Rabu, 12 Agustus 2015

أَنْوَاعُ الإِعْرَابِ




أَنْوَاعُ الإِعْرَابِ
(Macam-macam I’rab)


Salah satu bab yang harus diketahui  dan tidak boleh ditinggalkan oleh orang yang belajar membaca dan memahami kitab kuning  adalah bab anwa’ al-i’rab (macam-macam i’rab). Sebagaimana kita ketahui bahwa i’rab adalah perubahan akhir sebuah kalimah (kata) karena adanya amil yang berbeda-beda yang masuk pada kalimah tersebut. Dalamtataranselanjutnyaternyataperubahan yang terjadi di akhirsebuahkalimahtersebut, ada yang bersifatlafdzi/dhahiri, taqdiridanada pula yang bersifatmahalli.Perubahan yang bersifatlafdzi/dhahiri, taqdiridanmahalliinilah yang biasadisebutsebagaianwa’ al-i’rab.

1)    Lafdi(لفظى)
I’rab Lafdzi/ dzahiriadalahperubahan i’rab yang terjadi pada akhir sebuah kalimat yang secara lafadznya sudah dapat dibedakan, baik dalam kondisi rafa’, nashab, dan jer. kalimatyang secaralafadznya sudah dapatdibedakan, baik dalam kondisi rafa’, nasbab, dan juga jer/khafadnya. Hal ini karena tanda i’rabnya bisa muncul dan dapat dilihat dengan kasat mata. Yang termasuk dalam kawasan i’rab lafdziini adalah selain isim maqshur, isim manqhus, al-mudhaf ila ya’ al-mutakallim, jumlah, isim mabni, dan hikayah. yang berkedudukan nashab.
Pengertian sederhana dari ‘alamat al-i’rab adalah kalimat-kalimat yang tanda i’rabnya sudah bisa kelihatan.Perubahan yang bersifat lafdzi atau dhahiri ini dapat dicontohkan sebagai berikut:
No
الامثلة
Keterangan
1
حَضَرَ مُحَمَّدٌ
Kata مُحَمَّدٌ di dalamcontohdibacarafa’ karenaberkedudukansebagaifa’il. Menjadifa’ilkarena kata مُحَمَّدٌ yang berstatussebagaiisimyang jatuhsetelahfi’il yang mabnima’lum. Tandarafa’nyaadalahdlammahkarena kata مُحَمَّدٌkebetulanberupaisimmufrad.
2
رَأَيْتُ مُحَمَّدًا
Kata مُحَمَّدًا di dalam contoh dibaca nashab karena berkedudukan sebagai maf’ul bih. Menjadi maf’ul bih karena kata مُحَمَّدًا yang berstatus sebagai isim jatuh setelah fi’il mutaaddi dan menjadi obyek. Tanda nashabnya adalah fathah karena kata مُحَمَّدًا kebetulan berupa isim mufrad.
3
مَرَرْتُ بِمُحَمَّدٍ
Kata مُحَمَّدٍ di dalam contoh dibaca jer karena berkedudukan sebagai majrur. Menjadi majrur karena kata مُحَمَّدٍyang berstatus sebagai isim jatuh setelah huruf jer. Tanda jernya adalah kasrah karena kata مُحَمَّدٍkebetulan berupa isim mufrad

Sedangkan untuk contoh dari untuk isim manqhus yang berkedudukan nashab, dapat dilihat dalam contoh berikut ini.
Contoh: رَاَيْتُ قَاضِيًا
2)   Taqdiri (تقديري)
I’rab taqdiriadalahkalimat yang sejak awal sebenarnyamempunyaitandai’rab, akan tetapikarenadiakhiriolehhurufillat, makatandai’rab yang adatidakdapatditampakkan,  bisajadikarenaللتعذر(tidakmungkinmenerimatandai’rab yang berupaharakatkarenahurufakhirnyaberupaalif) ataukarenaللثقال(beratuntukdapatmenerimatandaharakat). Kawasan dari i’rab taqdiri adalah isim manqhus, isimmaqshur, serta lafadz-lafadz yang dimudlafkan (disandarkan) kepada ya’ mutakallim.[1]
Sekedar melengkapi pembahasan isim manqhus dan isim maqshur, di bawah ini akan dipaparkan alasan-alasan muculnya li al-tsiqal (berat) maupun li al-ta’addzur (tidak mungkin).
Contoh: جَاءَ الْقاَضِيْ(isimmanqhus),جَاءَ مُوْسَى (isimmaqshur), جَاءَ اَبِيْ (isim yang dimudlafkankepadaya’ mutakallim).
Analisa contoh:
الأمثلة
Keterangan
جَاءَ الْقاَضِيْ
الْقاَضِيْ merupakan isim manqhuskarena diakhiri oleh ya’ lazimah dan harakat huruf sebelum akhirnya menggunakan kasrah. Selain itu, dia (isim manqhus) berkedudukan rafa’ karena menjadi fa’ildari جَاءَ. Secara teoritis, harusnya الْقاَضِيْ berharakat dlammah karena berbentuk isim mufrad yang dibaca rafa’, sehingga menjadi الْقاَضِيُ. Akan tetapi pembacaan seperti ini oleh orang arab dirasa berat sehingga kemudian orang arab membacanya dengan disukun ya’nya.

الأمثلة
Keterangan
جَاءَ مُوْسَى
Kata مُوْسَى merupakan isim maqshur karena diakhiri oleh alif lazimah dan harakat huruf sebelum akhirnya menggunakan fathah. Selain itu, isim ini berkedudukanrafa’karenamenjadifa’ildari جَاءَ. Secarateoritis, harusnyaمُوْسَىberharakatdlammahkarenaberbentukisimmufradyang dibacarafa’, sehinggamenjadiمُوْسَىُ. Akan tetapipembacaansepertiinioleh orang arabdirasatidak mungkinkarena alif tidak bisa menerima harakat.
           
الأمثلة
Keterangan
جَاءَ اَبِيْ
Kata اَبِيْmerupakancontohdariisim yang dimudlafkankepadaya’ mutakallim.اَبٌ adalahmudlafdansedangkanيْadalahsebagaimudlafunilahi. Karakter dari ya’ yang disukun adalah selalu menuntut huruf yang jatuh sebelumnya untuk dibaca kasrah, sehingga tidak memungkinkan ‘alamat al-i’rab yang berupa dhammah untuk dipakai.

3)   Mahalli(محلي)
I’rab mahalliadalahperubahan hukum i’rab yang terjadi pada sebuah kalimat yang harakat huruf akhirnya sejak awal tidak dapat berubah-ubah. Tanda i’rab yang ada tidak dapat masuk pada kalimat ini. Kawasan i’rab mahalli ini adalah isim mabni, jumlah, dan hikayah[2].Perbedaan antara i’rab mahalli dengan i’rab taqdiri adalah kalau i’rab taqdiri sebenarnya dapat menerima tanda i’rab yang berupa harakat, akan tetapi karena alasan taadzdzur dan tsiqal, maka tanda i’rab yang berupa harakat tidak dapat dimunculkan. Berbeda dengan i’rab yang bersifat mahalli, tanda i’rab yang berupa harakat dalam konteks ini memang sejak awal tidak dapat masuk, sehingga tidak mungkin untuk dimunculkan. Perubahan i’rab yang bersifat mahalli terjadi  secara hukum dan kedudukan saja, dan tentu saja hal ini dapat diketahui dari amil yang masuk pada kalimah dimaksud. Perubahan yang bersifatmahallidapatdicontohkansebagaiberikut :
No
الامثلة
Keterangan
1.
حضر هذا الولد
Kata هذا di dalamcontohdibacarafa’ karenaberkedudukansebagaifa’il. Menjadifa’ilkarena kataهذاberstatussebagaiisimyang jatuhsetelahfi’il yang mabnima’lum. Tandarafa’nyatidakadakarena kata initermasukdalamkategori al-asma’ al-mabniyah(isim isyarah) yang i’rabnyabersifatmahalli.
2.
رايت هذا الولد
Kata هذا di dalamcontohdibacanashabkarenaberkedudukansebagaimaf’ulbih. Menjadimaf’ulbihkarenakata هذاberstatussebagaiisimyang jatuhsetelahfi’ilmutaaddidanmenjadiobyek. TandanashabnyaTandanashabnyatidakadakarena kata initermasukdalamkategorial-asma’ al-mabniyah yang i’rabnyabersifatmahalli
3.
مررت هذا الولد
Kata هذا di dalamcontohdibacajerkarenaberkedudukansebagaimajrur. Menjadimajrurkarenaهذاberstatussebagaiisimyang jatuhsetelahhurufjer.Tandajernyatidakadakarena kata initermasukdalamkategorial-asma’ al-mabniyah yang hukum i’rabnyabersifatmahalli

Catatanpenting!!
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa perubahan i’rab yang terjadi pada kataهذا karena adanya amil yang berbeda-beda yang masuk pada kata tersebut tidak dapat dilihat secara kasat mata, akan tetapi hanya secara hukum dan kedudukan saja (mahalli). Perubahani’rab yang tidakdapatdilihatsecarakasatmatadanhanyasecarahukumdankedudukanseperticontohinilah yang disebutsebagaiperubahan yang bersifatmahalli.
Adapuncontoh lain yang termasuk dari i’rab yang mahalli adalah seperti jumlah dan hikayah.
·         محمد يكتب الدرسة
·         فَعَلَ فِعْلٌ مَاضٍ

Jadi, i’rab yang bersifat lafdzi bisa dimasuki tanda i’rab dan tanda i’rab bisa dimunculkan. Taqdiri, bisa dimasuki tanda i’rab akan tetapi karena alasan tertentu tanda i’rabnya tidak dapat dimunculkan, dan mahalli tidak memiliki tanda i’rab sehingga tidak mungkin dimunculkan.
 




[1]Ya’ mutakallim adalah ya’ yang menunjukkan kepemilikan orang berbicara, seperti contoh kitab saya.
[2]Hikayah adalah kalimat yang dimaksudkan adalah lafadznya saja, bukanlah makna dari kalimat tersebut. Contoh: فَعَلَ فِعْلٌ مَاضٍ  (adapunlafadzفَعَلَadalahfi’ilmadli).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar