BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn
(1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn,
paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought
atau mode of
inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of
knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh
Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian
lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai
pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang
bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan
paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional
(traditional),
positivis (positivist),
eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional,
positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang
dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke.
“Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep
yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator
dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas
nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga
dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk
dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara merumuskan masalah dan pertanyaan dalam
penelitian?
2.
Bagaimana cara menentukan variabel penelitian?
3.
Apa tujuan dan manfaat penelitian?
4.
Bagaimana teknik menyusun landasan teori pada
penelitian kuantitatif?
5.
Bagaimana menyusun landasan teori atau kajian pustaka
yang relevan dalam penelitian?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan rumusan masalah dan pertanyaan
dalam penelitian
2. Menjelaskan cara menentukan variabel
penelitian
3. Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian
4. Menjelaskan teknik menyusun landasan teori
pada penelitian kuantitatif
5. Menjelaskan cara menyusun landasan teori
atau kajian pustaka yang relevan dalam penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Merumuskan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan
kesenjangan antara yang diharapakan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah
itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan
rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada
masalah.
1)
Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa, rumusan masalah itu merupakan
suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan
penelitian menurut tingkat eksplanasi. (level of eksplanation). Bentuk
masalah dapat dikelompokkan ke dalam
bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif .
a.
Rumusan masalah deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
bekenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik hanya
pada satu variable atau lebih( variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam
penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu pada sampel
yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain.
Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contok rumusan masalah Deskriptif
1.
Seberpa baik kinerja cabinet bersatu?
2.
Bagaimankah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi
negeri berbadan hukum?
3.
Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang
tiga di Jakarta?
Dari beberapa contoh diatas terlihat bahwa setiap pertanyaan
penelitian berkenaan dengan satu fariabel atau lebih secara mandiri (bandingkan
dengan masalah komparatif dan asosiatif).
Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja cabinet gotong royong,
sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, evektifitas
kebijakan mobil berpenumpang tiga tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat
terhadap pelayanan pemerintah dibidang kesehatan adalah contoh penelitian
deskriptif.
b.
Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variable
atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang
berbeda.contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1.
Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri,
BUMN dan
swasta? (satu variable pada tiga sampel)
2.
Adakah kesamaan cara promosi antara perusahan a dan b?
3.
Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara
pegawai swasta nasional, dan perusahaan asing (dua variabel,
pada dua sampel)?
c.
Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif/ resiprocar / timbal balik.
1)
Hubungan Simetris
Hubungan Simetris adalah hubungan antara dua fariabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif,
contoh rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
a.
Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan
tamu yang datang? Hal ini berarti yang menyababkan tamu datang adalah bunyi
burung.( dipedesaan Jawa Tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada bunyi
burung prenjak, maka diyakini aka nada tamu, di Jawa Barat kupu-kupu dan tamu).
b.
Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
c.
Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin?
2)
Hubungan Kausal
Hubungan Kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada fariabel independen (fariabel yang mempengaruhi) dan dependent
(dipengaruhi), contoh:
a.
Adakah pengaruh system penggajian terhadap prestasi kerja?
b.
Seberapa besar pengaruh kepemimpinan Nasional terhadap prilaku
masyarakat?
c.
Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja
karyawan?
3)
Hubungan Interaktif / reciprocal / timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Disini tidak diketahui mana variable independen dan dependen, contoh:
a.
Hubungan antara motifasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan
motifasi dapat mempengaruhi prestasi dan
juga prestasi mempengaruhi motifasi.
b.
Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena
gizi terpenuhi.
2) Rumusan Masalah
yang Baik
Frankel dan Wallend (1990:22) mengemukakan bahwa
masalah penelitian yang baik adalah sebagai berikut:
a. Masalah harus Feasible
Dalam arti masalah tersebut harus layak dan dapat dicarikan jawabannya
melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu.
b. Masalah harus Jelas
Semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus Signifikan
Dalam arti jawaban atas masalah itu harus memberikan kontribusi yang
nyata terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
d. Masalah bersifat etis
Tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai
keyakinan dan agama. Kasus majalah monitor adalah contoh hasil hasil penelitian
yang berkenaan dengan keyakinan/ agama sehingga menimbulkan heboh di
masyarakat.
3) Pertanyaan
Penelitian
Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan penelitian-permasalahan
penelitian-Fokus penelitian
b. Pertanyaan yang harus dijawab melalui
penelitian.
c. Pertanyaan penelitian menekankan pada fakta
dan pengumpulan informasi.
d. Pertanyaan penelitian dapat diperinci
menjadi “pertanyaan penyelidikan“ (investigative question)
e. Pertanyaan pengukuran (meansurement
question), pertanyaan yang diajukan pada responden.
2.2 Menentukan Variabel Penelitian
1) Pengertian dan macam variabel
Sutrisno Hadi
mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin
mempunyai variasi : Laki-laki – Perempuan, berat badan, karena ada berat 40 kg
dan sebagainya. Gejala adalah
objek penelitian, sehingga variabel
adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel
kualitatif diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel
diskrit dan variable kontinum (discreate and continuous).
a)
Variabel diskrit : disebut juga variable nominal atau variable
categoric karna hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni
“ya” dan “tidak” .misalnya ya wanita, atau
dengan kata lain “wanita–pria”.angka-angka
digunakan dalam variable diskrit ini untuk menghitung,yaitu banyaknya pria dan
wanita.maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
b)
Variabel kontinum :
dipisahkan menjadi 3 variable kecil yaitu :
a.
Variabel ordinal (variabel
yang menunjukan tingkatan) misalnya
panjang, pendek, kurang
panjang. Contoh
: Ani terpandai, Siti
pandai, Nono tidak
pandai.
b.
Variabel internal, yaitu variabel yang mempunyai jarak jika
dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan
pasti. Misalnya: jarak Semarang-Magelang 70 km, sedangkan Magelang-Yogya 101 km, maka
selisih jarak Magelang Yogya yaitu 31 km.
c.
Variabel
ratio yaitu variabel perbandingan.
Contoh : berat pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya
35 kg, maka
pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
2)
Variabel dan Data
Variabel adalah objek penelitian sedangkan data adalah hasil
pencatatan peneliti, baik yang berupa
fakta ataupun angka. Sesuai dengan macam atau jenis variabel,
maka hasil pencatatannya juga
mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka :
- Data
dari variable diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
- Data dari variable kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan dan
ukuran.
3) Variabel sebagai Objek Penelitian
Apabila seorang
peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi
gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan
berat badan merupakan variabel penelitian. Dalam penelitian seperti ini,
sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan eksperimen. Kelompok eksperimen
adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok control atau kelompok
pembending adalah orang-orang yang tidak diberi minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen di
tangkar dengan ukuran liter maka variabelnya berbentuk kontinum. Sedangkan
tambah- tidaknya berat badan, di ukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga
variabel kontinum (ratio). Dalam contoh tersebut ada
variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi
disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel (X),
sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel terikat
(Y).
4)
Pentingnya Memahami Variabel
Memahami
variabel dan kemampuan menganalisis setiap variabel menjadi variabel yang lebih
kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Adakalanya,
peneliti memilih sedikit variabel tetapi besar-besar. Ini berarti bahwa
peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin terperinci cara
pengkategorisasian variabel, datanya semakin luas dan gambaran hasil penelitian
semakin menjadi teliti.
Contoh :
Sebuah penelitian dengan judul:
“Pengaruh Kualitas Guru terhadap
Prestasi Belajar
Murid”
Variabel
bebas : kualitas guru.
Variabel
terikat : prestasi belajar murid.
Pada
waktu menentukan sub variabel peneliti sambil harus berpikir bagaimana cara
mengumpulkan datanya. Misalnya: perlakuan guru-gurunya, dalam tinjauan guru
tersebut pada ia sekolah .
Kesalahan yang
sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub variabel adalah disebutnya
sub variabel akibat dari variabel terikat, misalnya, naik kelas, disebutnya penyebab variabel
bebas. Misalnya, cita-cita orang tua sang guru (yang berpengaruh terhadap minat
si guru menjadi guru). Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti
memahami dengan jelas permasalahan yang sedang diteliti.
5)
Memahami variabel yang bermakna
Selanjunya
bermanfaat tidaknya hasil
penelitian dapat diketahui antara lain dari variabel yang ditentukan oleh
peneliti. Tentang variabel penelitian ada dua hal yang diperhatikan, yaitu:
1.
Sifat variabel
Ditinjau dari
sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu, variabel
statis dan variabel dinamis.
a.
Variabel statis adalah variabel yang tidak dapat diubah
keberadaannya, misalnya jenis kelamin, status soasial ekonomi, tempat tinggal,
dan lain-lain. Andaikata, hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang menunjukkan
akibat dari variabel tersebut, peneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan
untuk mengubah variabel yang di maksud. Oleh karena iyu, untuk mempermudah
mengingat-ingat kita sebut saja sebagai “variabel
tidak berdaya”.
b.
Variabel dinamis adalah variabel yang dapat diubah keberadannya
berupa pengubahan, peningkatan, atau penurunan. Contoh kedisiplinan, motivasi
kepedulian, pengaturan, dan sebagainya. Andaikata hasil penelitian, menunjukkan
sesuatu yang merupakan akibat dari
variabel-variabel tersebut, maka peneliti dapat merubah atau mengusukalkan
untuk mengubahnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat kita sebut
sebagai “variabel
terubah”.
2.3
Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
Bagian
ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan
penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian adalah suatu indikasi kerah
mana, atau data (informasi) apa yang
akan dicapai melalui penelitian itu. Tujuan penelitian dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang konkret dapat diamati (observable) dan dapat
diukur (measurable). Misal :
a. Memperoleh
informasi (data) tentang jumlah pemeriksaan ibu-ibu hamil di kecamatan “X”
selama kehamilan.
b. Memperoleh informasi
tentang hubungan antara frekuensi pemeriksaan kehamilan dengan BBLR
1. Tujuan
penelitian dapat dibagi menjadi :
a. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan
penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan
penjabaran atau pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan
spesifik. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga
terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah: mengukur,
mengidentifikasi, menganalisa, membandingkan, menilai, mengetahui, dll.
Contoh :
Tujuan umum :
Mengetahui hubungan antara
kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan dengan terjadinya diare di
wilayah Kota Samarinda.
Tujuan Khusus :
a) Mengetahui
jenis sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat kota
Samarinda
b) Mengetahui
kondisi/kualitas fisik sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat Samarinda
c) Mengetahui
hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kualitas air yang
digunakan oleh masyarakat Samarinda.
d) Mengetahui
hubungan antara kualitas fisik sarana air bersih dengan kejadian diare
masyarakat Samarinda.
Apabila tujuan umum suatu
penelitian sudah spesifik maka tidak perlu diuraikan kedalam tujuan
khusus, maka tidak perlu adanya tujuan umum dan tujuan khusus, cukup dibuat
“tujuan penelitian” saja.
2. Manfaat Penelitian
Bagian ini berisikan uraian
tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS).
Contoh :
v Hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya
pencegahan penyakit diare khususnya di wilayah kota Samarinda
v Hasil penelitian ini dapat
diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat
khususnya dibidang sanitasi lingkungan.
2.4 Teknik Menyusun Landasan Teori Pada Penelitian Kuantitatif
Setelah masalah
penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif)
adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan
penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar
penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan
coba-coba (trial and eror). Adanya
landasan teori ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data.
Dalam landasan
teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga
selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.
a.
Deskripsi Teori
Dekripsi teori
dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan
sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan atau dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan
secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu
penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu independen, maka kelompok
teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori
yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu independen. Oleh karena
itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang
perlu dikemukakan.
Deskripsi teori
paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap
hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1.
Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.
Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal
ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya
dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.
Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan
setiap variabel yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian,
lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian,
sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran
yang diberikan).
4.
Cara definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.
Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan
diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.
Deskripsikan teori-teori yang telh dibaca dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagain landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
b.
Kerangka Berfikir
Uma Sekaran
dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator
dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut
dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Seorang
peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi
dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Keranga pemikiran
ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek
permasalahan. (suriasumatri, 1986). Kriteria utama agar suatu kerangka
pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuan, adalah alur-alur pemikiran yang logis
dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
1.
Menetapkan variabel
yang diteliti
Untuk
menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakan nama
setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
2.
Membaca buku dan hasil
penelitian (HP)
Setelah
variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil
penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks,
ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan
penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan desertasi.
3.
Deskripsi teori dan hasil pnelitian (HP)
Dari
buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi
teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti,
uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antar
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4.
Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
Pada
tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakan teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu
betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi
teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian didalam
negeri.
5.
Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
Analisi
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori
yang lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara
teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6.
Sintesa kesimpulan
Melalui
analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang
relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel
satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang
selanjutnya dapet digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7.
Kerangka berfikir
Setelah
sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun
kerangka berpikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka
berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka
berfikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas
lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif),
maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif).
8.
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka
berfikir berbunyi “jika komitmen kerja
tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi”. Maka hipotesisnya berbunyi
“ada hubungan yang positif dan signifikan antara kimistmen kerja dengan
produktivitas kerja” bila kerangka berbunyi “karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas
kerjanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi
kerjanya rendah,” maka hipotesisnya berbunyi “terdapat perbedaan
produktivitas kerja yang signifikan antar lembaga A dan B, atau produktivitas
kerja lembaga A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B”.
2.5
Menyusun
Landasan Teori atau Kajian Pustaka yang Relevan
Kajian
pustaka dalam suatu penelitian ilmiah adalah salah satu bagian penting dari
keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Cooper dalam Creswell
mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni;
menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat
dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan
literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam
penelitian-penelitian sebelumnya.
Selanjutnya
Geoffrey dan Airasian mengemukakan bahwa tujuan utama kajian pustaka adalah
untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan topik
penelitian yang akan dilakukan. Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya
mencegah duplikasi penelitian orang lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan
wawasan yang dibutuhkan untuk menempatkan topik penelitian yang kita lakukan
dalam kerangka logis. Dengan mengkaji penelitian sebelumnya, dapat memberikan
alasan untuk hipotesis penelitian, sekaligus menjadi indikasi pembenaran
pentingnya penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut Anderson mengemukakan
bahwa kajian pustaka dimaksudkan untuk meringkas, menganalisis, dan menafsirkan
konsep dan teori yang berkaitan dengan sebuah proyek penelitian.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kajian pustaka adalah suatu
kegiatan penelitian yang bertujuan melakukan kajian secara
sungguh-sungguh tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan
topik yang akan diteliti sebagai dasar dalam melangkah pada tahap penelitian
selanjutnya. Teori dan konsep yang dikaji digunakan untuk memperjelas dan
mempertajam ruang lingkup dan konstruk variabel yang akan di teliti, sebagai
dasar perumusan hipotesis dan penyusunan instrumen penelitian, dan sebagai
dasar dalam membahas hasil penelitian untuk digunakan untuk memberikan saran
dalam upaya pemecahan topik permasalahan.
Kajian
pustaka dalam sebuah penelitian ilmiah berarti menempatkan dan menyimpulkan
teori-teori dan konsep-konsep yang nantinya dapat memberikan kerangka kerja
dalam menjelaskan suatu topik dalam sebuah penelitian. Banyak cara dan
model membuat kajian pustaka, Creswell mengemukakan beberapa model sesuai
dengan pendekatan penelitian yang dilakukan. Untuk pendekatan kualitatif,
model pertama, peneliti menempatkan kajian pustaka pada bagian
pendahuluan, ini dimaksudkan agar kajian pustaka dapat menjelaskan latar
belakang secara teoritis masalah-masalah penelitian. Model kedua, menempatkan
kajian pustaka pada bab terpisah seperti halnya pada pendekatan kuantitatif, model
ketiga Kajian pustaka ditempatkan pada bagian akhir penelitian bersamaan
dengan literatur terkait.
Untuk
pendekatan kuantitatif selain menyertakan sejumlah besar teori dan konsep pada
bagian pendahuluan juga memperkenalkan masalah atau menggambarkan secara detail
literatur dalam bagian khusus dengan judul seperti tinjauan pustaka,
kajian teori atau kajian pustaka, dan pada bagian akhir penelitian meninjau kembali
literatur terkait dan membandingkan dengan temuan penelitian.
Berikut
ini adalah sintesis dari langkah-langkah melakukan kajian pustaka menurut
Donald Ary dan Creswell sebagai berikut:
- Mulailah dengan mengidentifikasi kata kunci topik penelitian untuk mencari materi, referensi, dan bahan pustaka yang terkait.
- Membaca abstrak laporan-laporan hasil penelitian yang relevan, bisa didapatkan dari sumber perpustakaan, jurnal, buku, dan prosiding.
- Membuat catatan hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map) urutan dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
- Membuat ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
- Membuat kajian pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
- Pada akhir kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang dilakukan berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan pentingnya topik penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur yang sudah ada.
Langkah-langkah di atas dapat digunakan untuk
menulis kajian pustaka berbagai jenis metode/pendekatan penelitain. Selain itu
juga dapat mempersempit ruang lingkup penelitian yang di ajukan sehingga
rumusan masalah dan langkah penelitian lebih jelas dan dapat dilakukan dengan
baik.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah
itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data.
v Bentuk-bentuk rumusan masalah
Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu rumusan masalah
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
v Rumusan masalah yang baik
Rumusan masalah yang baik yaitu :
•
Masalah harus feasible
•
Masalah harus jelas
•
Masalah harus signifikan
•
Masalah bersifat etis
v Pertanyaan penelitian
·
Pertanyaan penelitian-permasalahan penelitian-Fokus
penelitian.
·
Pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian.
·
Pertanyaan penelitian menekankan pada fakta dan
pengumpulan informasi.
·
Pertanyaan penelitian dapat diperinci menjadi
“pertanyaan penyelidikan”.
·
Pertanyaan pengukuran, pertanyaan yang diajukan pada
responden.
3.2 Menentukan Variabel Penelitian
·
Pengertian dan macam variabel
·
Variabel dan data
·
Variabel sebagai objek penelitian
·
Pentingnya memahami variabel
·
Memilih variable yang bermakna
3.3 Menentukan Tujuan dan Manfaat Penelitian
·
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
·
Manfaat penelitian
Berisikan uraian
tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (IPTEKS).
3.4 Teknik Menyusun Landasan Teori Pada
Penelitian Kuantitatif
Dalam landasan
teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan
kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan
instrumen penelitian.
v Deskripsi Teori
Dekripsi
teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan
bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti.
v Kerangka Berfikir
Kerangka
berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Pertautan antar
variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian.
Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan
pada kerangka berfikir.
3.5 Menyusun Landasan Teori atau Kajian Pustaka
yang Relevan
1) Mengidentifikasi
kata kunci topik penelitian untuk mencari materi, referensi, dan bahan pustaka
yang terkait.
2) Membaca abstrak
laporan-laporan hasil penelitian yang relevan,
3) Membuat catatan
hasil bacaan dengan cara membuat peta literatur (literature map) urutan
dan keterkaitan topik penelitian dan referensi bibliografi secara lengkap.
4) Membuat
ringkasan literatur secara lengkap berdasarkan peta literatur, sesuai dengan
urutan dan keterkaitan topik dari setiap variabel penelitian.
5) Membuat kajian
pustaka dengan menyusunnya secara tematis berdasarkan teori-teori dan
konsep-konsep penting yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
6) Pada akhir
kajian pustaka, kemukakan pandangan umum tentang topik penelitian yang dilakukan
berdasarkan literatur yang ada, dan jelaskan orisinalitas dan pentingnya topik
penelitian yang akan dilakukan di banding dengan literatur yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian
Kuantittif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sugiono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV.Alfabeta
https://zultogalatp.wordpress.com/2013/03/07/teknik-menyusun-kajian-pustaka/
http://in1001.blogspot.co.id/2013/09/kajian-teori-penelitian-yang-relevan_4769.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar