BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiayan pendidikan .mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan . penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat ,
yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam .
penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri . dengan sendirinya,
akan berakibat pula dengan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini
terdapat empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum , yaitu : filosofis,
psikologis, social-budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian landasan filosofis kurikulum ?
2. Bagaimana pengertian landasan psikologis kurikulum ?
3. Bagaimana pengertian landasan social-budaya kurikulum ?
4. Bagaimana pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi kurikulum ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui pengertian landasan filosofis
2. Mengetahui pengertian landasan psikologis
3. Mengetahui pengertian landasan social-budaya
4. Mengetahui pengertian landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Landasan Filosofis
Kata filsafat
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu phisolophia (philore =
cinta, senang, suka, dan Sophia = kebaikan atau kebenaran). Menurut asal
katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang berfilsafat adal
orang yang senag akan kebenaran. Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher
(Inggris), failasuf (Arab), dan filsuf (Indonesia). Dengan
demikian , filsuf adalah orang yang suka akan kebenaran, berusaha untuk
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Meskipun demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran
relatif.Artinya, kebenaran itu selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan zaman dan peradapan manusia.Menurut Plato dan Aristoteles,
pernyataan yang dianggap benar itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya.Kebenaran ini berarti juga kebenaran relatif sebab
bergantung pada faktor ruang dan waktu.
Adapun filsafat
yang khusus digunakan atau diterapkan dalam bidang pendidikan disebut filsafat
pendidikan. Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia. Dengan demikian,
objek pendidikan yang paling utama dan pertama adalah manusia.Objek filsafat
juga adalah manusia.Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah semua
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya. Hal ini juga
merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan, sedangkan secara khusus, ruang
lingkup filsafat pendidikan meliputi : (a) hakikat pendidikan, (b) hakikat
manusia, (c) hubungan antara filsafat, manusia, pendidikan, agama dan
kebudayaan, (d) hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan, (e) hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan, dan
sistem pendidikan, (f) sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan. Dengan demikian, ruang lingkup filsafat pendidikan
adalah semua upaya manusia untuk memahami hakikat pendidikan, bagaimana
melaksanakan pendidikan, dan bagaimana upaya mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu dan
filsafat merupakan dua hal yang berbeda, tetapi mempunyai hubungan yang sangat
erat, saling mengisi, dan saling melengkapi.
Perbedaan Ilmu
dan Filsafat
Aspek-aspek
|
Ilmu
|
Filsafat
|
Tujuan
|
Mengetahui sebab-akibat
|
Komprehensif dan ideal
|
Pendekatan
|
Deskriptif-analitik
|
Tidak terikat ruang dan waktu
|
Sifat kajian
|
-Objektif
|
|
-Apa yang terjadi
|
-Subjektif
|
|
-Apa yang seharusnya terjadi
|
|
|
Kebenaran
|
Positif
|
Spekulasi-relatif
|
Objek material
|
Gejala alam-sebagian
|
Segala yang ada dan yang mungkin ada
|
Objek formal
|
Ingin tahu sampai batas gejala itu dapat
diteliti
|
Ingin tahu sedalam-dalamnya
|
.Setiap Negara
tentu memiliki filsafat yang berbeda.Artinya, landasan filosofis dan tujuan
pendidikannya juga berbeda. Di Indonesia, landasan filosofis pengembangan
system pendidikan nasional secara formal adalah pancasila yang terdiri atas
lima sila, yaitu :a. ) Ketuhanan Yang Maha Esa, b.)Kemanusiaan yang adil dan
beradab, c.)Persatuan Indonesia, d.)Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan e.)Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Implikasinya
bagi pengembang kurikulum adalah : a) nilai-nilai pancasila harus dipelajari
secara mendalam dan komprehensif sesuai dengan sifat kajian filsafat, baik dari
segi ontology, epistemology, dan aksiologi. b) kelima sila tersebut berisi
nilai-nilai moral yang luhur sebagai dasar dan sumber dalam merumuskan tujuan
pendidikan pada setiap tingkatan, memilih dan mengembangkan isi/bahan
kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan system evaluasi.
Tujuan menjadi
faktor penting dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya memberikan arah kemana
kurikulum harus dituju melainkan juga sebagai acuan dan gambaran dalam memilih
dan menentukan isi/materi, proses pembelajaran, dan system evaluasi.
Selanjutnya, akan dijelaskan secara singkat tentang kelima sila dalam pancasila
dalam perspektif ontology, epistemology, dan aksiologi sebagai berikut :
1.
Ontology
a.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lain, diharapkan setiap
manusia beriman dan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu
menjalankan perintah-nya dan menjauhi larangan-Nya, menghormati antar pemeluk
agama tidak memanksakan suatu agama kepada agama lain.
b.
Kemanusiaan yang adil dan beradap
Pendidikan tidak membedakan usia, agama, serta tingkat social dalam
menuntut ilmu. Manusia Pancasila harus menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila, hingga mampu bersikap adil dan beradapdalam masyarakat berbangsa dan
bernegara.
c.
Persatuan Indonesia
Melalui persatuan dan lesatuan yang kuat, rakyat Indonesia dapat
menikmatialam dan kemerdekaan.Cinta terhapadap bagsa yang berlandaskan
Pancasilaakan menghapus menghapus suku agama dan ras, warna kulit dan lain-lain
yang dapat menimbulkan perpecahan sektoral.
d.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Sila menunjukan demokrasi diman hakikat ada di tangan rakyat.Dalam
filsafat pendidikan hal ini dikenal dengan aliran progessivisme.UUD juga
mengamanatkan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun
tulis. Dengan demikian, untuk mengembangkan sebuah kurikulum diperlukan ide ide
cemerlang dari orang lain.
e.
Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Dalam sila ke lima ini, Dalam pendidikan, adil dalam mencakup
selurih aspek kehidupan anak, oleh karena itu dalam struktur kurikulum harus
ada materi yang mengandung unsur agama, pengetahuan umum dan pengetahuan alam,
pengetahuan social dan teknologi, bahasa dan unsur unsur lain yang relevan
serta memang yang dibutukan oleh anak dalam kehidupannya kelak. Guru harus adil
dalam memberikan nilai kepada peserta didik.
2.
Epistimologi
a.
Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya melalui
perjuangan rakyat.Melalui Pancasila kita dapat mengetahui apakah ilmu itu dapat
diperoleh melalui rasio atau datang dari tuhan.
b.
Kemanusian yang adil dan beradap
Pada dasarnya manusia merupakan subjek yang potensial dan aktif,
tahu atas eksistensi diri dan dunia.Seorang guru tidak boleh memonopoli
kebenaran.Pengetahuan yang dimiliki
seseorang menunjukan kualitas dan martabat
kepribadiannya.
c.
Persatuan Indonesia
Proses terbentukannya pengetahuan manusia merupakan hasil hubungan
dengan lingkungan. Misalnya sosiologi yang mempelajari hungan antar sesame
manusia.Oleh karena itu hubungan itu berlandaskan Pancasila.
d.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai pemimpin di dunia ini untuk
memakmurkan umat manusia. Guru juga adalah seorang pemimpin, karena itu ia
haruslah belajar ilmu keguruan agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara bijak.
e.
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Adil dapat diartikan ‘’seimbang’’antara ilmu akhirat dan ilmu dunianya. Progam pendidikan harus diupayakan untuk
mengentaskan kemiskinan .
3.
Aksiologi
a.
Ketuhana Yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan nilai yang paling esensial dalam
ajaran Islam.Dalam kurikulum formal di Indonesia diberikan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
b.
Kemanusiaan yang adil dan beadab
Setiap peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran diperlukan
sama tanpa membedakan keturunan, ras, dan status sosial karena dalam Pancasila
mereka sama.
c.
Persatuan Indonesia
Negara Indonesia adalah Negara Pancasila yang selalu mengajarkan
kepada rakyatnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan.Maka, peserta didik yang
sedang melakukan kegiatan belajar.Ia harus menyatukan seluruh fikirannya, fisik
dan mentalnya, sikap dan motivasinya, dan lain-lain sehingga bisa mencapai
tujuan belajar yang sesungguhnya.
d.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Semua persoalan selalu dimusyawarahkan secara bijak dan penuh
tanggung jawab, karena setiap tindakan dan ucapan akan dipertanggungjawabkan
kepada Allah SWT.
e.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila ini mengandung nilai yang luas, antara lain menghormati hak
orang lain, suka memberi pertolongan, bersikap hemat, suka bekerja, menghargai
karya orang lain, mewujudkan pembangunan yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai-nilai ini sudah tertanam sejak manusia ada di bumi Indonesia.
2.2
Landasan Psikologis
Pengembangan
kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis individu yang terlibat di dalamnya,
karena apa yang ingin disampaikan menuntut peserta didik untuk melakukan
perbuatan belajar atau sering disebut proses belajar. Dalam pembelajaran juga
terjadi interaksi yang bersifat multi arah antara peserta didik dengan pendidik
(guru). Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum diperlukan dua
landasan psikologi,yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Kedua
landasan ini dianggap penting terutama dalam meilih dan menyusun isi kurikulum,
proses pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan.
1.
Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
peserta didik melakukan perbuatan belajar .pengertian belajar banyak ragamnya,
bergantung pada teori belajar yang dianut . namun demikian , secara umum, belajar
dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi
individu dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk pengetahuan,
keterampilan , sikap atau nilai-nilai
Teori Disiplin- Mental
Teori ini juga sering disebut teori daya.Asumsinya adalah setiap
manusia memiliki berbagai daya, seperti daya melihat, meraba, mengingat dan
berpikir.Daya-daya tersebut dapat dilatih atau didisplinkan sehingga dapat
berfungsi atau digunakan untuk berbagai bidang pengetahuam.Untuk itu, perlu
adanya transfer.Belajar bukan untuk menguasai bahan/materi melainkan pengaruh
atau nilai latihan daya.Menurut morris L. Bridge dan Maurice P. Hunt dalam nana
sy. Sukmadinata (2005) ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental,
yaitu :
a.
Teori mental theistic , yang berasal dari psiokologi daya . setiap
anak memiliki daya-daya yang dapat dilatih dan dikembangkan.
b.
Teori disiplin mental humanistic , yang bersumber dari psikologi
humanisme klasikplato dan aristoteles . teori ini lebih menekankan keseluruhan
dan keutuhan melalui pendidikan umum.
c.
Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self-actualization,
yang bersumber dari psikologi naturalisme – romantik .anak mempunyai kemauan
dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri.
d.
Apersepsi atau herbartisme, yang bersumber dari psikologi
strukturalisme dengan tokoh utamanya herbart. Belajar adalah membentuk massa
apersepsi yang akan digunakan untuk menguasai pengetahuan selanjutnya.
Implikasinya adalah isi kurikulum harus ada mata pelajaran-mata
pelajaran yang dapat mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia.Kurikulum
disusun untuk semua peserta didik tanpa memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan.
Teori
Behaviorisme
Belajar adalah
pembentukan hubungan antara stimulus dengan respons.Kuat dan tidaknya hubungan
sangat bergantung pada latihan yang dilakukan.Beberapa prinsip belajar menurut
teori asosiasi , antara lain :
a.
Belajar bersifat mekanisits karena menggunakan latihan dan ulangan.
b) Proses belajar memerlukan kondidi tertentu dan reinforcement. c) Perbedaan
individual tidak begitu dipentingkan. d) Kebebasan berpikir kurang dikembangkan.
e)Mengutamakan penguasaan bahan. f)Transfer sangat terbatas . g)Proses belajar
berifat ilmiah. h)Hasil belajar dibatasi pada hal-hal yang dapat diamati. I) Bahan
pelajaran harus sesuai dengan kehidupan sehari-hari .implikasinya adalah
kurikulum harus mengandung mata pelajaran yang berisi pengetahuan yang luas.
Teori gestalt
Teori ini juga
disebut teori lapangan (field theory) dengan tokoh utamanya kurt lewin.
Asumsinya adalah keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian. Belajar
adalah proses mengembangkan insight. Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan
, eksploratif, imajinatif dan kreaatif. Prinsip-prinsip belajar menurut teori
gestalt, antara lain : a) bahan pelajaran disajikan dalam bentuk masalah yang
sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik , b) mengutamakan proses untuk
memecahkan masalah , c) belajar dimulai dari keseluruhan menuju ke
bagian-bagian, d) belajar memerlukan insight atau pemahaman , dan e) belajar
memerlukan reorganisasi penglaman yang continue . implikasinya adalah kurikulum
harus disusun secara keseluruhan (teori dan praktik) sehhingga memungkinkan
peserta didik berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulkan insight peserta
didik.
2.
Psikologi Perkembangan
Tujuan akhir pendidikan adalah agar
peserta didik menjadi manusia-manusia terdidik.Asumsinya, peserta didik dapat
dibimbing, dilatih, dan dididik.untuk menjadi manusia terdidik tentu peserta
didik tidak dapat hanya mengikuti pendidikan formal saja melainkan harus
ditopang dengan pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Tidak hanya
mempelajari pendidikan umum saja melainkan pendidikan agama,pendidikan kejuruan
, pendidikan teknologi , pendidikan bahasa dan seni, pendidikan humaniora dan
lain-lain sesuai dengan aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional .
2.3
Landasan Sosiologis
Salah satu
tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam
kehidupan masyarakat.Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat,
dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik
kembali ke masyarakat tentu ia harus dibekali dengan sejumlah kompetensi,
sehingga ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang
dimaksud adalah sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
diperoleh peserta didikmelalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di
sekolah.Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut diorganisasi dalam pendekatan
dan format tertentu yang disebut dengan kurikulum.Berdasarkan alur pemikiran
ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan
masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan
bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan
demikian, sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan
kebutuhan mayarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat. Dalam perspektif sosiologi, banyak ditemui pengertian
pendidikan. Durkheim, misalnya, mengemukakan pendidikan adalah proses
memengaruhi, yang dilakukan oleh generasi orang dewasa kepada mereka yang belum
siap untuk melakukan fungsi-fungsi sosial. Sasarannya adalah melahirkan dan
mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelek dan watak sesuaiu dengan tuntutan
masyarakat (Ballatine, 1985).pengertian ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan
hanya mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga kecakapan atau
keterampilan, sikap dan nilai-nilai serta tanggung jawab peserta didik dalam
menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
dalam kurikulum 1984 dan kurikulum 1994, dikembangkan sebuah konsep yang
disebut dengan muatan local (local content) kemudian disempurnakan lagi dalam
kurikulum 2004 yang disebut dengan kecakapan hidup (life skills). Hal ini
menunjukkan bahwa kurikulum di Indonesia berorientasi pada kehidupan
masyarakat.
Masyarakat sebagai Suatu Sistem
Pada dasarnya
masyarakat adalah sebuah sistem yang memiliki tiga subsistem, yaitu subsistem
budaya (cultural system), subsistem sosial (social system), dan subsystem
kepribadian (personality system). Sistem budaya berisi nilai-nilai, norma,
pengetauan dan kepercayaan atau keyakinan hidup yang dianut bersama (shared).
Dalam sistem sosial terdapat struktur peran, yaitu perilaku yang diharapkan
akan dilakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya (role expectation).
Sosiologi mengenal dua kategori status sosial, yaitu (a) ascribed status, yaiu
status yang diperoleh sejak lahir atau sebagai akibat perkembangan usia. (b)
achived status, yaitu status yang diperoleh karena hasil usaha orang yang
bersangkutan.
Implikasinya
adalah pengembangan kurikulum harus memperhatikan nilai-nilai, norma,
pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan yang ada dalam masyarakat. Tidak hanya
itu, pengembangan kurikulum juga harus mempertimbangkan bentuk perilaku
seseorang berdasarkan statussosialnya dan karakteristik kepribadian manusia
modern.
Pendidikan sebagai Pranata Sosial
Pranata dapat
diartikan sebagai lembaga (intitution).Pendidikan sebagai pranata sisoal
berarti pendidikan sebagai lembaga sosial.Sementara itu, Koentjaraningrat
(1974) ‘’menjelaskan pranata sosial berkaitan dengan peralatan dan manusia yang
melaksanakan peran tersebut.kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem terdiri
atas berbagai pranata sosial yang merupakan subsistem-subsistem kehidupan.
Subsistem-subsistem tersebut dapat berperan juga sebagai sistem yang juga
memiliki seperangkat subsitem’’. Antara subsistem pendidikan dengan subsistem
yang lain terdapat hubungan yang sangat erat dan mendasar. Oleh sebab itu, prndidikan
sebagai pranata sosial dan kurikulum senagai alatnya harus dapat dikembangkan
dan disesuaikan dengan berbagai kehidupan di masyarakat.
Pendidikan dan Kehidupan Ekonomi.
Banyak hasil
penelitian yang menunjukkan terdapat korelasi yang positif dan signifikan
antara tingkat pendidikan dengan kehidupan ekonomi.Artinya, semakin tinggi
tingkat pendidikan makin tinggi pula tingkat kehidupan ekonomi.persoalannya
adalah variabel mana yang paling muncul terlebih dahulu, apakah variabel
perkembangan pendidikan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi ataukah
sebaliknya. Banyak bukti kuat yang menunjukkan antara kedua variabel tersebut
terdapat hubungan yang saling memengaruhi.Pendidikan dan Perubahan Sosial
Pendidikan diLingkungan Keluarga
Para ahli
pendidikan kontemporer mengakui bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life
long education), mulai dari bayi sampai akhir hayat.Para ahli pendidikan juga
mengakui peran penting pendidian formal, pendidikan nonformal dan pendidikan
informal.Hal ini sejalan juga dengan tujuan pendidikan, yaituuntuk membentuk
pribadi yang terintegrasi dan holistik sesuai dengan standar kompetensi lulusan
yang telah ditetapkan. Hasil dari suatu proses pendidikan, di manapun
tempatnya, harus mencakup domain kognitif, afektif dan pikomotor. Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama anatara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.keluarga merupakan unit
sosial terkecil tetapi bersifat universal.Makudnya, keluarga terdapat di
mayarakat mana pun yang ada di dunia ini. Goerge
Peter Murdock mengemukakan empat fungsi keluarga yang bersifat universal, yaitu
(a) sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara laki-laki dengan
wanita yang terikat oleh perkawinan. (b) mengembangkan keturunan, (c)
melaksanakan pendidikan, dan (d) sebagai satuan ekonomi. Keempat fungsi ini
harus berada dalam stu kesatuan yang utuh, dalam suatu keluarga dan merupakan
kriteria pembeda antara keluarga dengan unit-unit sosial lainnya
Uraian di atas
mengandung sejumlah implikasi terhadap pengembangan kurikulum.Pertama,
pengembangan kurikulum harus memperhatikan unsur-unsur pendidikan informal,
seperti peran orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam memberikan
pendidikan kepada anak-anaknya. Kedua, pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan kepentingan peserta didik pada masa yang akan datang, antara
lain sebagai calon ayah atau ibu yang mendidik putra-putrinya. Ketiga,
pengembangan kurikulum harus dapat membekali kemampuan yang cukup kepada
peserta didik agar ia menyadari sepenuhnya peran penting sebagai orang tua
dalam mendidik putra-putrinya.
2.4
Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pada awal
pembahasan topic ini, penulis ingin mengajak memahami terlebih dahulu
pengertian beberapa istilah yang berkaitan tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi, yaitu teori, ilmu, pengetahuan, dan teknologi.Teori adalah
seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan. Menurut Beauchamp (1975), suatu teori mempunyai tiga ciri pokok
yaiutu pernyataan yang bersifat memadukan, dan pernyataan yang bersifat
meramalkan (predictive statements). Dengan demikian fungsi teori adalah
mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan memadukan.Suatu teori terdiri
atas dua jenis, yaitu teori deskriptif dan teori preskriptif.Teori deskriptif
mengandung sejumlah proposisi yang berhubungan secara logis.Dari proposisi
tersebut diturunkan deduktif informasi-informasi baru dan merumuskan hubungan
antar berbagai hal.
Kata “ilmu” berasal dari bahasa arab (‘alama)
yang berarti pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, kata “ilmu” sering
diidentikkan denga sains (science) yang berarti ilmu, bahkan sering
disatukan dengan kata “pengetahuan” menjadi ilmu pengetahuan. Pada awalnya,
manusia mencari pengetahuan berdasarkan fakta sesuai dengan perkembangan
kebudayaan. Dalam perkembangannya teori dan fakta tersebut digunakan juga untuk
memahami fenomena lain yang didukung oleh sebuah pemgalaman. Akhirnya, menjadi
pengetahuan logis dan sistematis.Inilah yang disebut ilmu pengetahuan (science).
Tekonologi pada hakikatnya adalah penerapan
ilmu pengetahuan (technology is application of science). Teknologi
memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia.Salah satu indikator
kemajuan peradapan manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang keilmuan.Tujuannya
adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efekti, efisien, dan sinergis
terhadap pola prilaku manusia. Ilmu
dan teknologi terbentuk karena adanya karya-karya pikir manusia.Melihat
sifatnya yang lebih objektf dalam menanggapi fenomena-fenomena alam.Oleh karna
itu, ilmu penegtahuan dan teknologi cepat menyebar luas, terutama segi-segi
yang sangat terasa kegunaannya dan dapat langsung digunakan.
Masyarakat Indonesia sudah banyak
memanfaatkan produk teknologi dalam pendidikan, seperti computer, internet, dan
mesin hitung.Apalagi dengan adanya otonomi daerah, beberapa produk teknologi
canggi sudah masuk dan dapat digunakan masyarakat daerah dan bahkan sampai di
pedesaan.Jadi, dilihat dari pemanfaatan teknologi.Sampai saat ini masyarakat
Indonesia sudah mengalami perkembangan yang menggembirakan. Implikasinya adalah pengembangan
kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik untuk dapat
menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik
masyarakat Indonesia
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Landasan Pengembangan Filosofis ,Implikasinya bagi pengembang
kurikulum adalah : a) nilai-nilai pancasila harus dipelajari secara mendalam
dan komprehensif sesuai dengan sifat kajian filsafat, baik dari segi ontology,
epistemology, dan aksiologi. b) kelima sila tersebut berisi nilai-nilai moral
yang luhur sebagai dasar dan sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan pada
setiap tingkatan, memilih dan mengembangkan isi/bahan kurikulum, strategi
pembelajaran, media pembelajaran, dan system evaluasi.
2.
Landasan Pengembangan Psikologis, terdapat dua pembahasan yaitu
pada psikologi belajar dan psikologi perkembangan.Psikologi belajar yakni
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta
didik melakukan perbuatan belajar .pengertian belajar banyak ragamnya,
bergantung pada teori belajar yang dianut. Psikologi perkembangan yakni Tujuan
akhir pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia-manusia
terdidik.Asumsinya, peserta didik dapat dibimbing, dilatih, dan dididik.untuk
menjadi manusia terdidik.
3.
Landasan Pengembangan Sosiologis, Salah satu tujuan pendidikan
adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat.
Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh
masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat.
4.
Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pengembangan
kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik untuk dapat
menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung
: Remaja Rosdakarya
Munir, 2010 .Kurikulum Berbasis Teknologi Infdormasi dan
Komunikasi.Bandung: Alfabeta
Nasution, 2006.Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta : Bumi
Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar