Jumat, 09 Oktober 2015

Paradigma penelitian kuantitatif



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara merumuskan masalah dan pertanyaan dalam penelitian?
2.      Bagaimana cara menentukan variabel penelitian?
3.      Apa tujuan dan manfaat penelitian?
4.      Bagaimana teknik menyusun landasan teori pada penelitian kuantitatif?
5.      Bagaimana menyusun landasan teori atau kajian pustaka yang relevan dalam penelitian?

1.3  Tujuan
1.      Menjelaskan rumusan masalah dan pertanyaan dalam penelitian
2.      Menjelaskan cara menentukan variabel penelitian
3.      Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian
4.      Menjelaskan teknik menyusun landasan teori pada penelitian kuantitatif
5.      Menjelaskan cara menyusun landasan teori atau kajian pustaka yang relevan dalam penelitian

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Merumuskan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapakan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
1)      Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa, rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. (level of eksplanation). Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif .
a.      Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang bekenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih( variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contok rumusan masalah Deskriptif
1.      Seberpa baik kinerja cabinet bersatu?
2.      Bagaimankah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum?
3.      Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di Jakarta?
Dari beberapa contoh diatas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu fariabel atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).
Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja cabinet gotong royong, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, evektifitas kebijakan mobil berpenumpang tiga tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan pemerintah dibidang kesehatan adalah contoh penelitian deskriptif.

b.      Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan  satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1.   Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri, BUMN dan swasta? (satu variable pada tiga sampel)
2.   Adakah kesamaan cara promosi antara perusahan a dan b?
3.   Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional, dan perusahaan asing (dua variabel, pada dua sampel)?
c.       Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/ resiprocar / timbal balik.
1)      Hubungan Simetris
Hubungan Simetris adalah hubungan antara dua fariabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
a.       Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang datang? Hal ini berarti yang menyababkan tamu datang adalah bunyi burung.( dipedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada bunyi burung prenjak, maka diyakini aka nada tamu, di Jawa Barat kupu-kupu dan tamu).
b.      Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya buah?
c.       Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin?
2)      Hubungan Kausal
Hubungan Kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada fariabel independen (fariabel yang mempengaruhi) dan dependent (dipengaruhi), contoh:
a.       Adakah pengaruh system penggajian terhadap prestasi kerja?
b.      Seberapa besar pengaruh kepemimpinan Nasional terhadap prilaku masyarakat?
c.       Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?

3)      Hubungan Interaktif / reciprocal / timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variable independen dan dependen, contoh:
a.       Hubungan antara motifasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motifasi dapat mempengaruhi  prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motifasi.
b.      Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
2)      Rumusan Masalah yang Baik
Frankel dan Wallend (1990:22) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik adalah sebagai berikut:
a.       Masalah harus Feasible
Dalam arti masalah tersebut harus layak dan dapat dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.
b.      Masalah harus Jelas
Semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
c.       Masalah harus Signifikan
Dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan kontribusi yang nyata terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
d.      Masalah bersifat etis
Tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Kasus majalah monitor adalah contoh hasil hasil penelitian yang berkenaan dengan keyakinan/ agama sehingga menimbulkan heboh di masyarakat.
3)      Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
a.       Pertanyaan penelitian-permasalahan penelitian-Fokus penelitian
b.      Pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian.
c.       Pertanyaan penelitian menekankan pada fakta dan pengumpulan informasi.
d.      Pertanyaan penelitian dapat diperinci menjadi “pertanyaan penyelidikan“ (investigative question)
e.       Pertanyaan pengukuran (meansurement question), pertanyaan yang diajukan pada responden.


2.2   Menentukan Variabel Penelitian
1)      Pengertian dan macam variabel
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin mempunyai variasi : Laki-laki – Perempuan, berat badan, karena ada berat 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel kualitatif diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel diskrit dan variable kontinum (discreate and continuous).
a)      Variabel diskrit : disebut juga variable nominal atau variable categoric karna hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni “ya” dan “tidak” .misalnya ya wanita, atau dengan kata lain wanita–pria”.angka-angka digunakan dalam variable diskrit ini untuk menghitung,yaitu banyaknya pria dan wanita.maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
b)      Variabel kontinum : dipisahkan menjadi 3 variable kecil yaitu :
a.       Variabel ordinal (variabel yang menunjukan tingkatan) misalnya panjang, pendek, kurang panjang. Contoh : Ani terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
b.      Variabel internal, yaitu variabel yang mempunyai jarak jika dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya: jarak Semarang-Magelang 70 km, sedangkan Magelang-Yogya 101 km, maka selisih jarak Magelang Yogya yaitu 31 km.
c.       Variabel ratio yaitu variabel perbandingan. Contoh : berat pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg, maka pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
2)      Variabel dan Data
            Variabel adalah objek penelitian sedangkan data adalah hasil pencatatan  peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka hasil pencatatannya juga mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka :
            - Data dari variable diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
            - Data  dari variable kontinum disebut  data kontinum, berupa tingkatan dan ukuran.
3)  Variabel sebagai Objek  Penelitian
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah  susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian. Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok control atau kelompok pembending adalah orang-orang yang tidak diberi minum susu. Banyaknya susu  yang diberikan kepada kelompok eksperimen di tangkar dengan ukuran liter maka variabelnya berbentuk kontinum. Sedangkan tambah- tidaknya berat badan, di ukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel kontinum (ratio). Dalam contoh tersebut ada variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel terikat (Y).
4)      Pentingnya Memahami Variabel
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Adakalanya, peneliti memilih sedikit variabel tetapi besar-besar. Ini berarti bahwa peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci cara pengkategorisasian variabel, datanya semakin luas dan gambaran hasil penelitian semakin menjadi teliti.
Contoh :
      Sebuah penelitian dengan judul:
Pengaruh Kualitas Guru terhadap Prestasi Belajar Murid”
Variabel bebas  : kualitas guru.
Variabel terikat : prestasi belajar murid.
Pada waktu menentukan sub variabel peneliti sambil harus berpikir bagaimana cara mengumpulkan datanya. Misalnya: perlakuan guru-gurunya, dalam tinjauan guru tersebut pada ia sekolah .
Kesalahan yang sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub variabel adalah disebutnya sub variabel akibat dari variabel terikat, misalnya,  naik kelas, disebutnya penyebab variabel bebas. Misalnya, cita-cita orang tua sang guru (yang berpengaruh terhadap minat si guru menjadi guru). Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti memahami dengan jelas permasalahan yang sedang diteliti.
5)      Memahami variabel yang bermakna
Selanjunya bermanfaat tidaknya hasil penelitian dapat diketahui antara lain dari variabel yang ditentukan oleh peneliti. Tentang variabel penelitian ada dua hal yang diperhatikan, yaitu:

1.      Sifat variabel
Ditinjau dari sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu, variabel statis dan variabel dinamis.
a.       Variabel statis adalah variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya, misalnya jenis kelamin, status soasial ekonomi, tempat tinggal, dan lain-lain. Andaikata, hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang menunjukkan akibat dari variabel tersebut, peneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan untuk mengubah variabel yang di maksud. Oleh karena iyu, untuk mempermudah mengingat-ingat kita sebut saja sebagai variabel tidak berdaya.
b.      Variabel dinamis adalah variabel yang dapat diubah keberadannya berupa pengubahan, peningkatan, atau penurunan. Contoh kedisiplinan, motivasi kepedulian, pengaturan, dan sebagainya. Andaikata hasil penelitian, menunjukkan sesuatu yang merupakan  akibat dari variabel-variabel tersebut, maka peneliti dapat merubah atau mengusukalkan untuk mengubahnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat kita sebut sebagai variabel terubah”.
2.3   Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kerah mana, atau data (informasi) apa yang akan dicapai melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Misal :
a. Memperoleh informasi (data) tentang jumlah pemeriksaan ibu-ibu hamil di kecamatan “X” selama kehamilan.
b. Memperoleh informasi tentang hubungan antara frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan BBLR
1.      Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi :
a. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan spesifik. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah: mengukur, mengidentifikasi, menganalisa, membandingkan, menilai, mengetahui, dll.
Contoh :
Tujuan umum :
Mengetahui hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan dengan terjadinya diare di wilayah Kota Samarinda.
Tujuan Khusus :
a)      Mengetahui jenis sarana air bersih  yang digunakan oleh masyarakat kota Samarinda
b)      Mengetahui kondisi/kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat Samarinda
c)      Mengetahui hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kualitas air yang digunakan oleh masyarakat Samarinda.
d)      Mengetahui hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kejadian diare masyarakat Samarinda.
Apabila tujuan umum suatu penelitian sudah spesifik maka tidak perlu diuraikan kedalam tujuan khusus, maka tidak perlu adanya tujuan umum dan tujuan khusus, cukup dibuat “tujuan penelitian” saja.
2.      Manfaat Penelitian
Bagian ini berisikan uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS).
Contoh :
v  Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan penyakit diare khususnya di wilayah kota Samarinda
v  Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya dibidang sanitasi lingkungan.
2.4   Teknik Menyusun Landasan Teori Pada Penelitian Kuantitatif
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and eror). Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
a.      Deskripsi Teori
Dekripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu independen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu independen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1.      Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.      Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4.      Cara definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.      Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.      Deskripsikan teori-teori yang telh dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagain landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
b.      Kerangka Berfikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Keranga pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. (suriasumatri, 1986). Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

1.      Menetapkan variabel yang diteliti
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakan nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2.      Membaca buku dan hasil penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan desertasi.
3.      Deskripsi teori dan hasil pnelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antar variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4.      Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakan teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian didalam negeri.
5.      Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
Analisi komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6.      Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapet digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7.      Kerangka berfikir
Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berfikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif).
8.      Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berfikir berbunyi “jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi”. Maka hipotesisnya berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifikan antara kimistmen kerja dengan produktivitas kerja” bila kerangka berbunyi “karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah,” maka hipotesisnya berbunyi “terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan antar lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B”.
2.5   Menyusun Landasan Teori atau Kajian Pustaka yang Relevan
Kajian pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
Selanjutnya Geoffrey dan Airasian mengemukakan bahwa tujuan utama kajian pustaka adalah untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam kerangka logis. Dengan mengkaji penelitian sebelumnya, dapat memberikan alasan untuk hipotesis penelitian, sekaligus menjadi indikasi pembenaran pentingnya penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut Anderson mengemukakan bahwa kajian pustaka dimaksudkan untuk meringkas, menganalisis, dan menafsirkan konsep dan teori yang berkaitan dengan sebuah proyek penelitian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kajian pustaka adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan melakukan  kajian secara sungguh-sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti sebagai dasar dalam melangkah pada tahap penelitian selanjutnya. Teori dan konsep yang dikaji digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup dan konstruk variabel yang akan di teliti, sebagai dasar perumusan hipotesis dan penyusunan instrumen penelitian, dan sebagai dasar dalam membahas hasil penelitian untuk digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan topik permasalahan.
Kajian pustaka dalam sebuah penelitian ilmiah berarti menempatkan dan menyimpulkan teori-teori dan konsep-konsep yang nantinya dapat memberikan kerangka kerja dalam menjelaskan suatu topik dalam sebuah penelitian. Banyak cara  dan model membuat kajian pustaka, Creswell mengemukakan beberapa model sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan. Untuk pendekatan kualitatif,  model pertama, peneliti menempatkan kajian pustaka pada bagian pendahuluan, ini dimaksudkan agar kajian pustaka dapat menjelaskan latar belakang secara teoritis masalah-masalah penelitian. Model kedua, menempatkan kajian pustaka pada bab terpisah seperti halnya pada pendekatan kuantitatif, model ketiga Kajian pustaka ditempatkan pada bagian akhir penelitian bersamaan dengan literatur terkait.
Untuk pendekatan kuantitatif selain menyertakan sejumlah besar teori dan konsep pada bagian pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau menggambarkan secara detail literatur dalam  bagian khusus dengan judul seperti tinjauan pustaka, kajian teori atau kajian pustaka, dan pada bagian akhir penelitian meninjau kembali literatur terkait dan membandingkan dengan temuan penelitian.
Berikut ini adalah sintesis dari  langkah-langkah melakukan kajian pustaka menurut Donald Ary dan Creswell sebagai berikut:
  1. Mulailah dengan mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari materi, referensi, dan bahan pustaka yang terkait.
  2. Membaca abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan, bisa didapatkan dari sumber perpustakaan, jurnal, buku, dan prosiding.
  3. Membuat catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map) urutan dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
  4. Membuat ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
  5. Membuat kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
  6. Pada akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan pentingnya topik penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur yang sudah ada.
Langkah-langkah di atas dapat digunakan untuk menulis kajian pustaka berbagai jenis metode/pendekatan penelitain. Selain itu juga dapat mempersempit ruang lingkup penelitian  yang di ajukan sehingga rumusan masalah dan langkah penelitian lebih jelas dan dapat dilakukan dengan baik.

BAB III
KESIMPULAN
3.1  Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
v  Bentuk-bentuk rumusan masalah
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
v  Rumusan masalah yang baik
Rumusan masalah yang baik yaitu :
      Masalah harus feasible
      Masalah harus jelas
      Masalah harus signifikan
      Masalah bersifat etis
v  Pertanyaan penelitian
·         Pertanyaan penelitian-permasalahan penelitian-Fokus penelitian.
·         Pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian.
·         Pertanyaan penelitian menekankan pada fakta dan pengumpulan informasi.
·         Pertanyaan penelitian dapat diperinci menjadi “pertanyaan penyelidikan”.
·         Pertanyaan pengukuran, pertanyaan yang diajukan pada responden.
3.2  Menentukan Variabel Penelitian
·         Pengertian dan macam variabel
·         Variabel dan data
·         Variabel sebagai objek penelitian
·         Pentingnya memahami variabel
·         Memilih variable yang bermakna
3.3  Menentukan Tujuan dan Manfaat Penelitian
·         Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
·         Manfaat penelitian
Berisikan uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS).
3.4  Teknik Menyusun Landasan Teori Pada Penelitian Kuantitatif
Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
v  Deskripsi Teori
Dekripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.
v  Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
3.5  Menyusun Landasan Teori atau Kajian Pustaka yang Relevan
1)      Mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari materi, referensi, dan bahan pustaka yang terkait.
2)      Membaca abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan,
3)      Membuat catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map) urutan dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
4)      Membuat ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
5)      Membuat kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
6)      Pada akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan pentingnya topik penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantittif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV.Alfabeta
https://zultogalatp.wordpress.com/2013/03/07/teknik-menyusun-kajian-pustaka/
http://in1001.blogspot.co.id/2013/09/kajian-teori-penelitian-yang-relevan_4769.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar