Rabu, 12 Agustus 2015

Berbakti pada kedua orang tua

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya para pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu syari’ah.
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya para pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu syari’ah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman, dibicarakan di dalam Al-Qur’an tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (Syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan untuk membicarakan ilmuu tentang syari’ah ialah: a) ibadah, untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, b) mu’amalah, untuk perbuatan yang berrhubungan dengan selain Allah, dan c) akhlaq, untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan
Oleh karena pendidikan merupakan suatu upaya membentuk manusia seutuhnya/ memanusikan manusia, maka pendidikaan tergolong kegiatan mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyrakat. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-qur’an terhadap pendidikan yakni menurut surat Al-Luqman ayat 14.

1.2  RUMUSAN MASALAH
a.       Apa isi kandungan Surat Luqman ayat 14?
b.      Bagaimanakah munasabah Surat Luqman dengan ayat sebelum / sesudahnya?
c.       Surat apakah yang dapat dijadikan tafshir bin nash dari surat Luqman ayat 14?
d.      Bagaimanakah tafsir bir ro`yi dari Surat Luqman ayat 14?
e.       Apakah relevansi Surat Luqman ayat 14 dengan pendidikan?

1.3  TUJUAN
a.    Untuk mengetahui isi kandungan Surat Luqman ayat 14
b.    Untuk memahami munasabah Surat Luqman dengan ayat sebelum / sesudahnya
c.    Untuk memahami Surat yang dapat dijadikan tafshir bin nash dari surat Luqman ayat 14
d.   Untuk memahami tafsir bir ro`yi dari Surat Luqman ayat 14
e.    Untuk memahami relevansi Surat Luqman ayat 14 dengan pendidikan









BAB II
KAJIAN AYAT
2.1 Q.S Luqman ayat 14 dan Terjemahannya
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ -١٤-       
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandung dia dalam keadaan lemah dan bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Ku-lah semua kembali.
2.2 Isi Kandungan Q.S Luqman ayat 14
a. Bersyukur kepada Alloh
            Luqman dianugrahi Alloh dengan nikmat yang besar berupa ilmu pengetahuan, yaitu hikmat. Salah satu ajaran Lukman adalah bersyukur kepada Alloh. Syukur kepada Alloh adalah menerima dan mensyukuri nikmat yang telah d berikan Alloh. Mensyukuri nikmat Alloh pertama dengan ucapan, yaitu membaca hamdalah, yang kedua dengn cara menggunakan nikmat itu sesuai dengan fungsinya, misalnya nikmat di beri pendengaran dengan menggunakan pendengaran itu untuk mendengarkan hal-hal yang baik, diberi nikmat akal menggunakan akal sesuai dengan fungsinya, yaitu belajar dan menuntut ilmu. Jika nikmat itu disyukuri, maka nikmat Allah akan bertambah, yaitu didapatinya keuntungan dan tambahan nikmat, misalnya diberi nikmat akal yang disyukuri dengan belajar, maka kita akan ditambah nikmat dengan memperoleh ilmu pengetahuan. Inilah yang dimaksud dengan kalimat yang diatas, yaitu “siapa yang bersyukur sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri”.
            Selanjutnya apabila orang tidak brsyukur terhadap nikmat Allah, maka Allah tetap Maha Kaya dan terpuji, artinya Allah tidak akan rugi, malah manusia itu yang rugi, bahkan lebih dari itu, ia akan memperoleh siksa yang pedih, sebab nikmat yang tidak disyukuri akan menyiksa dirinya, misalnya seseorang yang tidak menggunakan nikmat Allah telinga, ia pakai untuk mendengarkan yang maksiat, maka yang ia peroleh hanya siksa Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
            “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim,: 7)
b. Kewajiban Orang Tua Mendidik Anak, Terutama Didikan Aqidah
            dalam ayat kedua Allah menjelaskan ketika Lukman mengajar anaknya dengan ajaran tentang Tauhid atau keesaan Allah. Ayat ini memberikan bimbingan bagi kita bahwa kewajiban prang tua yang paling utama adalah mengajarkan agama, tertama menanmkan keimanan kepada anaknya.
            Mendidikan aqidah kepada anak-anak sebaiknya dilakukan orang tua dengan sungguh-sungguh, karena syirik (menyukutukan Allah)  merupakan dosa yang tidak terampuni dan kezaliman yang yata. Karena itu mendidik anak agar meghindarkan bahanya syirik merupakan kewajiban orang tua yang pertama dan paling utama dalam keluarga.
c. Wajib berbuat  baik kepada ibu bapak, sebagai ungkapan terimakasih anak kepada orang tua disamping kepada Allah
            Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar manusia berbuat baik kepada orang tuanya, karena betapa besar pengorbanan keduanya sejak ibunya mengandung, merawat, mengasuh, dan mendidiknya. Allah menggambarkan dalam ayat diatas betapa berat pengorbanan seorang ibu yag mengandung anaknya karena itu anak yang tidak berterimaksih kepada ibunya dipendang sebagai dosa besar. Demikian pula kepada bapaknya, karena bapaknya yang mengusahakan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan istri dan anaknya. Karena itu berbuat baik kepada ibu bapak merupakan kewajiban utama dari anak-anak.
            Berbuat baik kepada orang tua merupakan terimakasih kepada mereka sekaligus bersyukur kepada Allah yang memberikan segala kenikmatan itu dan satu-satunya tempat kembali setiap makhluk

2.3 Mufrodat
وَوَصَّيْنَاdan kami perintahkan:
وَفِصَالُهُdan menyapihnya:
الْإِنسَانَmanusia:
فِي عَامَيْنِdua tahun:
بِوَالِدَيْهِ(berbuat baik) kepada ibu-bapaknya:
أَنِ اشْكُرْ لِيbersyukurlah kepada ku:
حَمَلَتْهُ أُمُّهُibunya telah mengandung:
وَلِوَالِدَيْكَdan kepada ke 2 orang tua mu
وَهْناًlemah:
إِلَيَّ الْمَصِيرُkepada kulah semua kembali:
عَلَى وَهْنٍbertambah lemah:






Kata:  وَهْنًاًberarti kelemahan atau kerapuhan. yang di maksud disini kurangnya kemampuan menikul beban kehamilan, penyusuan, dan pemeliharaan anak. Patron kata yang di gunakan ayat inilah mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya. Jika anda berkata bahwa si A cantik, kecantikannya itu boleh jadi baru mencapai 60% atau katakanlah 80% dari seluruh unsure kecantikan. Tetapi, jika anda menyifatinya dengan berkata “dia adalah kecantikan”, Anda bagaikan telah meletakkan semua unsure kecantikan, yakni 100% pada diri yang bersangkutan.
kata:وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ / dan penyapiannya di dalam dua tahun mengisyaratkan betapa penyusuan  anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak,  tetapi juga bahkan lebih-lebih untuk menumbuh kembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima. Kata fi/di dalam mengisyaratkan bahwa masa itu tidak mutlak demikian karena bila anda berkata pena dalamsaku, itu tidak berarti bahwa semua bagian dari pena telah masuk dan berada di dalam saku.[1]

2.4 Munasabah Q.S Luqman ayat 14
Surat Luqman ayat 14 munasabah dengan ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya, yakni surat Luqman ayat 13, dan surat Luqman ayat 15, yang berbunyi:
Surat Luqman ayat 13:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ -١٣-
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
            Allah ta’ala memberi tahukan tentang pesan surat luqman kepada anaknya. Nama lengkap luqman ialah luqman ibn anqa’ bin sadun, sedangkan anaknya bernama taran . demikian menurut kisah yang dikemukakan oleh as-suhaili pertama-tama luqman berpesan agar anaknya menyembah allah yang Esa. Kemudaian dia mewanti anaknya bahwa” sesungguhnya mempersekutukan itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar”. Syirik merupakan perbuatan terzalim diantara kezaliman. Dan hal ini sesuai Hadist yg di riwayatkan oleh bukhori dari Abdullah, dia berkata,
(لَمْ نَزَلَتْ: اَلّذِيْنَ  آمَنُوْا وَلَمْ يَلْبَسُوْا إِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ.  شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلّم وَقَلُوْا أَيُّنَا لَمْ يُلْبِسُ إِيْمَانَهُ بِظُلْمٍ؟ فَقَالَ رَسًوْلُ اللّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلّم : إِنَّهُ لَيْسَ بِذَلِكَ أَلاَ تَسْمَعُ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ : يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكُ بِا اللّهِ إِنَّ الشِرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ)(رواه البخاري)
Dan hadits ini pun diriwayatkan pula oleh muslim dari al-A’masy.
Kemudian luqman membarengkan pesan beribadah kepada allah yang esa dengan berbuat baik kepada orang tua. Dalam surah ini allah berfirman “Dan kami perintahkan kepada manusia Agar  berbuat baik kepada dua orang tuanya . ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah dan bertambah lemah dan meyepihnya dalam dua tahun“  berarti setelah anak dilahirkan , maka si ibu merawatnya dan menyusuinya. Sebagaimana didukung oleh surat Al-Baqarah Ayat 233. Dari ayat ini, ibnu Abbas menyimpulkan bahwa masa minimal kehamilan ialah enam bulan, sebab dalam ayat lain Allah berfirman, “Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan”. Allah menceritakan perawatan dan keletihan dan kesulitan ibu terjadi tanpa mengenal waktu, baik siang maupun malam dan terjadi selama berbulan-bulan. Penceritaan ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu yang telah diberikan kepadanya.  Dan karena itu Allah berfirman, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orang tuamu. Hanya akulah tempat kembali”.
Surat Luqman ayat 15:
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ -١٥-
Artinya :
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
             Dalam kitabul ‘isyarah, thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada sa’ad bin malik, dia berkata, ”ayat ‘apabila keduanya memaksamu.......’  diturunkan berkenaan dengan ku. Dahulu aku seorang laki-laki yang berbakti kepada ibuku. Setelah masuk islam, ibuku berkata, ”Hai Sa’ad, apa yang kulihat padamu telah mengubahmu. Kamu harus meninggalkan agamamu ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku mati. Lalu kamu dipermalukan karenanya dan dikatakan, “ Hai pembunuh ibu!” Aku menjawab, ‘Hai ibu jangan lakukan itu. Sesunguhnya aku tidak akan meninggalkan agamaku ini karena apapun’. Selama sehari semalam dia tidak makan sehingga dia menjadi letih. Tindakan ini berlanjut hingga tiga hari sehingga tubuhnya menjadi letih sekali. Setelah aku melihatnya demikian, aku berkata, ‘hai ibuku, ketahuilah. Demi allah , jika kamu punya seratus nyawa lalu kamu menghembuskanya satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan agamaku ini karena apapun. Engkau dapat makan maupun tidak sesuai dengan kehendakmu.’ Akhirnya diapun makan.[2]

2.5 Tafsir bin Nash Q.S Luqman ayat 14
Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan melaksanakan haknya. Pada ayat-ayat lain Allah memerintahkan yang demikian, firman Nya:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً -٢٣-
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.[3]
قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلاَدَكُم مِّنْ إمْلاَقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُواْ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ -١٥١-
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang Diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kami-lah yang Memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang Diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar.** Demikianlah Dia Memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti[4].

 Sebagaimana diterangkan dalam hadis :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang [5]tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Dalam ayat-ayat yang lain pun Allah SWT menentukan lamanya menyusukan anak itu, yaitu selama dua tahun juga. Allah berfirman :
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ..............
Artinya :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.”[6]
Firman Nya lagi:
..........وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً.........  (البقرة ١٥)
Artinya :
“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah  tiga puluh bulan”.[7]
Maksudnya: lamanya seorang ibu mengandung anaknya ialah enam bulan (dan ini adalah masa mengandung yang paling kurang ), dan masa menyusukan ialah dua puluh empat bulan.

2.6 Tafsir Bir-ra’yi Q.S Luqman ayat 14
Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan mencontoh dan melaksanakan haknya.
Kemudian disebut pula dalam ayat ini sebab–sebab diperintahkan berbuat baik kepada ibu, yaitu:
1.      Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan, selama masa mengandung itu ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. Kemudian baru pulih kekuatannya setelah habis masa nifasnya.
2.      Ibu menyusui anaknya sampai masa dua tahun. Amat banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusui anak itu. Hanyalah Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Di samping yang disebutkan ada lagi beberapa hal yang mengharuskan anak menghormati dan berbuat baik kepada ibu bapak, yaitu:
1.      Ibu dan bapak telah mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Cinta dan kasih sayang itu terwujud dalam berbagai bentuk, diantaranya ialah usaha-usaha memberi nafkah, mendidik dan menjaga serta memenuhi keinginan-keinginan anaknya. Usaha-usaha yang tidak mengikat itu dilakukan tanpa mengharapkan balasan sesuatuapapun dari anak-anaknya, kecuali agar anak-anaknya dikemudian hari berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
2.      Anak adalah buah hati dan pengarang jantung dari ibu bapaknya, seperti yang disebutkan dalam suatu riwayat. Rasulullah saw bersabda :”Fatimah adalah buah hatiku”.
3.      Anak-anak sejak dari dalam kandungan ibu sampai dia lahir ke dunia dan sampai pula dewasa , makan, minum, dan pakaian serta segala keperluan yang lain ditanggung ibu bapaknya.
Dengan perkataan lain dapat diungkapkan bahwa nikmat yang paling besar yang diterima oleh seorang manusia adalah nikmat dari Allah, kemudian nikmat yang diterima dari ibu bapaknya. Itulah sebenarnya Allah SWT meletakkan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang ibu bapak, sesudah kewajiban beribadat kepada Nya.
Pada akhir ayat ini Allah SWT memperingtkan bahwa manusia akankembali kepada Nya, bukan kepda oran lain. Pada saat itu dia akan memberikan pembalasan yang adil kepada hamba-hamba Nya. Perbuatan baik akan dibalasi oleh pahala yang berlipat ganda berupa surge yang penuh kenikmatan sedang perbuatan jahat akan dibalasi dengan siksa berupa neraka yang menyala-nyala.[8]
Thahir Ibn Asyur berpendapat bahwa jika kita menyatakan bahwa Luqman bukan seorang Nabi, ayat ini adalah sisipan yang sengaja diletakkan setelah wasiat Luqman yang lalu tentang keharusan mengesakan Allah dan mensyukuri-Nya. Dengan sisipan ini, Allah menggambarkan betapa dia sejak dini telah melimpahkan anugerah kepada kedua orang tuanya. Dengan demikian, anugerah ini mencakup Luqman sebagai ganjaran atas perhatiannya memulai nasihatnya kepada anaknya agar memerhatikan hak Allah, jangan sampai dipersekutukan. Disini, Allah menunjukkan bahwa dia bersegera mendahului siapa pun untuk memberi anugerah kebajikan terhadap siapa yang memberi perhatian terhadap hak-nya.
Pendapat ini dikuatkan oleh disandingkannya perintah bersyukur kepada Allah dengan penghormatan kepada kedua ibu bapak. Demikian Ibn A’syur yang selanjutnya menulis: “Kalau kita berpendapat bahwa Luqman adalah seorang Nabi, ayat ini adalah bagian dari nasihatnya yang beliau sampaikan sesuai dengan bunyi wahyu yang beliau terima dan sejalan pula dengan redaksi ayat sebelumnya yang menyatakan: “…bersyukurlahkepada Allah”. Dalam konteks ayat ini, Ibn Asyur mengemukakan riwayat bahwa Luqman, ketika menyampaikan nasihatini kepada anaknya, dia juga menyampaikan bahwa: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan aku rela kepadamu sehingga dia tidak mewasiatkan aku terhadapmu, tetapi dia belum menjadikan engkau rela kepada kumaka dia mewasiatkanmu berbaktikepadaku.”Demikian antara lainIbn ‘Asyur.
Apakah kandungan ayat di atas merupakan nasihat Luqman secara langsung atau tidak? Yang jelas, ayat di atas bagaikan menyatakan: Dan kami wasiatkan,yakni berpesan amat kukuh, kepada semua semua manusia menyangkut kedua orang tuai bu-bapaknya; Pesan kami bi sebab kan karena ibunya telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan dari saat kesaat bertambah tambah. lalu, dia melahirkannya dengan susah payah, kemudian memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan di tengah   mala ketika saat manusia lain tertidur nyenyak. Demikian hinggati bamasa menyapikannya dan penyapiannya di dalam  dua tahun terhitung sejak hari kelahiran sang anak. Wasiat kami ituadalah: Bersyukurlah kepada-ku! karenaaku yang menciptakan kamu dan menyediakan semua sarana kebahagiaan kamu, dan bersyukurpulalah kepadadua orang tua ibubapak- kamukarenamereka yang aku jadikan perantara kehadiran kamu di pentas bumi ini. Kesyukuran ini mutlak kamu lakukan karena hanya kepada-kulah –tidak kepada selain Aku-kembali kamu semua, wahai manusia, untuk kamu pertanggung jawabkan kesyukuran itu.
Ayat di atas tidak menyebutkan jasa bapak, tetapi menekankan pada jasa ibu. Ini disebabkan ibu  berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu, berbeda dengan bapak.Disisi lain ,”peranan bapak” dalam konteks kelahiran anak lebih ringan disbanding dengan peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran anak dipikul sendirian oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang, ayah bertanggung jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini tidak langsung menyentuh anaknya, berbeda dengan peranan ibu. Betapapun peranan ayah tidak sebesar peranan ibu dalam proses kelahiran anak, jasanya tidak diabaikan karena itu anak berkewajiban berdoa untuk ayahnya, sebagaimana berdoa untuk ibunya. Sesuai yang telah diajarkan Al-Quran: Rabbi, Tuhanku! Kasihanilah keduanya disebabkan karena mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil. (QS. Al-Isra’ [17]: 24). [9]
            Imam ‘Ali As-Shobuni di dalam kitabnya membagi penjelasan tentang surat Al-Luqman Ayat 14 beberapa bagian,
1.      Allah menyebutkan sebuah wasiat أمر الوالدين kemudian Allah mengecualikan kepada ibu secara khusus. Ini termasuk dalam bab penyebutan الخا ص بعد العام  berfungsi untuk menambahkan perhatian dan memberikan penjelasan tentang hak ibu dari anak itu lebih penting dari pada hak bapak dari anak. Imam Az-Zamakhsyari berkata di dalam kitab Al-kassyaf : tentang lafadz حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ. Allah menyebutkan lafadz ini bertujuan untuk menuturkan bahwa ibu itu menderita atau mengalami kesulitan ketika hamil dan menyapi anaknya. Ini merupakan waktu yang  sangat lama. Dan oleh sebab itu wajib bagi kita untuk memghormati dan memberikan penghargaan yang sangat mulia bagi ibu semata. Dan kemudian pendapat ini dikuatkan oleh hadits nabi SAW tentang mana yang harus di taati dari kedua orang tua? NABI SAW menjawab ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Dan juga karena ibu itu telah rela menjadikan dirinya seperti tukang pikul yang memikul bayi yang ada dalam kandungan dan disandarkan pada punggungnya!
2.      Ketika Allah SAW menyebutkan lafadz syukur untuk kdua orang tua setelah bersyukur kepada Allah. Sesuai firman Allah taala: أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ. Dan dari firman Allah tersebut mengindikasikan bahwa haq Allah Swt itu lebih mulia daripada haq kepada orang tua. Dan syukur kepada Allah itu lebih wajib daripada ke orangtua. Karena Allah adalah dzat yang memberikan nikmat yang haqiqi dan merupakan dzat yang menganugerahkan banyak nikmat kepada hamba-hambanya. Sedangkan syukur kepada kedua orang tua itu merupakan bagian dari syukur kepada dzat yang memberikan nikmat(Allah Swt). Dan Allah juga merupakan dzat yang menjadi sebab haqiqi bagi makhluq dan kedua orangtua itu merupakan sebab dhohiry. Dan wajib bagi kita untuk mendahulukan sebab haqiqi(Allah Swt) daripada sebab dhohiry(kedua orangtua).
3.         Lafadz إِلَيَّ الْمَصِيرُ itu memberikan isyarah/petunjuk yaitu الحصر atau pembatasan bahwa hanya kepada Allah semata tempat kembali bukan kepada selain-Nya. Dan kepada-Nya tempat kembali bagi semua makhluq bukan kepada satupun selain Allah Swt.[10]
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari pendapat-pendapat tersebut adalah kita seharusnya berbakti kepada ke dua orang tua kita, dikarenakan orang tua kita sudah menyayangi kita dan merawat kita mulai dari kecil hingga kita dewasa tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun dari kita, tanpa pandang waktu sedikitpun yang telah dihabiskan dalam merawat kita. Dan adapun yang lebih ditekankan dalam ayat ini adalah kita harus berbuat baik kepada ibu kita, karena ibu kita adalah orang yang sangat berjasa bagi kita, beliau yang mengandung kita, menyusui kita, merawat kita. Sebab ibu itu menderita atau mengalami kesulitan ketika hamil dan menyapi anaknya. Ini merupakan waktu yang  sangat lama. Dan oleh sebab itu wajib bagi kita untuk memghormati dan memberikan penghargaan yang sangat mulia bagi ibu semata. Dan kemudian pendapat ini dikuatkan oleh hadits nabi SAW tentang mana yang harus di taati dari kedua orang tua? NABI SAW menjawab ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Dan juga karena ibu itu telah rela menjadikan dirinya seperti tukang pikul yang memikul bayi yang ada dalam kandungan dan disandarkan pada punggungnya! Dan hendaknya bagi kita jangan hanya taat kepada kedua orang tua saja namun juga untuk tidak lupa taat kepada Allah Swt yang merupakan dzat pemberi nikmat dan yang menjadi tempat  kembali bagi semua makhluq tanpa ada satupun yang dapat menyamai hal tersebut/menyamai Allah swt.

2.7 Relevansi  Surat Luqman ayat 14 dengan Pendidikan
Era globalisasi telah memasuki kehidupan manusia.  Arus informasi dan teknologi melanda deras tak terkendali serta menggantikan otak dan pekerjaan manusia. Kini, orang-orang semakin sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mulai dari urusan kantor sampai urusan rumah tangga dan urusan-urusan yang lainnya. Kita hidup sekarang di zaman dan lingkungan yang jauh berbeda dengan zaman dan lingkungan ketika Islam itu diterapkan pertama kali. Di samping itu kita yakin pula bahwa ajaran itu berlaku di segala zaman dan tempat. Dan sungguh Islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan orang tua zaman sekarang jarang memperhatikan pendidikan buah hatinya lantaran kesibukan mereka karena harus mencari nafkah untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada pendidik di sekolah untuk mendidik anak mereka. Masih terlihat orang tua yang belum memberikan nasihat kepada anak dalam hal pendidikan Islam, sesuai dengan surat Luqman ayat 14. Nilai pendidikan yang terkandung dalam Surat Luqman 14 dapat dipakai oleh keluarga untuk melaksanakan pendidikan bagi anaknya, dalam kehidupan pada masa sekarang dalam menerapkan konsep pendidikan tersebut sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula dalam surah Luqman mempunyai isi, gaya persembahan dan metodologi yang boleh diaplikasikan dalam kehidupan keluarga pada masa kini. Ayat ini dipahami sebagai surat yang harus dibaca pada saat prosesi aqiqah atau syukuran atas kelahiran seorang anak, dengan harapan bahwa nantinya dapat mengaplikasikan apa-apa saja nilai-nilai pendidikan dalam surah Luqman. Walaupun sederhana materi diajarkan dalam surah Luqman kepada kita semua yang hidup di zaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki dalam surah Luqman untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir zaman. Di sini penyusun  membagi dalam beberapa bahasan sebagai berikut.
a.                   Pendidikan Aqidah dalam Islam haruslah berusaha membina atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rububiyah Allah SWT . Pendidikan aqidah merupakan landasan pertama dalam pembentukan karakteristik dan moral anak. Dengan pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan tidak akan kehilangan kompas dalam keadaan situasi yang bagaimanapun, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang ditemui dalam kehidupan ini, datangnya dari yang maha kuasa dan akan kembali kepada-Nya pula. Apabila akhlak yang terpuji telah tertanam ke dalam jiwa anak maka urusan dirinya berkaitan dengan teman-teman akan menjadi mudah. Apa yang dia inginkan akan tercapai. Teman-teman dan orang-orang lain akan menaruh rasa cinta, mereka tidak akan menyakiti hatinya, jiwa pun menjadi tenang ridha Allah SWT pun akan terlimpah kepadanya.
b.                  Pendidikan Berbakti ( ubudiyah ). Birrul Walidain Sebagai mana telah disebutkan salah satu pokok pendidikan Berbakti adalah birrul walidain. Perkara penting yang menjadi tumpuan pendidikan dalam surah Luqman ialah berbuat baik kepada kedua ibu bapa dan berakhlak mulia terhadap masyarakat. Berbuat baik kepada ibu bapa mencakupi aspek perbuatan, sikap dan ucapan. Hal ini demikian memamerkan kasih sayang yang ikhlas daripada seorang anak terhadap kedua ibu bapanya. Seseorang anak hendaklah mendahulukan ibu daripada bapanya dalam usaha untuk menunaikan tanggungjawab syarak dan membalas jasa mereka. Allah SWT memerintahkan agar berbuat baik kepada kedua orang tua dan berlaku lemah lembut kepadanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan kepada Allah SWT, dan menjalin hubungan dengan keduanya. Seseorang anak perlu taat kepada kedua ibu bapanya selagi perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah dan hukum Allah SWT. Anak-anak juga masih bertanggung jawab kepada kedua ibu bapak yang kafir seperti menjalinkan silaturrahim dan memberi nafkah hidup sekiranya mereka tidak mampu. Oleh karena itu dalam pembicaraan dan percakapan dengan ibu bapak dalam kehidupan zaman sekarang haruslah dilakukan dengan lemah lembut dan hormat dan diliputi oleh perasaan cinta. Kemudian komunikasi yang mempertautkan hati dengan hati dengan ibu bapak haruslah senantiasa dibangun, dengan memohonkan ampunan dan kasih sayang illahi terhadap orang tua, lebih-lebih lagi apabila orang tua itu sudah meninggal dunia[11]


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.      Pada surat Luqman ayat 14 ini membahas tentang 3 poin yakni:
a.       Bersyukur kepada Alloh
b.      Kewajiban Orang Tua Mendidik Anak, Terutama Didikan Aqidah
c.       Wajib berbuat  baik kepada ibu bapak, sebagai ungkapan terimakasih anak kepada orang tua disamping kepada Allah
2.      Surat Luqman ayat 14 munasabah dengan ayat sebelum dan ayat sesudahnya, yakni surat Luqman ayat 13, dan surat Luqman ayat 15, dikarenakan mulai dari ayat 13 sampai ayat 15 itu masih menjelaskan tentang pendidikan terhadap anak, dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
3.      Tafsir bin Nash dari surat Luqman ayat 14 adalah Surat Al Isro` ayat 23 dan Surat Al An`am ayat 151. Ketiga ayat tersebut sama-sama menganjurkan kepada kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita.
4.      Imam ‘Ali As-Shobuni di dalam kitabnya membagi penjelasan tentang surat Al-Luqman Ayat 14 beberapa bagian,
a.       Allah menyebutkan sebuah wasiat أمر الوالدين kemudian Allah mengecualikan kepada ibu secara khusus. Ini termasuk dalam bab penyebutan الخا ص بعد العام  berfungsi untuk menambahkan perhatian dan memberikan penjelasan tentang hak ibu dari anak itu lebih penting dari pada hak bapak dari anak. Imam Az-Zamakhsyari berkata di dalam kitab Al-kassyaf : tentang lafadz حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ. Allah menyebutkan lafadz ini bertujuan untuk menuturkan bahwa ibu itu menderita atau mengalami kesulitan ketika hamil dan menyapi anaknya. Ini merupakan waktu yang  sangat lama. Dan oleh sebab itu wajib bagi kita untuk memghormati dan memberikan penghargaan yang sangat mulia bagi ibu semata. Dan kemudian pendapat ini dikuatkan oleh hadits nabi SAW tentang mana yang harus di taati dari kedua orang tua? NABI SAW menjawab ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu. Dan juga karena ibu itu telah rela menjadikan dirinya seperti tukang pikul yang memikul bayi yang ada dalam kandungan dan disandarkan pada punggungnya!
b.      Ketika Allah SAW menyebutkan lafadz syukur untuk kdua orang tua setelah bersyukur kepada Allah. Sesuai firman Allah taala: أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ. Dan dari firman Allah tersebut mengindikasikan bahwa haq Allah Swt itu lebih mulia daripada haq kepada orang tua. Dan syukur kepada Allah itu lebih wajib daripada ke orangtua. Karena Allah adalah dzat yang memberikan nikmat yang haqiqi dan merupakan dzat yang menganugerahkan banyak nikmat kepada hamba-hambanya. Sedangkan syukur kepada kedua orang tua itu merupakan bagian dari syukur kepada dzat yang memberikan nikmat(Allah Swt). Dan Allah juga merupakan dzat yang menjadi sebab haqiqi bagi makhluq dan kedua orangtua itu merupakan sebab dhohiry. Dan wajib bagi kita untuk mendahulukan sebab haqiqi(Allah Swt) daripada sebab dhohiry(kedua orangtua).
c.       Lafadz إِلَيَّ الْمَصِيرُ itu memberikan isyarah/petunjuk yaitu الحصر atau pembatasan bahwa hanya kepada Allah semata tempat kembali bukan kepada selain-Nya. Dan kepada-Nya tempat kembali bagi semua makhluq bukan kepada satupun selain Allah Swt.[12]
4.      Relevansi Surat Luqman ayat 14 dengan pendidikan yaitu:
a.       Pendidikan Aqidah dalam Islam haruslah berusaha membina atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rububiyah Allah SWT .
b.      Pendidikan Berbakti ( ubudiyah ). Birrul Walidain Sebagai mana telah disebutkan salah satu pokok pendidikan Berbakti adalah birrul walidain.




DAFTAR PUSTAKA
Dasuki, Abdul Hafidz, Al Qur`an dan Tafsirnya, Semarang: Effhar Offset, 1993.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR jilid 3, Jakarta : Gema Insani, 2000.
As-Shobuni, Muhammad Ali, kitab Rawai’ul Bayan Fi Tafsiri Ayatil Ahkam Minal Qur’an jilid 2, Beirut  : Dar As-Shoshoh.
















[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah. Hal :301-302
[2] Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR jilid 3, Jakarta : Gema Insani, 2000. Hal : 789-791
[3] Q.S. 17 (Al – isra`) : 23
[4]  Q.S 06 (Al-An’am) : 151
[5] HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548
[6] Q.S.2 (Al-Baqarah) : 233
[7] Q.S.46 (Al Ahqaf) :15
[8] Al haj `abdul hafid dasuqi, Al Qur`an dan Tafsirnya, Effhar offset, Semarang, 1993. Hal 637-641
[9] M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah. Hal. 299-302
[10] As-Shobuni, Muhammad Ali, kitab Rawai’ul Bayan Fi Tafsiri Ayatil Ahkam Minal Qur’an jilid 2, Beirut  : Dar As-Shoshoh. Hal: 175 jilid 2.
[12] As-Shobuni, Muhammad Ali, kitab Rawai’ul Bayan Fi Tafsiri Ayatil Ahkam Minal Qur’an jilid 2, Beirut  : Dar As-Shoshoh. Hal: 175 jilid 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar