan perbedaan
Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan sementara yang diberikan adalah hubungan ataukah perbedaan. Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi. Sebaliknya, hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian yang komparatif. Hipotesis tentang hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini, secara analitis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat yang lain.
f.       Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Dengan melihat cara seorang peneliti menyusun pernyataan dalam hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara hipotesis kerja dan nul. Hipotesis nul yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistika fisher, diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk:
“tidak ada beda antara ... dengan ...” hipotesis nul juga ditulis dalam bentuk “... tidak mem....”
Hipotess nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Seperti di atas, hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis nul, maka kita menerima hipotesis alternatif. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam peneitian eksperimental. Akhir- akhir ini hipotesis nul digunakan dalam penelitian sosial, seperti penelitian di bidang sosiologi, pendidikan dan lain-lain.
Hipotesis kerja dilain pihak, mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif didalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan sebagai berikut:
           “Andaikata ..., maka ....”
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang moneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, si peneliti dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memecahkan masalah penelitiannya.
g.      Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang adil dan pemikiran bersahaja dan cammon sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya, hipotesis sederhana tentang produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis penumpukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam industri, dan sebagainya. Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengamalan empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, kita mempunyai suatu hipotesis ideal tentang keseragaman empiris dan hubungan antar daerah, jenis tanah, luas garapan, jenis pupuk, dan sebagainya. Misalnya, tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A* dan jenis tanaman B dengan jenis tanah B*. Jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya dengan mencari hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesis analitis.[3]
C.     Pengertian Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penentuan contruct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construk yang lebih baik.
Variabel-variabel penelitian sebenarnya merupakan kumpulan konsep mengenal fenomena yang diteliti. Pada umumnya, karena rumusan variabel itu masih bersifat konseptual, maka maknanya masih sangat abstrak walaupun mungkin secara intuitif sudah dapat dipahami maksudnya. Dalam pelaksanaan penelitian, batasan atau definisi suatu variabel tidak dapat dibiarkan ambiguous, yakni memiliki makna ganda, atau tidak menunjukkan indikator yang jelas. Hal itu disebabkan data mengenai variabel yang bersangkutan akan diambil lewat suatu prosedur pengukuran sedangkan pengukuran yang valid hanya dapat dilakukan terhadap atribut yang sudah didefinisikan secara tegas dan operasional. Variabel yang masih berupa konsep teoritis, belum dapat diukur.
Bayangkan suatu konsep yang sudah sangat kita kenal, misalkan “miskin”. Setiap orang boleh dikatakan mengetahui dengan baik apa yang dimaksudkan dengan keadaan miskin dalam komunikasi sehari-hari. Seseorang yang mengatakan bahwa si A adalah miskin langsung dapat kita fahami maksudnya, begitu pula orang yang mengatakan bahwa si B tidak miskin. Masalahnya jadi lain apabila kemudian konsep “miskin” tersebut kita bawa kedalam penelitian ilmiah. Sewaktu kita akan meletakkan seseorang kedalam kategori miskin tentu kita tidak dapat mengikuti saja pengakuannya atau perkiraan kita saja. Kita tidak dapat mengatakan seseorang itu hanya karena melihat ia berpakaian murah, karena pakaian murah dapat saja menjadi indikator kesederhanaan. Kita juga tidak dapat mengatakan seseorang itu miskin dengan mengetahui bahwa ia hanya membeli makan yang murah karena membeli makan yang murah mungkin saja tanda bahwa ia seorang yang hemat atau seorang yang kikir. Kalaupun kita mengetahui berapa banyak harta yang dimiliki oleh seseorang, maka konsep miskin (dan lawannya, yaitu tidak miskin) tidak langsung dapat diterapkan pada kondisi orang tersebut. Mengapa? Karena miskin itu relatif dan tergantung pada norma dan kriteria mana yang digunakan.
Contoh lain konsep mengenai “berani” merupakan satu karakter yang sangat kabur kriterianya. Kapan kita mengatakan seseorang berani dan kapan kita mengatakannya tidak berani? Setiap orang tentu memiliki kriteria subjektifnya masing-masing sesuai dengan apa konsepnya mengenai karakter berani termaksud.
Penelitian ilmiah tentu tidak dapat didasarkan pada konsep yang bermakna ganda, yang terbuka pada penafsiran subjektif setiap orang. Sifat ilmiah menuntut pengertian objektif yang paling tidak harus merupakan kesepakatan bersama mengenai makna sesuatu.
Pada saat itulah kita memerlukan suatu definisi yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif bilamana indikator variabel yang bersangkutan tersebut tampak, yang dinamakan definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Proses pengubahan definisi konseptual yang lebih menekankan kriteria hipotetik menjadi definisi operasional disebut dengan operasionalisasi variabel penelitian.
Suatu konsep mengenai variabel yang sama dapat saja memiliki definisi operasional yang lebih dari satu dan berbeda-beda antara penelitian yang satu dan yang lainnya. Jadi, suatu definisi operasional haruslah memiliki keunikan. Penelitilah yang memilih dan menentukan definisi operasional yang paling relevan bagi variabel yang ditelitinya. Berikut diuraikan beberapa diantara banyak cara untuk merumuskan definisi operasional (Tuckman, 1978).
a)      Definisi operasional dapat dirumuskan berdasarkan proses apa yang harus dilakukan agar variabel yang didefinisikan itu terjadi. Sebagai contoh, variabel “Kecemasan” dapat dioperasionalkan sebagai suatu keadaan akibat subjek dihadapkan pada ancaman keselamatan. Variabel “Lapar” dioperasionalkan sebagai suatu keadaan bilamana subjek tidak diperbolehkan makan apapun juga selama lebih dari 10 jam. “Eksposi yang lama terhadap film kekerasan” dioperasionalkan sebagai situasi dimana subjek menonton hanya film-film kekerasan setiap hari untuk jangka waktu lebih dari enam bulan.
Karena terbentuknya definisi operasional tergantung pada manipulasi atau proses yang menyebabkan timbulnya variabel yang bersangkutan maka cara definisi tipe ini sangat cocok untuk mengoperasionalkan variabel bebas.
b)      Definisi operasional dibuat berdasarkan bagaimana cara kerja variabel yang bersangkutan, yaitu apa yang menjadi sifat dinamiknya manusia diperlihatkan dalam bentuk perilaku, oleh karena itu operasionalisasi dengan cara ini menggambarkan tipe manusia berdasarkan perilaku yang nyata dan dapat diamati yang berkaitan dengan tipe atau keadaan orang yang bersangkutan. Sebagai contoh, konsep mengenal orang yang “cerdas” dioperasionalkan sebagai orang yang “berhasil menjawab lebih dari 75% soal pada suatu tes kemampuan umum”. Orang yang “rajin” dioperasional sebagai orang yang “datang kuliah dengan frekuensi bolos tidak lebih dari pada tiga kali dalam satu semester”.
Dikarenakan cara pendefinisian variabel didasarkan pada sifat dinamis yang ada pada subjeknya, maka cara operasionalisasi seperti ini sangat cocok untuk mendefinisikan variabel tergantung.
c)      Definisi operasional dibuat berdasarkan kriteria pengukuran yang diterapkan pada variabel yang didefinisikan. Dalam hal ini angka atau skor pada alat ukur dianggap representasi dari konsep mengenai variabel yang diukur. Sebagai contoh, variabel “Kecerdasan” yang secara konseptual memiliki banyak sekali definisi dapat dioperasionalkan sebagai IQ pada skala WAIS, atau dioperasionalkan sebagai angka yang diperoleh pada tes SPM. Demikianlah beberapa cara melakukan identifikasi variabel dan merumuskan definisi operasionalnya.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Variabel adalah merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Variabel penelitian adalah suatu objek, sifat, atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari, dicermati dan ditarik kesimpulan.
2.      Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks
3.      Definisi operasional adalah penentuan contruct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construk yang lebih baik
 DAFTAR PUSTAKA
Gusti maha putri, http://gustimahaputri.blogspot.co.id/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html kamis, 24 September 2015, pukul 4:26 WIB
Good and D.E Scates. Amethods of Research Educational, Psychological, Sosiological. Appleton-Century- Crofts. London. 1954.
Morgono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Galia Indonesia.
S.F. Trelease. How to Write Scientific and Technical Papers, The Williams & Wilkins Co., Baltimore. 1960. p. 44
Saifuddin Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Sugiyono , 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta




[1] S.F. Trelease, How to Write Scientific and Technical Papers, The Williams & Wilkins Co., Baltimore, 1960, p. 44
[2] C.V. Good and D.E Scates. Amethods of Research Educational, Psychological, Sosiological. Appleton-Century- Crofts, London, 1954.
[3] Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Galia Indonesia. 2011.) hal 151-154

[4] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004), hal 72.