BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa
wahyu yang disampaiakan oleh Jibril kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya
terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui uapaya para pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan
masalah yang berhubungan dengan keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang
berhubungan dengan amal yaitu syari’ah.
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril
kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya para
pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu
terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan
keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu
syari’ah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman, dibicarakan di dalam Al-Qur’an
tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan
bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab semua amal perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia
sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk
dalam ruang lingkup amal shaleh (Syari’ah). Istilah-istilah yang biasa
digunakan untuk membicarakan ilmuu tentang syari’ah ialah: a) ibadah, untuk
perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, b) mu’amalah, untuk perbuatan
yang berrhubungan dengan selain Allah, dan c) akhlaq, untuk tindakan yang
menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan
Oleh karena pendidikan merupakan suatu
upaya membentuk manusia seutuhnya/ memanusikan manusia, maka pendidikaan
tergolong kegiatan mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut
menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun
masyrakat.
Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-qur’an terhadap pendidikan yakni menurut
surat Al-Luqman ayat 14.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
a. Apa isi kandungan Surat Luqman ayat
14?
b. Bagaimanakah munasabah Surat Luqman
dengan ayat sebelum / sesudahnya?
c. Surat apakah yang dapat dijadikan
tafshir bin nash dari surat Luqman ayat 14?
d. Bagaimanakah tafsir bir ro`yi dari
Surat Luqman ayat 14?
e. Apakah relevansi Surat Luqman ayat
14 dengan pendidikan?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui isi kandungan Surat
Luqman ayat 14
b. Untuk memahami munasabah Surat
Luqman dengan ayat sebelum / sesudahnya
c. Untuk memahami Surat yang dapat
dijadikan tafshir bin nash dari surat Luqman ayat 14
d. Untuk memahami tafsir bir ro`yi dari
Surat Luqman ayat 14
e. Untuk memahami relevansi Surat
Luqman ayat 14 dengan pendidikan
BAB
II
KAJIAN AYAT
2.1 Q.S Luqman
ayat 14 dan Terjemahannya
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ -١٤-
Artinya:
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu-bapaknya. Ibunya
telah mengandung dia dalam keadaan lemah dan bertambah lemah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya
kepada-Ku-lah semua kembali.
2.2 Isi
Kandungan Q.S Luqman ayat 14
a. Bersyukur kepada
Alloh
Luqman dianugrahi Alloh dengan nikmat yang besar berupa ilmu
pengetahuan, yaitu hikmat. Salah satu ajaran Lukman adalah bersyukur kepada
Alloh. Syukur kepada Alloh adalah menerima dan mensyukuri nikmat yang telah d
berikan Alloh. Mensyukuri nikmat Alloh pertama dengan ucapan, yaitu membaca
hamdalah, yang kedua dengn cara menggunakan nikmat itu sesuai dengan fungsinya,
misalnya nikmat di beri pendengaran dengan menggunakan pendengaran itu untuk
mendengarkan hal-hal yang baik, diberi nikmat akal menggunakan akal sesuai
dengan fungsinya, yaitu belajar dan menuntut ilmu. Jika nikmat itu disyukuri,
maka nikmat Allah akan bertambah, yaitu didapatinya keuntungan dan tambahan
nikmat, misalnya diberi nikmat akal yang disyukuri dengan belajar, maka kita akan
ditambah nikmat dengan memperoleh ilmu pengetahuan. Inilah yang dimaksud dengan
kalimat yang diatas, yaitu “siapa yang bersyukur sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri”.
Selanjutnya apabila orang tidak brsyukur terhadap nikmat Allah, maka
Allah tetap Maha Kaya dan terpuji, artinya Allah tidak akan rugi, malah manusia
itu yang rugi, bahkan lebih dari itu, ia akan memperoleh siksa yang pedih,
sebab nikmat yang tidak disyukuri akan menyiksa dirinya, misalnya seseorang
yang tidak menggunakan nikmat Allah telinga, ia pakai untuk mendengarkan yang
maksiat, maka yang ia peroleh hanya siksa Allah. Hal ini sesuai dengan firman
Allah :
“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu
sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim,: 7)
b. Kewajiban Orang Tua
Mendidik Anak, Terutama Didikan Aqidah
dalam ayat kedua Allah menjelaskan ketika Lukman mengajar anaknya dengan
ajaran tentang Tauhid atau keesaan Allah. Ayat ini memberikan bimbingan bagi
kita bahwa kewajiban prang tua yang paling utama adalah mengajarkan agama,
tertama menanmkan keimanan kepada anaknya.
Mendidikan aqidah kepada anak-anak sebaiknya dilakukan orang tua dengan
sungguh-sungguh, karena syirik (menyukutukan Allah) merupakan dosa yang tidak terampuni dan
kezaliman yang yata. Karena itu mendidik anak agar meghindarkan bahanya syirik
merupakan kewajiban orang tua yang pertama dan paling utama dalam keluarga.
c. Wajib berbuat baik kepada ibu bapak, sebagai ungkapan
terimakasih anak kepada orang tua disamping kepada Allah
Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar manusia berbuat baik kepada
orang tuanya, karena betapa besar pengorbanan keduanya sejak ibunya mengandung,
merawat, mengasuh, dan mendidiknya. Allah menggambarkan dalam ayat diatas
betapa berat pengorbanan seorang ibu yag mengandung anaknya karena itu anak
yang tidak berterimaksih kepada ibunya dipendang sebagai dosa besar. Demikian
pula kepada bapaknya, karena bapaknya yang mengusahakan dan bertanggung jawab
terhadap kelangsungan kehidupan istri dan anaknya. Karena itu berbuat baik
kepada ibu bapak merupakan kewajiban utama dari anak-anak.
Berbuat baik kepada orang tua merupakan terimakasih kepada mereka
sekaligus bersyukur kepada Allah yang memberikan segala kenikmatan itu dan
satu-satunya tempat kembali setiap makhluk
2.3 Mufrodat
وَوَصَّيْنَاdan kami
perintahkan:
|
وَفِصَالُهُdan
menyapihnya:
|
الْإِنسَانَmanusia:
|
فِي عَامَيْنِdua tahun:
|
بِوَالِدَيْهِ(berbuat baik) kepada
ibu-bapaknya:
|
أَنِ اشْكُرْ لِيbersyukurlah
kepada ku:
|
حَمَلَتْهُ أُمُّهُibunya telah
mengandung:
|
وَلِوَالِدَيْكَdan kepada ke
2 orang tua mu
|
وَهْناًlemah:
|
إِلَيَّ الْمَصِيرُkepada kulah
semua kembali:
|
عَلَى وَهْنٍbertambah
lemah:
|
|
|
|
|
|
Kata:
وَهْنًاًberarti
kelemahan atau kerapuhan. yang di maksud disini kurangnya
kemampuan menikul beban kehamilan, penyusuan, dan pemeliharaan anak. Patron
kata yang di gunakan ayat inilah mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai
ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang
berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya. Jika anda
berkata bahwa si A cantik, kecantikannya itu boleh jadi baru mencapai 60% atau
katakanlah 80% dari seluruh unsure kecantikan. Tetapi, jika anda menyifatinya
dengan berkata “dia adalah kecantikan”, Anda bagaikan telah meletakkan semua
unsure kecantikan, yakni 100% pada diri yang bersangkutan.
kata:وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ / dan penyapiannya
di dalam dua tahun mengisyaratkan betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuh kembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Kata fi/di
dalam mengisyaratkan bahwa masa itu tidak mutlak demikian karena bila anda
berkata pena dalamsaku, itu tidak berarti bahwa semua bagian dari pena telah
masuk dan berada di dalam saku.[1]
2.4 Munasabah Q.S Luqman ayat 14
Surat
Luqman ayat 14 munasabah dengan ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya, yakni
surat Luqman ayat 13, dan surat Luqman ayat 15, yang berbunyi:
Surat
Luqman ayat 13:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ
بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ -١٣-
Artinya :
“Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,
“Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Allah
ta’ala memberi tahukan tentang pesan surat luqman kepada anaknya. Nama lengkap
luqman ialah luqman ibn anqa’ bin sadun, sedangkan anaknya bernama taran .
demikian menurut kisah yang dikemukakan oleh as-suhaili pertama-tama luqman
berpesan agar anaknya menyembah allah yang Esa. Kemudaian dia mewanti anaknya
bahwa” sesungguhnya mempersekutukan itu benar-benar merupakan kezaliman yang
besar”. Syirik merupakan perbuatan terzalim diantara kezaliman. Dan hal ini
sesuai Hadist yg di riwayatkan oleh bukhori dari Abdullah, dia berkata,
(لَمْ نَزَلَتْ: اَلّذِيْنَ آمَنُوْا وَلَمْ يَلْبَسُوْا إِيْمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ. شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلّم وَقَلُوْا أَيُّنَا لَمْ يُلْبِسُ
إِيْمَانَهُ بِظُلْمٍ؟ فَقَالَ رَسًوْلُ اللّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلّم :
إِنَّهُ لَيْسَ بِذَلِكَ أَلاَ تَسْمَعُ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ : يَا بُنَيَّ لاَ
تُشْرِكُ بِا اللّهِ إِنَّ الشِرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ)(رواه
البخاري)
Dan
hadits ini pun diriwayatkan pula oleh muslim dari al-A’masy.
Kemudian
luqman membarengkan pesan beribadah kepada allah yang esa dengan berbuat baik
kepada orang tua. Dalam surah ini allah berfirman “Dan kami perintahkan
kepada manusia Agar berbuat baik kepada
dua orang tuanya . ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah dan bertambah
lemah dan meyepihnya dalam dua tahun“ berarti setelah anak dilahirkan , maka si ibu
merawatnya dan menyusuinya. Sebagaimana didukung oleh surat Al-Baqarah Ayat
233. Dari ayat ini, ibnu Abbas menyimpulkan bahwa masa minimal kehamilan ialah
enam bulan, sebab dalam ayat lain Allah berfirman, “Mengandung dan
menyapihnya adalah tiga puluh bulan”. Allah menceritakan perawatan dan
keletihan dan kesulitan ibu terjadi tanpa mengenal waktu, baik siang maupun
malam dan terjadi selama berbulan-bulan. Penceritaan ini dimaksudkan agar anak
senantiasa teringat akan kebaikan ibu yang telah diberikan kepadanya. Dan karena itu Allah berfirman, “Bersyukurlah
kepada-Ku dan kedua orang tuamu. Hanya akulah tempat kembali”.
Surat
Luqman ayat 15:
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ -١٥-
Artinya :
Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang
itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.
Dalam kitabul ‘isyarah,
thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada sa’ad bin malik, dia
berkata, ”ayat ‘apabila keduanya memaksamu.......’ diturunkan berkenaan dengan ku. Dahulu aku
seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku. Setelah masuk islam, ibuku
berkata, ”Hai Sa’ad, apa yang kulihat padamu telah mengubahmu. Kamu harus
meninggalkan agamamu ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati.
Lalu kamu dipermalukan karenanya dan dikatakan, “ Hai pembunuh ibu!” Aku
menjawab, ‘Hai ibu jangan lakukan itu. Sesunguhnya aku tidak akan meninggalkan
agamaku ini karena apapun’. Selama sehari semalam dia tidak makan sehingga dia
menjadi letih. Tindakan ini berlanjut hingga tiga hari sehingga tubuhnya
menjadi letih sekali. Setelah aku melihatnya demikian, aku berkata, ‘hai ibuku,
ketahuilah. Demi allah , jika kamu punya seratus nyawa lalu kamu
menghembuskanya satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan agamaku ini
karena apapun. Engkau dapat makan maupun tidak sesuai dengan kehendakmu.’ Akhirnya
diapun makan.[2]
2.5 Tafsir bin
Nash Q.S Luqman ayat 14
Allah memerintahkan
kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan
melaksanakan haknya. Pada ayat-ayat lain Allah memerintahkan yang demikian,
firman Nya:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ
إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ
كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً
كَرِيماً -٢٣-
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.[3]
قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ
أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَلاَ
تَقْتُلُواْ أَوْلاَدَكُم مِّنْ إمْلاَقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ
تَقْرَبُواْ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ
الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
-١٥١-
Artinya: Katakanlah
(Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang Diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan
mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah
membunuh anak-anakmu karena miskin. Kami-lah yang Memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat
ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang Diharamkan Allah
kecuali dengan alasan yang benar.** Demikianlah Dia Memerintahkan kepadamu agar
kamu mengerti[4].
Sebagaimana
diterangkan dalam hadis :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
:يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ،
قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ
مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang [5]tersebut
kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa
lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Dalam ayat-ayat yang
lain pun Allah SWT menentukan lamanya
menyusukan anak itu, yaitu selama dua tahun juga. Allah berfirman :
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ
كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ..............
Artinya :
“Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan.”[6]
Firman Nya lagi:
..........وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ
شَهْراً......... (البقرة ١٥)
Artinya :
“Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh
bulan”.[7]
Maksudnya: lamanya seorang ibu mengandung anaknya
ialah enam bulan (dan ini adalah masa mengandung yang paling kurang ), dan masa
menyusukan ialah dua puluh empat bulan.
2.6 Tafsir Bir-ra’yi
Q.S Luqman ayat 14
Allah memerintahkan
kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan
melaksanakan haknya.
Kemudian disebut pula dalam ayat ini sebab–sebab
diperintahkan berbuat baik kepada ibu, yaitu:
1. Ibu
mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama masa mengandung itu ibu
menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan
pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin
lemah, sampai ia melahirkan. Kemudian baru pulih kekuatannya setelah habis masa
nifasnya.
2. Ibu
menyusui anaknya sampai masa dua tahun. Amat banyak penderitaan dan kesukaran
yang dialami ibu dalam masa menyusui anak itu. Hanyalah Allah yang mengetahui
segala penderitaan itu.
Di samping yang disebutkan
ada lagi beberapa hal yang mengharuskan anak menghormati dan berbuat baik
kepada ibu bapak, yaitu:
1. Ibu
dan bapak telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Cinta dan
kasih sayang itu terwujud dalam berbagai bentuk, diantaranya ialah usaha-usaha
memberi nafkah, mendidik dan menjaga serta memenuhi keinginan-keinginan
anaknya. Usaha-usaha yang tidak mengikat itu dilakukan tanpa mengharapkan
balasan sesuatuapapun dari anak-anaknya, kecuali agar anak-anaknya dikemudian
hari berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
2. Anak
adalah buah hati dan pengarang jantung dari ibu bapaknya, seperti yang
disebutkan dalam suatu riwayat. Rasulullah saw bersabda :”Fatimah adalah buah
hatiku”.
3. Anak-anak
sejak dari dalam kandungan ibu sampai dia lahir ke dunia dan sampai pula dewasa
, makan, minum, dan pakaian serta segala keperluan yang lain ditanggung ibu
bapaknya.
Dengan perkataan lain
dapat diungkapkan bahwa nikmat yang paling besar yang diterima oleh seorang
manusia adalah nikmat dari Allah, kemudian nikmat yang diterima dari ibu
bapaknya. Itulah sebenarnya Allah SWT meletakkan kewajiban berbuat baik kepada
kedua orang ibu bapak, sesudah kewajiban beribadat kepada Nya.
Pada akhir ayat ini
Allah SWT memperingtkan bahwa manusia akankembali kepada Nya, bukan kepda oran lain.
Pada saat itu dia akan memberikan pembalasan yang adil kepada hamba-hamba Nya.
Perbuatan baik akan dibalasi oleh pahala yang berlipat ganda berupa surge yang
penuh kenikmatan sedang perbuatan jahat akan dibalasi dengan siksa berupa
neraka yang menyala-nyala.[8]
Thahir Ibn Asyur berpendapat
bahwa jika kita menyatakan bahwa Luqman bukan seorang Nabi, ayat ini adalah sisipan
yang sengaja diletakkan setelah wasiat Luqman yang lalu tentang keharusan mengesakan
Allah dan mensyukuri-Nya. Dengan sisipan ini, Allah menggambarkan betapa dia sejak
dini telah melimpahkan anugerah kepada kedua orang tuanya. Dengan demikian,
anugerah ini mencakup Luqman sebagai ganjaran atas perhatiannya memulai nasihatnya
kepada anaknya agar memerhatikan hak Allah, jangan sampai dipersekutukan. Disini,
Allah menunjukkan bahwa dia bersegera mendahului siapa pun untuk memberi anugerah
kebajikan terhadap siapa yang memberi perhatian terhadap hak-nya.
Pendapat ini dikuatkan oleh
disandingkannya perintah bersyukur kepada Allah dengan penghormatan kepada kedua
ibu bapak. Demikian Ibn A’syur yang selanjutnya menulis: “Kalau kita berpendapat
bahwa Luqman adalah seorang Nabi, ayat ini adalah bagian dari nasihatnya yang
beliau sampaikan sesuai dengan bunyi wahyu yang beliau terima dan sejalan pula
dengan redaksi ayat sebelumnya yang menyatakan: “…bersyukurlahkepada Allah”.
Dalam konteks ayat ini, Ibn Asyur mengemukakan riwayat bahwa Luqman, ketika menyampaikan
nasihatini kepada anaknya, dia juga menyampaikan bahwa: “Sesungguhnya Allah telah
menjadikan aku rela kepadamu sehingga dia tidak mewasiatkan aku terhadapmu, tetapi
dia belum menjadikan engkau rela kepada kumaka dia mewasiatkanmu berbaktikepadaku.”Demikian
antara lainIbn ‘Asyur.
Apakah kandungan ayat
di atas merupakan nasihat Luqman secara langsung atau tidak? Yang jelas, ayat
di atas bagaikan menyatakan: Dan kami wasiatkan,yakni berpesan amat kukuh,
kepada semua semua manusia menyangkut kedua orang tuai bu-bapaknya; Pesan
kami bi sebab kan karena ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan
di atas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan dari saat kesaat bertambah tambah.
lalu, dia melahirkannya dengan susah payah, kemudian memelihara dan menyusukannya
setiap saat, bahkan di tengah mala ketika
saat manusia lain tertidur nyenyak. Demikian hinggati bamasa menyapikannya dan
penyapiannya di dalam dua tahun terhitung
sejak hari kelahiran sang anak. Wasiat kami ituadalah: Bersyukurlah kepada-ku!
karenaaku yang menciptakan kamu dan menyediakan semua sarana kebahagiaan kamu,
dan bersyukurpulalah kepadadua orang tua ibubapak- kamukarenamereka yang
aku jadikan perantara kehadiran kamu di pentas bumi ini. Kesyukuran ini mutlak kamu
lakukan karena hanya kepada-kulah –tidak kepada selain Aku-kembali kamu semua,
wahai manusia, untuk kamu pertanggung jawabkan kesyukuran itu.
Ayat di atas tidak menyebutkan
jasa bapak, tetapi menekankan pada jasa ibu. Ini disebabkan ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena
kelemahan ibu, berbeda dengan bapak.Disisi lain ,”peranan bapak” dalam konteks kelahiran
anak lebih ringan disbanding dengan peranan ibu. Setelah pembuahan, semua
proses kelahiran anak dipikul sendirian oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya,
tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang, ayah bertanggung
jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat,
tetapi ini tidak langsung menyentuh anaknya, berbeda dengan peranan ibu. Betapapun
peranan ayah tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran anak, jasanya tidak
diabaikan karena itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahnya, sebagaimana berdoa
untuk ibunya. Sesuai yang telah diajarkan Al-Quran: Rabbi, Tuhanku!
Kasihanilah keduanya disebabkan karena mereka berdua telah mendidik aku di
waktu kecil. (QS. Al-Isra’ [17]: 24). [9]
Imam
‘Ali As-Shobuni di dalam kitabnya membagi penjelasan tentang surat Al-Luqman
Ayat 14 beberapa bagian,
1.
Allah
menyebutkan sebuah wasiat “ أمر الوالدين“
kemudian Allah mengecualikan kepada ibu secara khusus. Ini termasuk dalam bab
penyebutan “الخا ص بعد العام” berfungsi untuk menambahkan perhatian dan
memberikan penjelasan tentang hak ibu dari anak itu lebih penting dari pada hak
bapak dari anak. Imam Az-Zamakhsyari berkata di dalam kitab Al-kassyaf :
tentang lafadz حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى
وَهْنٍ. Allah menyebutkan lafadz ini bertujuan untuk menuturkan
bahwa ibu itu menderita atau mengalami kesulitan ketika hamil dan menyapi
anaknya. Ini merupakan waktu yang sangat
lama. Dan oleh sebab itu wajib bagi kita untuk memghormati dan memberikan
penghargaan yang sangat mulia bagi ibu semata. Dan kemudian pendapat ini
dikuatkan oleh hadits nabi SAW tentang mana yang harus di taati dari kedua
orang tua? NABI SAW menjawab ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Dan juga karena
ibu itu telah rela menjadikan dirinya seperti tukang pikul yang memikul bayi yang
ada dalam kandungan dan disandarkan pada punggungnya!
2.
Ketika
Allah SAW menyebutkan lafadz syukur untuk kdua orang tua setelah bersyukur
kepada Allah. Sesuai firman Allah taala: أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ. Dan dari firman Allah tersebut
mengindikasikan bahwa haq Allah Swt itu lebih mulia daripada haq kepada orang
tua. Dan syukur kepada Allah itu lebih wajib daripada ke orangtua. Karena Allah
adalah dzat yang memberikan nikmat yang haqiqi dan merupakan dzat yang
menganugerahkan banyak nikmat kepada hamba-hambanya. Sedangkan syukur kepada
kedua orang tua itu merupakan bagian dari syukur kepada dzat yang memberikan
nikmat(Allah Swt). Dan Allah juga merupakan dzat yang menjadi sebab haqiqi bagi
makhluq dan kedua orangtua itu merupakan sebab dhohiry. Dan wajib bagi kita
untuk mendahulukan sebab haqiqi(Allah Swt) daripada sebab dhohiry(kedua
orangtua).
3.
Lafadz
إِلَيَّ الْمَصِيرُ itu
memberikan isyarah/petunjuk yaitu الحصر
atau pembatasan bahwa hanya kepada Allah semata tempat kembali bukan kepada
selain-Nya. Dan kepada-Nya tempat kembali bagi semua makhluq bukan kepada
satupun selain Allah Swt.[10]
Adapun kesimpulan yang
dapat kami ambil dari pendapat-pendapat tersebut adalah kita seharusnya
berbakti kepada ke dua orang tua kita, dikarenakan orang tua kita sudah
menyayangi kita dan merawat kita mulai dari kecil hingga kita dewasa tanpa
mengharapkan imbalan sedikitpun dari kita, tanpa pandang waktu sedikitpun yang
telah dihabiskan dalam merawat kita. Dan adapun yang lebih ditekankan dalam
ayat ini adalah kita harus berbuat baik kepada ibu kita, karena ibu kita adalah
orang yang sangat berjasa bagi kita, beliau yang mengandung kita, menyusui
kita, merawat kita. Sebab ibu itu
menderita atau mengalami kesulitan ketika hamil dan menyapi anaknya. Ini
merupakan waktu yang sangat lama. Dan
oleh sebab itu wajib bagi kita untuk memghormati dan memberikan penghargaan yang
sangat mulia bagi ibu semata. Dan kemudian pendapat ini dikuatkan oleh hadits
nabi SAW tentang mana yang harus di taati dari kedua orang tua? NABI SAW
menjawab ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Dan juga karena ibu itu telah rela
menjadikan dirinya seperti tukang pikul yang memikul bayi yang ada dalam
kandungan dan disandarkan pada punggungnya! Dan hendaknya bagi kita jangan
hanya taat kepada kedua orang tua saja namun juga untuk tidak lupa taat kepada
Allah Swt yang merupakan dzat pemberi nikmat dan yang menjadi tempat kembali bagi semua makhluq tanpa ada satupun
yang dapat menyamai hal tersebut/menyamai Allah swt.
2.7 Relevansi Surat Luqman ayat 14 dengan Pendidikan
Era globalisasi telah memasuki kehidupan manusia. Arus informasi dan teknologi melanda deras
tak terkendali serta menggantikan otak dan pekerjaan manusia. Kini, orang-orang
semakin sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mulai dari urusan kantor
sampai urusan rumah tangga dan urusan-urusan yang lainnya. Kita hidup sekarang
di zaman dan lingkungan yang jauh berbeda dengan zaman dan lingkungan ketika
Islam itu diterapkan pertama kali. Di samping itu kita yakin pula bahwa ajaran
itu berlaku di segala zaman dan tempat. Dan sungguh Islam adalah agama yang
sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Namun sangat
disayangkan orang tua zaman sekarang jarang memperhatikan pendidikan buah
hatinya lantaran kesibukan mereka karena harus mencari nafkah untuk memenuhi
seluruh kebutuhan keluarga maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada
pendidik di sekolah untuk mendidik anak mereka. Masih terlihat orang tua yang
belum memberikan nasihat kepada anak dalam hal pendidikan Islam, sesuai dengan
surat Luqman ayat 14. Nilai pendidikan yang terkandung dalam Surat Luqman 14
dapat dipakai oleh keluarga untuk melaksanakan pendidikan bagi anaknya, dalam
kehidupan pada masa sekarang dalam menerapkan konsep pendidikan tersebut sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula dalam surah Luqman mempunyai
isi, gaya persembahan dan metodologi yang boleh diaplikasikan dalam kehidupan
keluarga pada masa kini. Ayat ini dipahami sebagai surat yang harus dibaca pada
saat prosesi aqiqah atau syukuran atas kelahiran seorang anak, dengan harapan
bahwa nantinya dapat mengaplikasikan apa-apa saja nilai-nilai pendidikan dalam
surah Luqman. Walaupun sederhana materi diajarkan dalam surah Luqman kepada
kita semua yang hidup di zaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam
filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki dalam surah Luqman untuk dapat
dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir zaman. Di sini penyusun membagi dalam beberapa bahasan sebagai
berikut.
a.
Pendidikan Aqidah dalam Islam haruslah berusaha membina atau
mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rububiyah Allah SWT . Pendidikan
aqidah merupakan landasan pertama dalam pembentukan karakteristik dan moral
anak. Dengan pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan tidak akan
kehilangan kompas dalam keadaan situasi yang bagaimanapun, baik di waktu lapang
maupun di waktu sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu
yang ditemui dalam kehidupan ini, datangnya dari yang maha kuasa dan akan
kembali kepada-Nya pula. Apabila akhlak yang terpuji telah tertanam ke dalam
jiwa anak maka urusan dirinya berkaitan dengan teman-teman akan menjadi mudah.
Apa yang dia inginkan akan tercapai. Teman-teman dan orang-orang lain akan menaruh
rasa cinta, mereka tidak akan menyakiti hatinya, jiwa pun menjadi tenang ridha
Allah SWT pun akan terlimpah kepadanya.
b.
Pendidikan Berbakti ( ubudiyah ). Birrul Walidain Sebagai
mana telah disebutkan salah satu pokok pendidikan Berbakti adalah birrul walidain.
Perkara penting yang menjadi tumpuan pendidikan dalam surah Luqman ialah
berbuat baik kepada kedua ibu bapa dan berakhlak mulia terhadap masyarakat.
Berbuat baik kepada ibu bapa mencakupi aspek perbuatan, sikap dan ucapan. Hal
ini demikian memamerkan kasih sayang yang ikhlas daripada seorang anak terhadap
kedua ibu bapanya. Seseorang anak hendaklah mendahulukan ibu daripada bapanya
dalam usaha untuk menunaikan tanggungjawab syarak dan membalas jasa mereka.
Allah SWT memerintahkan agar berbuat baik kepada kedua orang tua dan berlaku
lemah lembut kepadanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan kepada
Allah SWT, dan menjalin hubungan dengan keduanya. Seseorang anak perlu taat
kepada kedua ibu bapanya selagi perintah mereka tidak bertentangan dengan
perintah dan hukum Allah SWT. Anak-anak juga masih bertanggung jawab kepada
kedua ibu bapak yang kafir seperti menjalinkan silaturrahim dan memberi nafkah
hidup sekiranya mereka tidak mampu. Oleh karena itu dalam pembicaraan dan
percakapan dengan ibu bapak dalam kehidupan zaman sekarang haruslah dilakukan
dengan lemah lembut dan hormat dan diliputi oleh perasaan cinta. Kemudian komunikasi
yang mempertautkan hati dengan hati dengan ibu bapak haruslah senantiasa
dibangun, dengan memohonkan ampunan dan kasih sayang illahi terhadap orang tua,
lebih-lebih lagi apabila orang tua itu sudah meninggal dunia[11]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pada
surat Luqman ayat 14 ini membahas tentang 3 poin yakni:
a. Bersyukur
kepada Alloh
b. Kewajiban
Orang Tua Mendidik Anak, Terutama Didikan Aqidah
c. Wajib
berbuat baik kepada ibu bapak, sebagai
ungkapan terimakasih anak kepada orang tua disamping kepada Allah
2. Surat Luqman ayat 14 munasabah dengan ayat sebelum dan ayat
sesudahnya, yakni surat Luqman ayat 13, dan surat Luqman ayat 15, dikarenakan
mulai dari ayat 13 sampai ayat 15 itu masih menjelaskan tentang pendidikan
terhadap anak, dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
3. Tafsir bin Nash dari surat Luqman ayat 14 adalah Surat Al Isro`
ayat 23 dan Surat Al An`am ayat 151. Ketiga ayat tersebut sama-sama
menganjurkan kepada kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita.
4. Imam
‘Ali As-Shobuni di dalam kitabnya membagi penjelasan tentang surat Al-Luqman
Ayat 14 beberapa bagian,
a.
Allah
menyebutkan sebuah wasiat “ أمر الوالدين“
kemudian Allah mengecualikan kepada ibu secara khusus. Ini termasuk dalam bab
penyebutan “الخا ص بعد العام” berfungsi untuk menambahkan perhatian dan
memberikan penjelasan tentang hak ibu dari anak itu lebih penting dari pada hak
bapak dari anak. Imam Az-Zamakhsyari berkata di dalam kitab Al-kassyaf :
tentang lafadz حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى
وَهْنٍ. Allah menyebutkan lafadz ini bertujuan untuk menuturkan
bahwa ibu itu menderita atau mengalami kesulitan ketika hamil dan menyapi
anaknya. Ini merupakan waktu yang sangat
lama. Dan oleh sebab itu wajib bagi kita untuk memghormati dan memberikan
penghargaan yang sangat mulia bagi ibu semata. Dan kemudian pendapat ini
dikuatkan oleh hadits nabi SAW tentang mana yang harus di taati dari kedua
orang tua? NABI SAW menjawab ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Dan juga karena
ibu itu telah rela menjadikan dirinya seperti tukang pikul yang memikul bayi
yang ada dalam kandungan dan disandarkan pada punggungnya!
b.
Ketika
Allah SAW menyebutkan lafadz syukur untuk kdua orang tua setelah bersyukur
kepada Allah. Sesuai firman Allah taala: أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ. Dan dari firman Allah tersebut
mengindikasikan bahwa haq Allah Swt itu lebih mulia daripada haq kepada orang
tua. Dan syukur kepada Allah itu lebih wajib daripada ke orangtua. Karena Allah
adalah dzat yang memberikan nikmat yang haqiqi dan merupakan dzat yang
menganugerahkan banyak nikmat kepada hamba-hambanya. Sedangkan syukur kepada
kedua orang tua itu merupakan bagian dari syukur kepada dzat yang memberikan
nikmat(Allah Swt). Dan Allah juga merupakan dzat yang menjadi sebab haqiqi bagi
makhluq dan kedua orangtua itu merupakan sebab dhohiry. Dan wajib bagi kita
untuk mendahulukan sebab haqiqi(Allah Swt) daripada sebab dhohiry(kedua
orangtua).
c.
Lafadz
إِلَيَّ الْمَصِيرُ itu
memberikan isyarah/petunjuk yaitu الحصر
atau pembatasan bahwa hanya kepada Allah semata tempat kembali bukan kepada
selain-Nya. Dan kepada-Nya tempat kembali bagi semua makhluq bukan kepada
satupun selain Allah Swt.[12]
4. Relevansi
Surat Luqman ayat 14 dengan pendidikan yaitu:
a.
Pendidikan Aqidah dalam Islam haruslah berusaha membina atau
mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rububiyah Allah SWT .
b.
Pendidikan Berbakti ( ubudiyah ). Birrul Walidain Sebagai
mana telah disebutkan salah satu pokok pendidikan Berbakti adalah birrul
walidain.
DAFTAR PUSTAKA
Dasuki, Abdul Hafidz, Al Qur`an
dan Tafsirnya, Semarang: Effhar Offset, 1993.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al
Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR jilid 3,
Jakarta : Gema Insani, 2000.
As-Shobuni, Muhammad
Ali, kitab Rawai’ul Bayan Fi Tafsiri Ayatil Ahkam Minal Qur’an jilid 2,
Beirut : Dar As-Shoshoh.
[1] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah. Hal :301-302
[2] Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR jilid 3,
Jakarta : Gema Insani, 2000. Hal : 789-791
[3]
Q.S. 17 (Al – isra`) : 23
[5]
HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548
[6]
Q.S.2 (Al-Baqarah) : 233
[7]
Q.S.46 (Al Ahqaf) :15
[8] Al
haj `abdul hafid dasuqi, Al Qur`an dan Tafsirnya, Effhar offset,
Semarang, 1993. Hal 637-641
[9] M.
Quraish Shihab, Tafsir al Misbah. Hal. 299-302
[10]
As-Shobuni, Muhammad Ali, kitab Rawai’ul Bayan Fi Tafsiri Ayatil
Ahkam Minal Qur’an jilid 2, Beirut : Dar
As-Shoshoh. Hal: 175 jilid 2.
[12]
As-Shobuni, Muhammad Ali, kitab Rawai’ul Bayan Fi Tafsiri Ayatil
Ahkam Minal Qur’an jilid 2, Beirut : Dar
As-Shoshoh. Hal: 175 jilid 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar