Senin, 28 September 2015

Pengertian landasan kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiayan pendidikan .mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan . penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat , yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam . penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri . dengan sendirinya, akan berakibat pula dengan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini terdapat empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum , yaitu : filosofis, psikologis, social-budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2  Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian landasan filosofis kurikulum ?
2. Bagaimana pengertian landasan psikologis kurikulum ?
3. Bagaimana pengertian landasan social-budaya kurikulum ?
4. Bagaimana pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi kurikulum ?
1.3  Tujuan
1. Mengetahui pengertian landasan filosofis
2. Mengetahui pengertian landasan psikologis
3. Mengetahui pengertian landasan social-budaya
4. Mengetahui pengertian landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1        Pengertian Landasan Filosofis
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu phisolophia (philore = cinta, senang, suka, dan Sophia = kebaikan atau kebenaran). Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang berfilsafat adal orang yang senag akan kebenaran. Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), failasuf (Arab), dan filsuf (Indonesia). Dengan demikian , filsuf adalah orang yang suka akan kebenaran, berusaha untuk mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Meskipun demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran relatif.Artinya, kebenaran itu selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman dan peradapan manusia.Menurut Plato dan Aristoteles, pernyataan yang dianggap benar itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya.Kebenaran ini berarti juga kebenaran relatif sebab bergantung pada faktor ruang dan waktu.
Adapun filsafat yang khusus digunakan atau diterapkan dalam bidang pendidikan disebut filsafat pendidikan. Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia. Dengan demikian, objek pendidikan yang paling utama dan pertama adalah manusia.Objek filsafat juga adalah manusia.Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah semua permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya. Hal ini juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan, sedangkan secara khusus, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi : (a) hakikat pendidikan, (b) hakikat manusia, (c) hubungan antara filsafat, manusia, pendidikan, agama dan kebudayaan, (d) hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan, (e) hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan, dan sistem pendidikan, (f) sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan. Dengan demikian, ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua upaya manusia untuk memahami hakikat pendidikan, bagaimana melaksanakan pendidikan, dan bagaimana upaya mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu dan filsafat merupakan dua hal yang berbeda, tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat, saling mengisi, dan saling melengkapi.
Perbedaan Ilmu dan Filsafat
Aspek-aspek
Ilmu
Filsafat
Tujuan
Mengetahui sebab-akibat
Komprehensif dan ideal
Pendekatan
Deskriptif-analitik
Tidak terikat ruang dan waktu
Sifat kajian
-Objektif

-Apa yang terjadi
-Subjektif

-Apa yang seharusnya terjadi


Kebenaran
Positif
Spekulasi-relatif
Objek material
Gejala alam-sebagian
Segala yang ada dan yang mungkin ada
Objek formal
Ingin tahu sampai batas gejala itu dapat diteliti
Ingin tahu sedalam-dalamnya
.Setiap Negara tentu memiliki filsafat yang berbeda.Artinya, landasan filosofis dan tujuan pendidikannya juga berbeda. Di Indonesia, landasan filosofis pengembangan system pendidikan nasional secara formal adalah pancasila yang terdiri atas lima sila, yaitu :a. ) Ketuhanan Yang Maha Esa, b.)Kemanusiaan yang adil dan beradab, c.)Persatuan Indonesia, d.)Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan e.)Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Implikasinya bagi pengembang kurikulum adalah : a) nilai-nilai pancasila harus dipelajari secara mendalam dan komprehensif sesuai dengan sifat kajian filsafat, baik dari segi ontology, epistemology, dan aksiologi. b) kelima sila tersebut berisi nilai-nilai moral yang luhur sebagai dasar dan sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan pada setiap tingkatan, memilih dan mengembangkan isi/bahan kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan system evaluasi.
Tujuan menjadi faktor penting dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya memberikan arah kemana kurikulum harus dituju melainkan juga sebagai acuan dan gambaran dalam memilih dan menentukan isi/materi, proses pembelajaran, dan system evaluasi. Selanjutnya, akan dijelaskan secara singkat tentang kelima sila dalam pancasila dalam perspektif ontology, epistemology, dan aksiologi sebagai berikut :
1.      Ontology
a.       Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lain, diharapkan setiap manusia beriman dan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu menjalankan perintah-nya dan menjauhi larangan-Nya, menghormati antar pemeluk agama tidak memanksakan suatu agama kepada agama lain.
b.      Kemanusiaan yang adil dan beradap
Pendidikan tidak membedakan usia, agama, serta tingkat social dalam menuntut ilmu. Manusia Pancasila harus menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, hingga mampu bersikap adil dan beradapdalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
c.       Persatuan Indonesia
Melalui persatuan dan lesatuan yang kuat, rakyat Indonesia dapat menikmatialam dan kemerdekaan.Cinta terhapadap bagsa yang berlandaskan Pancasilaakan menghapus menghapus suku agama dan ras, warna kulit dan lain-lain yang dapat menimbulkan perpecahan sektoral.
d.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan dalam permusyawaratan perwakilan.
Sila menunjukan demokrasi diman hakikat ada di tangan rakyat.Dalam filsafat pendidikan hal ini dikenal dengan aliran progessivisme.UUD juga mengamanatkan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun tulis. Dengan demikian, untuk mengembangkan sebuah kurikulum diperlukan ide ide cemerlang dari orang lain.
e.       Keadilan sosial  bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam sila ke lima ini, Dalam pendidikan, adil dalam mencakup selurih aspek kehidupan anak, oleh karena itu dalam struktur kurikulum harus ada materi yang mengandung unsur agama, pengetahuan umum dan pengetahuan alam, pengetahuan social dan teknologi, bahasa dan unsur unsur lain yang relevan serta memang yang dibutukan oleh anak dalam kehidupannya kelak. Guru harus adil dalam memberikan nilai kepada peserta didik.
2.      Epistimologi
a.       Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya melalui perjuangan rakyat.Melalui Pancasila kita dapat mengetahui apakah ilmu itu dapat diperoleh melalui rasio atau datang dari tuhan.
b.      Kemanusian yang adil dan beradap
Pada dasarnya manusia merupakan subjek yang potensial dan aktif, tahu atas eksistensi diri dan dunia.Seorang guru tidak boleh memonopoli kebenaran.Pengetahuan  yang dimiliki seseorang menunjukan kualitas dan martabat  kepribadiannya.


c.       Persatuan Indonesia
Proses terbentukannya pengetahuan manusia merupakan hasil hubungan dengan lingkungan. Misalnya sosiologi yang mempelajari hungan antar sesame manusia.Oleh karena itu hubungan itu berlandaskan Pancasila.
d.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai pemimpin di dunia ini untuk memakmurkan umat manusia. Guru juga adalah seorang pemimpin, karena itu ia haruslah belajar ilmu keguruan agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara bijak.
e.       Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Adil dapat diartikan ‘’seimbang’’antara ilmu akhirat dan  ilmu dunianya.  Progam pendidikan harus diupayakan untuk mengentaskan kemiskinan .
3.      Aksiologi
a.       Ketuhana Yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan nilai yang paling esensial dalam ajaran Islam.Dalam kurikulum formal di Indonesia diberikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b.      Kemanusiaan yang adil dan beadab
Setiap peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran diperlukan sama tanpa membedakan keturunan, ras, dan status sosial karena dalam Pancasila mereka sama.
c.       Persatuan Indonesia
Negara Indonesia adalah Negara Pancasila yang selalu mengajarkan kepada rakyatnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan.Maka, peserta didik yang sedang melakukan kegiatan belajar.Ia harus menyatukan seluruh fikirannya, fisik dan mentalnya, sikap dan motivasinya, dan lain-lain sehingga bisa mencapai tujuan belajar yang sesungguhnya.
d.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Semua persoalan selalu dimusyawarahkan secara bijak dan penuh tanggung jawab, karena setiap tindakan dan ucapan akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
e.       Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila ini mengandung nilai yang luas, antara lain menghormati hak orang lain, suka memberi pertolongan, bersikap hemat, suka bekerja, menghargai karya orang lain, mewujudkan pembangunan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai ini sudah tertanam sejak manusia ada di bumi Indonesia.
2.2        Landasan Psikologis
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis individu yang terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntut peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar atau sering disebut proses belajar. Dalam pembelajaran juga terjadi interaksi yang bersifat multi arah antara peserta didik dengan pendidik (guru). Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum diperlukan dua landasan psikologi,yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Kedua landasan ini dianggap penting terutama dalam meilih dan menyusun isi kurikulum, proses pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan.
1.      Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan belajar .pengertian belajar banyak ragamnya, bergantung pada teori belajar yang dianut . namun demikian , secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan , sikap atau nilai-nilai
Teori Disiplin- Mental
Teori ini juga sering disebut teori daya.Asumsinya adalah setiap manusia memiliki berbagai daya, seperti daya melihat, meraba, mengingat dan berpikir.Daya-daya tersebut dapat dilatih atau didisplinkan sehingga dapat berfungsi atau digunakan untuk berbagai bidang pengetahuam.Untuk itu, perlu adanya transfer.Belajar bukan untuk menguasai bahan/materi melainkan pengaruh atau nilai latihan daya.Menurut morris L. Bridge dan Maurice P. Hunt dalam nana sy. Sukmadinata (2005) ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental, yaitu :
a.       Teori mental theistic , yang berasal dari psiokologi daya . setiap anak memiliki daya-daya yang dapat dilatih dan dikembangkan.
b.      Teori disiplin mental humanistic , yang bersumber dari psikologi humanisme klasikplato dan aristoteles . teori ini lebih menekankan keseluruhan dan keutuhan melalui pendidikan umum.
c.       Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self-actualization, yang bersumber dari psikologi naturalisme – romantik .anak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri.
d.      Apersepsi atau herbartisme, yang bersumber dari psikologi strukturalisme dengan tokoh utamanya herbart. Belajar adalah membentuk massa apersepsi yang akan digunakan untuk menguasai pengetahuan selanjutnya.
Implikasinya adalah isi kurikulum harus ada mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia.Kurikulum disusun untuk semua peserta didik tanpa memperhatikan kepentingan dan kebutuhan.


Teori Behaviorisme
Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dengan respons.Kuat dan tidaknya hubungan sangat bergantung pada latihan yang dilakukan.Beberapa prinsip belajar menurut teori asosiasi , antara lain :
a.       Belajar bersifat mekanisits karena menggunakan latihan dan ulangan. b) Proses belajar memerlukan kondidi tertentu dan reinforcement. c) Perbedaan individual tidak begitu dipentingkan. d) Kebebasan berpikir kurang dikembangkan. e)Mengutamakan penguasaan bahan. f)Transfer sangat terbatas . g)Proses belajar berifat ilmiah. h)Hasil belajar dibatasi pada hal-hal yang dapat diamati. I) Bahan pelajaran harus sesuai dengan kehidupan sehari-hari .implikasinya adalah kurikulum harus mengandung mata pelajaran yang berisi pengetahuan yang luas.
Teori gestalt
Teori ini juga disebut teori lapangan (field theory) dengan tokoh utamanya kurt lewin. Asumsinya adalah keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian. Belajar adalah proses mengembangkan insight. Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan , eksploratif, imajinatif dan kreaatif. Prinsip-prinsip belajar menurut teori gestalt, antara lain : a) bahan pelajaran disajikan dalam bentuk masalah yang sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik , b) mengutamakan proses untuk memecahkan masalah , c) belajar dimulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian, d) belajar memerlukan insight atau pemahaman , dan e) belajar memerlukan reorganisasi penglaman yang continue . implikasinya adalah kurikulum harus disusun secara keseluruhan (teori dan praktik) sehhingga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulkan insight peserta didik.


2.      Psikologi Perkembangan
Tujuan akhir pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia-manusia terdidik.Asumsinya, peserta didik dapat dibimbing, dilatih, dan dididik.untuk menjadi manusia terdidik tentu peserta didik tidak dapat hanya mengikuti pendidikan formal saja melainkan harus ditopang dengan pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Tidak hanya mempelajari pendidikan umum saja melainkan pendidikan agama,pendidikan kejuruan , pendidikan teknologi , pendidikan bahasa dan seni, pendidikan humaniora dan lain-lain sesuai dengan aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional .
2.3        Landasan Sosiologis
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat.Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik kembali ke masyarakat tentu ia harus dibekali dengan sejumlah kompetensi, sehingga ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperoleh peserta didikmelalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah.Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut diorganisasi dalam pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan kurikulum.Berdasarkan alur pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan mayarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat.      Dalam perspektif sosiologi, banyak ditemui pengertian pendidikan. Durkheim, misalnya, mengemukakan pendidikan adalah proses memengaruhi, yang dilakukan oleh generasi orang dewasa kepada mereka yang belum siap untuk melakukan fungsi-fungsi sosial. Sasarannya adalah melahirkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelek dan watak sesuaiu dengan tuntutan masyarakat (Ballatine, 1985).pengertian ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga kecakapan atau keterampilan, sikap dan nilai-nilai serta tanggung jawab peserta didik dalam menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam kurikulum 1984 dan kurikulum 1994, dikembangkan sebuah konsep yang disebut dengan muatan local (local content) kemudian disempurnakan lagi dalam kurikulum 2004 yang disebut dengan kecakapan hidup (life skills). Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum di Indonesia berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Masyarakat sebagai Suatu Sistem
Pada dasarnya masyarakat adalah sebuah sistem yang memiliki tiga subsistem, yaitu subsistem budaya (cultural system), subsistem sosial (social system), dan subsystem kepribadian (personality system). Sistem budaya berisi nilai-nilai, norma, pengetauan dan kepercayaan atau keyakinan hidup yang dianut bersama (shared). Dalam sistem sosial terdapat struktur peran, yaitu perilaku yang diharapkan akan dilakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya (role expectation). Sosiologi mengenal dua kategori status sosial, yaitu (a) ascribed status, yaiu status yang diperoleh sejak lahir atau sebagai akibat perkembangan usia. (b) achived status, yaitu status yang diperoleh karena hasil usaha orang yang bersangkutan.
Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus memperhatikan nilai-nilai, norma, pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan yang ada dalam masyarakat. Tidak hanya itu, pengembangan kurikulum juga harus mempertimbangkan bentuk perilaku seseorang berdasarkan statussosialnya dan karakteristik kepribadian manusia modern.


Pendidikan sebagai Pranata Sosial
Pranata dapat diartikan sebagai lembaga (intitution).Pendidikan sebagai pranata sisoal berarti pendidikan sebagai lembaga sosial.Sementara itu, Koentjaraningrat (1974) ‘’menjelaskan pranata sosial berkaitan dengan peralatan dan manusia yang melaksanakan peran tersebut.kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem terdiri atas berbagai pranata sosial yang merupakan subsistem-subsistem kehidupan. Subsistem-subsistem tersebut dapat berperan juga sebagai sistem yang juga memiliki seperangkat subsitem’’. Antara subsistem pendidikan dengan subsistem yang lain terdapat hubungan yang sangat erat dan mendasar. Oleh sebab itu, prndidikan sebagai pranata sosial dan kurikulum senagai alatnya harus dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai kehidupan di masyarakat.
Pendidikan dan Kehidupan Ekonomi.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kehidupan ekonomi.Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat kehidupan ekonomi.persoalannya adalah variabel mana yang paling muncul terlebih dahulu, apakah variabel perkembangan pendidikan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi ataukah sebaliknya. Banyak bukti kuat yang menunjukkan antara kedua variabel tersebut terdapat hubungan yang saling memengaruhi.Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pendidikan diLingkungan Keluarga
Para ahli pendidikan kontemporer mengakui bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education), mulai dari bayi sampai akhir hayat.Para ahli pendidikan juga mengakui peran penting pendidian formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.Hal ini sejalan juga dengan tujuan pendidikan, yaituuntuk membentuk pribadi yang terintegrasi dan holistik sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan. Hasil dari suatu proses pendidikan, di manapun tempatnya, harus mencakup domain kognitif, afektif dan pikomotor.        Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama anatara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.keluarga merupakan unit sosial terkecil tetapi bersifat universal.Makudnya, keluarga terdapat di mayarakat mana pun yang ada di dunia ini.   Goerge Peter Murdock mengemukakan empat fungsi keluarga yang bersifat universal, yaitu (a) sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara laki-laki dengan wanita yang terikat oleh perkawinan. (b) mengembangkan keturunan, (c) melaksanakan pendidikan, dan (d) sebagai satuan ekonomi. Keempat fungsi ini harus berada dalam stu kesatuan yang utuh, dalam suatu keluarga dan merupakan kriteria pembeda antara keluarga dengan unit-unit sosial lainnya
Uraian di atas mengandung sejumlah implikasi terhadap pengembangan kurikulum.Pertama, pengembangan kurikulum harus memperhatikan unsur-unsur pendidikan informal, seperti peran orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Kedua, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan kepentingan peserta didik pada masa yang akan datang, antara lain sebagai calon ayah atau ibu yang mendidik putra-putrinya. Ketiga, pengembangan kurikulum harus dapat membekali kemampuan yang cukup kepada peserta didik agar ia menyadari sepenuhnya peran penting sebagai orang tua dalam mendidik putra-putrinya.
2.4        Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pada awal pembahasan topic ini, penulis ingin mengajak memahami terlebih dahulu pengertian beberapa istilah yang berkaitan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu teori, ilmu, pengetahuan, dan teknologi.Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan. Menurut Beauchamp (1975), suatu teori mempunyai tiga ciri pokok yaiutu pernyataan yang bersifat memadukan, dan pernyataan yang bersifat meramalkan (predictive statements). Dengan demikian fungsi teori adalah mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan memadukan.Suatu teori terdiri atas dua jenis, yaitu teori deskriptif dan teori preskriptif.Teori deskriptif mengandung sejumlah proposisi yang berhubungan secara logis.Dari proposisi tersebut diturunkan deduktif informasi-informasi baru dan merumuskan hubungan antar berbagai hal.
   Kata “ilmu” berasal dari bahasa arab (‘alama) yang berarti pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, kata “ilmu” sering diidentikkan denga sains (science) yang berarti ilmu, bahkan sering disatukan dengan kata “pengetahuan” menjadi ilmu pengetahuan. Pada awalnya, manusia mencari pengetahuan berdasarkan fakta sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Dalam perkembangannya teori dan fakta tersebut digunakan juga untuk memahami fenomena lain yang didukung oleh sebuah pemgalaman. Akhirnya, menjadi pengetahuan logis dan sistematis.Inilah yang disebut ilmu pengetahuan (science).
   Tekonologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan (technology is application of science). Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia.Salah satu indikator kemajuan peradapan manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang keilmuan.Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efekti, efisien, dan sinergis terhadap pola prilaku manusia.          Ilmu dan teknologi terbentuk karena adanya karya-karya pikir manusia.Melihat sifatnya yang lebih objektf dalam menanggapi fenomena-fenomena alam.Oleh karna itu, ilmu penegtahuan dan teknologi cepat menyebar luas, terutama segi-segi yang sangat terasa kegunaannya dan dapat langsung digunakan.
   Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk teknologi dalam pendidikan, seperti computer, internet, dan mesin hitung.Apalagi dengan adanya otonomi daerah, beberapa produk teknologi canggi sudah masuk dan dapat digunakan masyarakat daerah dan bahkan sampai di pedesaan.Jadi, dilihat dari pemanfaatan teknologi.Sampai saat ini masyarakat Indonesia sudah mengalami perkembangan yang menggembirakan.           Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan  kemampuan berfikir peserta didik untuk dapat menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Landasan Pengembangan Filosofis ,Implikasinya bagi pengembang kurikulum adalah : a) nilai-nilai pancasila harus dipelajari secara mendalam dan komprehensif sesuai dengan sifat kajian filsafat, baik dari segi ontology, epistemology, dan aksiologi. b) kelima sila tersebut berisi nilai-nilai moral yang luhur sebagai dasar dan sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan pada setiap tingkatan, memilih dan mengembangkan isi/bahan kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan system evaluasi.
2.      Landasan Pengembangan Psikologis, terdapat dua pembahasan yaitu pada psikologi belajar dan psikologi perkembangan.Psikologi belajar yakni Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan belajar .pengertian belajar banyak ragamnya, bergantung pada teori belajar yang dianut. Psikologi perkembangan yakni Tujuan akhir pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia-manusia terdidik.Asumsinya, peserta didik dapat dibimbing, dilatih, dan dididik.untuk menjadi manusia terdidik.
3.      Landasan Pengembangan Sosiologis, Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat.
4.      Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan  kemampuan berfikir peserta didik untuk dapat menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya
Munir, 2010 .Kurikulum Berbasis Teknologi Infdormasi dan Komunikasi.Bandung: Alfabeta
Nasution, 2006.Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta : Bumi Aksara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar