أَنْوَاعُ الإِعْرَابِ
(Macam-macam
I’rab)
Salah satu bab yang harus diketahui dan tidak boleh ditinggalkan oleh orang yang
belajar membaca dan memahami kitab kuning
adalah bab anwa’ al-i’rab (macam-macam i’rab). Sebagaimana kita ketahui
bahwa i’rab adalah perubahan akhir sebuah kalimah (kata) karena adanya
amil yang berbeda-beda yang masuk pada kalimah tersebut. Dalamtataranselanjutnyaternyataperubahan
yang terjadi di akhirsebuahkalimahtersebut, ada yang
bersifatlafdzi/dhahiri, taqdiridanada pula yang bersifatmahalli.Perubahan yang
bersifatlafdzi/dhahiri, taqdiridanmahalliinilah yang biasadisebutsebagaianwa’
al-i’rab.
1)
Lafdi(لفظى)
I’rab Lafdzi/ dzahiriadalahperubahan i’rab yang terjadi pada akhir sebuah kalimat
yang secara lafadznya sudah dapat dibedakan, baik dalam kondisi rafa’, nashab,
dan jer. kalimatyang secaralafadznya sudah dapatdibedakan, baik dalam kondisi rafa’, nasbab, dan
juga jer/khafadnya. Hal ini karena tanda i’rabnya bisa muncul dan
dapat dilihat dengan kasat mata. Yang termasuk dalam kawasan i’rab lafdziini
adalah selain isim maqshur, isim manqhus, al-mudhaf ila ya’ al-mutakallim,
jumlah, isim mabni, dan hikayah. yang berkedudukan nashab.
Pengertian sederhana dari ‘alamat
al-i’rab adalah kalimat-kalimat yang tanda i’rabnya sudah bisa kelihatan.Perubahan
yang bersifat lafdzi atau dhahiri ini dapat dicontohkan sebagai berikut:
No
|
الامثلة
|
Keterangan
|
1
|
حَضَرَ مُحَمَّدٌ
|
Kata مُحَمَّدٌ di dalamcontohdibacarafa’
karenaberkedudukansebagaifa’il. Menjadifa’ilkarena kata مُحَمَّدٌ yang berstatussebagaiisimyang jatuhsetelahfi’il
yang mabnima’lum. Tandarafa’nyaadalahdlammahkarena kata مُحَمَّدٌkebetulanberupaisimmufrad.
|
2
|
رَأَيْتُ مُحَمَّدًا
|
Kata مُحَمَّدًا di dalam contoh dibaca nashab karena berkedudukan sebagai
maf’ul bih. Menjadi maf’ul bih karena kata مُحَمَّدًا yang berstatus sebagai isim
jatuh setelah fi’il mutaaddi dan menjadi obyek. Tanda nashabnya adalah fathah
karena kata مُحَمَّدًا kebetulan berupa isim mufrad.
|
3
|
مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ
|
Kata مُحَمَّدٍ di dalam contoh dibaca jer karena berkedudukan sebagai
majrur. Menjadi majrur karena kata مُحَمَّدٍyang berstatus sebagai isim jatuh setelah huruf
jer. Tanda jernya adalah kasrah karena kata مُحَمَّدٍkebetulan berupa isim mufrad
|
Sedangkan untuk contoh dari untuk
isim manqhus yang berkedudukan nashab, dapat
dilihat dalam contoh berikut ini.
Contoh: رَاَيْتُ قَاضِيًا
2)
Taqdiri (تقديري)
I’rab taqdiriadalahkalimat yang sejak awal sebenarnyamempunyaitandai’rab, akan tetapikarenadiakhiriolehhurufillat, makatandai’rab
yang adatidakdapatditampakkan,
bisajadikarenaللتعذر(tidakmungkinmenerimatandai’rab yang
berupaharakatkarenahurufakhirnyaberupaalif) ataukarenaللثقال(beratuntukdapatmenerimatandaharakat).
Kawasan dari i’rab
taqdiri adalah isim manqhus, isimmaqshur, serta lafadz-lafadz
yang dimudlafkan (disandarkan) kepada ya’ mutakallim.[1]
Sekedar melengkapi pembahasan isim
manqhus dan isim maqshur, di bawah ini akan dipaparkan alasan-alasan muculnya li
al-tsiqal (berat) maupun li al-ta’addzur (tidak mungkin).
Contoh: جَاءَ الْقاَضِيْ(isimmanqhus),جَاءَ مُوْسَى (isimmaqshur), جَاءَ اَبِيْ (isim yang dimudlafkankepadaya’ mutakallim).
Analisa contoh:
الأمثلة
|
Keterangan
|
جَاءَ الْقاَضِيْ
|
الْقاَضِيْ merupakan isim
manqhuskarena diakhiri oleh ya’ lazimah dan harakat huruf sebelum
akhirnya menggunakan kasrah. Selain itu, dia (isim manqhus)
berkedudukan rafa’ karena menjadi fa’ildari جَاءَ. Secara teoritis, harusnya الْقاَضِيْ berharakat dlammah
karena berbentuk isim mufrad yang dibaca rafa’, sehingga
menjadi الْقاَضِيُ. Akan tetapi pembacaan seperti ini oleh
orang arab dirasa berat sehingga kemudian orang arab membacanya dengan
disukun ya’nya.
|
الأمثلة
|
Keterangan
|
جَاءَ مُوْسَى
|
Kata مُوْسَى merupakan isim
maqshur karena diakhiri oleh alif lazimah dan harakat huruf sebelum
akhirnya menggunakan fathah. Selain itu, isim ini berkedudukanrafa’karenamenjadifa’ildari جَاءَ.
Secarateoritis, harusnyaمُوْسَىberharakatdlammahkarenaberbentukisimmufradyang
dibacarafa’, sehinggamenjadiمُوْسَىُ. Akan tetapipembacaansepertiinioleh orang arabdirasatidak mungkinkarena alif tidak bisa menerima
harakat.
|
الأمثلة
|
Keterangan
|
جَاءَ اَبِيْ
|
Kata اَبِيْmerupakancontohdariisim yang
dimudlafkankepadaya’ mutakallim.اَبٌ adalahmudlafdansedangkanيْadalahsebagaimudlafunilahi.
Karakter dari
ya’ yang disukun adalah selalu menuntut huruf yang jatuh sebelumnya untuk
dibaca kasrah, sehingga tidak memungkinkan ‘alamat al-i’rab yang berupa
dhammah untuk dipakai.
|
3)
Mahalli(محلي)
I’rab
mahalliadalahperubahan hukum i’rab yang terjadi pada
sebuah kalimat yang harakat huruf akhirnya sejak awal tidak dapat berubah-ubah.
Tanda i’rab yang ada tidak dapat masuk pada kalimat ini. Kawasan i’rab mahalli
ini adalah isim mabni, jumlah, dan hikayah[2].Perbedaan antara i’rab mahalli dengan i’rab
taqdiri adalah kalau i’rab taqdiri sebenarnya dapat menerima tanda i’rab yang
berupa harakat, akan tetapi karena alasan taadzdzur dan tsiqal,
maka tanda i’rab yang berupa harakat tidak dapat dimunculkan. Berbeda dengan
i’rab yang bersifat mahalli, tanda i’rab yang berupa harakat dalam
konteks ini memang sejak awal tidak dapat masuk, sehingga tidak mungkin untuk
dimunculkan. Perubahan i’rab yang bersifat mahalli terjadi secara hukum dan kedudukan saja, dan tentu
saja hal ini dapat diketahui dari amil yang masuk pada kalimah dimaksud.
Perubahan yang bersifatmahallidapatdicontohkansebagaiberikut
:
No
|
الامثلة
|
Keterangan
|
1.
|
حضر هذا الولد
|
Kata هذا di dalamcontohdibacarafa’
karenaberkedudukansebagaifa’il. Menjadifa’ilkarena kataهذاberstatussebagaiisimyang jatuhsetelahfi’il
yang mabnima’lum. Tandarafa’nyatidakadakarena kata initermasukdalamkategori
al-asma’ al-mabniyah(isim
isyarah) yang i’rabnyabersifatmahalli.
|
2.
|
رايت هذا الولد
|
Kata هذا di dalamcontohdibacanashabkarenaberkedudukansebagaimaf’ulbih.
Menjadimaf’ulbihkarenakata هذاberstatussebagaiisimyang jatuhsetelahfi’ilmutaaddidanmenjadiobyek.
TandanashabnyaTandanashabnyatidakadakarena kata initermasukdalamkategorial-asma’
al-mabniyah yang i’rabnyabersifatmahalli
|
3.
|
مررت هذا الولد
|
Kata هذا di dalamcontohdibacajerkarenaberkedudukansebagaimajrur.
Menjadimajrurkarenaهذاberstatussebagaiisimyang jatuhsetelahhurufjer.Tandajernyatidakadakarena
kata initermasukdalamkategorial-asma’ al-mabniyah yang hukum i’rabnyabersifatmahalli
|
Catatanpenting!!
Dari contoh di atas dapat
diketahui bahwa perubahan i’rab yang terjadi pada kataهذا karena
adanya amil yang berbeda-beda yang masuk pada kata tersebut tidak dapat dilihat
secara kasat mata, akan tetapi hanya secara hukum dan kedudukan saja (mahalli).
Perubahani’rab yang
tidakdapatdilihatsecarakasatmatadanhanyasecarahukumdankedudukanseperticontohinilah
yang disebutsebagaiperubahan yang bersifatmahalli.
Adapuncontoh lain yang termasuk dari i’rab yang
mahalli adalah seperti jumlah dan hikayah.
·
محمد يكتب الدرسة
·
فَعَلَ فِعْلٌ مَاضٍ
Jadi, i’rab yang bersifat lafdzi bisa dimasuki tanda i’rab dan tanda
i’rab bisa dimunculkan. Taqdiri, bisa dimasuki tanda i’rab akan
tetapi karena alasan tertentu tanda i’rabnya tidak dapat dimunculkan, dan
mahalli tidak memiliki tanda i’rab sehingga tidak mungkin dimunculkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar