Rabu, 12 Agustus 2015

INTERPRETASI INSANI YANG BERJIWA ULUL ALBAB



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam agama islam ini, dan orang yang berilmu itu sangat berbeda sekali dengan orang yang tak berilmu/bodoh. Dan islam sangat memberikan apresiasi yang sangat besar dan memberikat derajat yang tiggi terhadap orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah SWT,
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اتوا العلم درجات
“Allah akan mengakat derajat yang tinggi bagi orang yang berilmu”
dalam masalah kali ini, kelompok kita akan membahas surat az-zumar yang didalamnya terdapat anjuran untuk berilmu, untuk menjadi orang yang taat, dan anjuran untuk menjadi orang yang berjuwa ulul albab. Dan yang paling penting dalam masalah hal ini adalah “tidak sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui”
قل هل يستوي الذين يعلمون و الذين لا يعلمون                                         

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa terjemah dan mufrodat surat az-zumar ayat 9?
2.      Apa as babun nuzul az-zumar ayat 9?
3.      Apa tafsir bir ro’yi surat az-zumar ayat 9?
4.      Apa relevansi surat Az-zumar ayat 9 dengan pendidikan?

1.3 Tujuan penulisan
1.      Mengetahui terjemah dan mufrodat surat az-zumar ayat 9
2.      Mengetahui asbabun nuzul dan munasabah az-zumar ayat 9
3.      Mengetahui tafsir bir ro’yi dan tafsir binnash surat az-zumat ayat 9
4.      Mengetahui relevansi surat az-zumar ayat 9 dengan pendidikan
5.      Memenuhi tugas makalah Tafsir Tarbawi




BAB II
KAJIAN AYAT
2.1 Surat Az-Zumar dan terjemahannya.

أ مَنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الالباب.
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar 39: 9)
2.2 Mufrodat
1.       
Awal ayat diatas ada yang membacanya (أمن) aman dalam bentuk pertanyaan dan ada juga yang membacanya (أمّن) amman. yang pertama merupakan bacaan nafi’, Ibn katsir dan hamzah. Yang terdiri dari huruf ( أ ) alif dan (من)  man yang berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai mubtada’ sedang khobar-nya tidak tercantum karena telah di isyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan bagi Allah sekutu-sekutu dan seterusnya.
Bacaan kedua (أمّن)  amman adalah bacaan mayoritas ulama. Kalimat ini pada mulanya terdiri dari dua kata yaitu  (أم)am dan (من) man lalu di gabung dalam tulisanya . ia mengandung dua  kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi sebagai kata yang di gunakan bertanya. Yang kedua , kata am yang berfungsi memindahkan uraian ke uraian yang lain, serupa dengan kata bahkan.
2.      قانت
Kata (قانت) qaanit terambil dari kata (قنوت) qunut yaitu ketekunan. Ketekunan dalam ketaatan disertai dengan ketundukan hati dan ketulusanya.sementara ulama menyebut juga nama-nama tertentu bagi tokoh yang dinamai qaanit oleh ayat diatas seperti Sayydina Abu Bakar atau ‘Ammar Ibn Yasir ra. Dan lain-lain.
3.      يعلمون
Kata (يعلمون) ya’lamuun pada ayat di atas ada juga ulama yang mengartikan kata yang tidak memerlukan objek. Maksudnya apapun yang memiliki pengetahuan – apapun pengetahuan itu – pasti tidak sama dengan yang memilikinya.
4.      يتذكّر
Kata  (يتذكّر)yatadzakkaru terambil dari kata (ذكر) dzikr yakni pelajaran / peringatan. Penambahan huruf (ت) ta’ pada kata yang digunakan mengisyaratkan banyaknya pelajaran yang dapat di peroleh ulul albab. Ini berarti bahea selain merekapun dapat memperoleh pelajaran, tetapi tidak sebanyak ulul albab.

2.3 Munasabah
Dalam ayat-ayat lalu allah menjelaskan tanda-tanda keesaannya yang ada dalam alam semesta dan yang ada pada diri manasia, diiringi dengan bukti-bukti kebatilan pemuja-pemuja berhala. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini allah swt menjelaskan, bahwa dia tidak memerlukan apapun dari para hambanya. Dia tidak meridhaikekafiran bagi para hambanya akan tetapi meridhai kesyukuran bagi mereka. Hannya saja para hamba allah itu di tuntut untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatan mereka pada hari berhisab. Pada hari itulah mereka akan mendapat balasan yang setimpal.mereka yang beriman dan beramal shlih akan mendapat tempat yang penuh kenikmatan. Akan tetapi para hambanya yang kafir untuk mendapat tempat yang penuh dengan penderitaan.
            Allah swt menjelaskan bahwa apabila kaum musrikin itu tetap mengingkari kemaha esaan_nya, padahal sudah cukup bukti-bukti untuk itu, maka hal itu sedikit tidak merugikan allah. Dia tidaklah memerlukan apapun juga dari seluruh mahluknya .
Allah swt berfirman:
ان تكفروا انتم ومن في الارض جميعا فانّالله لغنيّ حميد
Artinya:
Jika kamu dan orang-orang di muka bumi semuanya mengingkari(nikmat allah). Maka sesungguhnya allah maha kaya dan maha terpuji “260
Dan seperti yang dijelaskan dalam hadits Qudsy:
يا عبا دي لو أنّ أوّلكم وأخر كم وأنسكم وجنّكم كا نوا علي أفجر قلب رجل منكم ما نقص دلك من من ملكي شئا.
Artinya;
            “Wahai hamba-hambaku, kalau sekiranya ornga-orang yang terdahulu dan yan terakhir dari kamu, manusia dan jinsemuanya tetap berhati jahat,maka sikap demikian itu  tidaklah mengurangi kerajaanku sedikitpun” .
            Allah SWT menjelaskan bahwa ia tidak merelakan kekafiran bagi para hambanya. Karna keingkaran itu pada dasarnya bertentangan denga jiwa manusia. Jiwa manusia dan seluruh mahluk allah diciptakan sesuai dengan fitrah kejadiannay, yang semestinya tunduk kepada ketentuan-0ketentuan penciptanya. Akan tetapi apabila mereka itu mengsyukuri nikmat allah tentu mereka menyukainya, karna keadaan serupa itu memang sesuai dengan fitrah kejadiaanya, serta sesuai dengan sunnatullah.
Allah swt berfirman:
تئن شكرتم لآزيد نّكم ولئن كفرتم انّ عدا بى لشديد
Artinya:
 Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmatku), maka sesungguhnya azab ku sangat pedih”262
            Kemudian allah swt menjelaskan bahwa tiap orang pada hari kiamat akan di tuntut akan mempertanggung jawabkan selama dia hidup di dunia. Tiap-tiap orang yang berdoisa bertanggung jawab atas perbuatan dosanya. Dia tidak akan memikul dosa orang lain. Sesudah itu tiap-tiap orang akan digiring menghadap tuhannya untuk menerima penjelasan tentang catatan amalnya selama dia hidup di dunia, padfa saat itu perbuatan yang baik ataupun yang buruk yang ketinggalan. Pada saat itu amal perbuatan masing-masing orang akan mendapat pembalasan yang setimpakl dengan amal perbuatannya.apabila catatannya penuh dengan amal perbuatan yang baik niscaya ia mendapat tempat yang penuh dengan kenikmatan. Tetapi apabila catatannya penuh dengan amal perbuatan buruk niscaya ia mendapat tempat yang penuh dengan penderitaan.
            Pada penghujung ayat ini allah swt menjelaskan, bahwa ia maha mengetahui apa yang tersimpan dalam dada para hambanya. Dengan demikian maka tidak mungkin ada amal yang ketinggalan, baik perbuatan yang dapat di saksikan oleh orang lain ataupun perbuatan yang hannya di ketahui oleh si pembuat orang itu sendiri.
            (8)  sesudah itu allah swt menjelaskan sikap orang yang mengingkari nikmat allah. Apabila ia di tempat kemudharatan baik berupa penyakit atupun penderitaan yang menimpa kehidupannya, ia memohon pertolongan kepada allah, agar penyakitnya atau penderitaannya di lenyapkan dari padanya. Iapun menyatakan diri bertaubat, minta ampun terrhadap perbuatan buruk dimasa yang telah lalu. Akan tetapi, apabila ia mendapatkan nikmat dimana penyakit dan penderitaannya telah hilang lenyap, lupalah ia akan perkataan yang ia ikrarkan pada saat ia berdo’a. Kemudia mereka mengada-ngadakan tuhan-tuhan yang lain sebagai sekutu bagi allah. Mereka tidak saja menyesatkan diri mereka, tetapi menyesatkan pula orang lain, menghalang-halangi orang yang mengikrarkan dirinya sebagai orang yang beragama tauhid.
            Diakhirat ayat allah swt memerintahkan kepada rasulnya agar mengatakan kepada orang yg nikmat allah itu, “puaskanlah dirimu dengan melaksanakan keinginannmu sewaktu hidup di dunia, nikmatilah kelezatannya yang tidak lama masanya, hingga ajal merenggut jiwa mu. Tetapi pada saat itu kamu akan menyesali perbuatanmu. Pada hari berhisab nanti, kamu akan mengetahui dewngan pasti bahwea kamu akan menjadi penghuni neraka yang penuh dengan siksaan. “
            (9) Kemudian allah swt memerintahkan kepada rasulnya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka lebih beruntung atukah orang yang beribadah di waktu malam, dalam keadaan sujud dan berdiri dengan sangat khusuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab allah di kampung akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmad allah.
            Perintah yang sama di berikan allah dan rasulnya agar menanyakan kepada mereka agar menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? yang di maksud dengan orang-orang yang mengetahui adalah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan diterimanya, karena perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterinya apabila merreka melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui adalah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karna mereka tidak mempunyai sedikitpun akanm mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekjali akan mendapat hukuman dari amal buruknya.
            Diakhir ayat allah swt menyatakan bahwa orang-orang yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran, baik pelajaran dari penagalaman hidupnya atu dari tanda-tanda kebesaran allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga                                                                                                                                                                            terdapat pada dirinya atau suri tauladan dari kisah umat yang lalu.
2.4  Asbabun nuzul
             Ibnu Umar mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Usman ibnu Affan. Ibnu Saad mengetengahkan pula hadis ini melalui jalur Al Kalbi yang ia terima dari Abu Saleh dan bersumber dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ammar ibnu Yasir. Juwaibir mengetengahkan pula hadis ini yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ibnu Masud, Ammar ibnu Yasir dan Salim orang yang dimerdekakan oleh Abu Hudzaifah. Juwaibir mengetengahkan pula hadis ini melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ammar ibnu Yasir.
2.5 Tafsir bin nash
1.  Surat Ar-Ra’du ayat 19

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. Ar-Ra’du 13:19)
Ulul albab mampu membedakan antara yang hak dengan yang batil. Orang-orang yang tidak bisa membedakan antara yang hak dan yang batil pada hakikatnya adalah orang-orang buta.
2. Surat Ibrahim ayat 52

هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (Q.S. Ibrahim 14:52)
Ulul albab bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakat. Dan ulul albab juga bersedia memberikan peringatan kepada masyarakat atas segala penyimpangan dan ketidakadilan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dan semuanya itu dilakukannya dengan dasar keimanan kepada Allah Yang Maha Esa
2.6 Tafsir bir ro’yi
v  Tafsir امن       
Pembacaaan امن)) dalam ayat 9 surat az zumar berbeda-beda. Sebagian ulama’ makkah, madinah dan mayoritas ulama’ kuffah membaca امن dengan takhfif mimnya maksudnya tidak mentasydid huruf mim[1]. bacaan امن dengan takfifil mim ini, memiliki dua al ternatif yaitu : yang pertama menganggap hamzah dalam lafadz  امن sebagai hamzah nida’ yang memiliki makna do’a. Jadi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah يا من هو قانت اناء الليل. Orang Arab menggunakan hamzah nida’ sebagaimana ya’ nida’. Maka dapat diucapkana ازيد اقبل  atau يا زيد اقبل . Apabila alif dianggap sebagai nida’ maka makna dari ayat itu adalah:
قل تمتع ايها الكافرون بكفرك قليلا انك من اصحاب النار, ويا من هو قانت اناء الليل ساجدا وقائما, انك من اهل الجنة
yang kedua menganggap hamzah dalam lafadz امن sebagai hamzah istifham. Adapun makna yang dihasilkan adalah:
اهذا القانت خير ام الكافر؟
Artinya: “apakah orang yang beribadah itu lebih baik ataukah orang kafir?
Imam mawardi menjelaskan bahwasannya firman Allah ta’ala امن هو قانت  memiliki dua alternatif bacaan yaitu : yang pertama hamzahnya dianggap sebagai sebagai hamzah istifham, dan yang kedua hamzahnya dianggap sebagai hamzah nida’. Sebagaimana komentar beliau dalam kitabnya[2] :
فمن زعم ان الالف الاولي استفهام اضمر في الكلام جوابا محذوفا تقديره : أمن هو قانت اناء الليل ساجدا وقائما كمن جعل الله اندادا؟ قاله يحي وقال ابن عباس المحذوف من الجواب : كمن ليس كذلك. و من زعم ان الالف للنداء لم يضمر جوابا محذوفا, وجعل تقدير الكلام : أمن هو قانت اناء اليل ساجدا وقائما يحذر الاخرة ويرجو رحمة ربه.
Jadi, menurut Imam mawardi, jika hamzahnya dianggap sebagai hamzah istifham, maka mengira-ngirakan jawab yang dibuang. Adapun taqdirannya yaitu:
أمن هو قانت اناء الليل ساجدا وقائما كمن جعل الله اندادا؟
“apakah orang yang beribadah dimalam hari dalam keadaan sujud dan berdiri itu sama halnya dengan orang yang menjadikan Allah musuh?”.  Jika jawabnya ditampakkan maka berupa lafadz :  ليس كذلك (bukan/tidak sama antara orang yang beribadahdi waktu malam hari dalam keaadaan sujud dan berdiri dengan orang yang menjadikan Allah musuh)
            Dan jika hamzahnya dianggap sebagai nida’, maka tidak mengandung jawab yang dibuang. Dan taqdirannya adalah:
أمن هو قانت اناء اليل ساجدا وقائما يحذر الاخرة ويرجو رحمة ربه
“Wahai orang yang beribadah dalam keadaan sujud, berdiri yang takut pada akhirat dan mengharap rahmat dari tuhannya”. Kesimpulan dari pendapat Imam mawardi diatas, hamzah dalam ayat tersebut, hanya dapat dibaca dengan takhfif, alias tidak di tasydid. Dan hamzah tersebut bisa dianggap sebagai hamzah istiham dan juga hamzah nida’.
sebagian yang lain membaca امن dengan  tasydidul mim yaitu sebagian ulama’ madinah, bahsrah dan sebagian ulama’ khufah[3]. Yang mengandung makna ام من هو؟  dengan menganggap    sebagai istifham yang menggabungkan dengan kalimat/ayat sebelumnya. Dan merupakan gabungan antara ام dan من, kemudian diidghokan menjadi satu. Dan istifham tersebut adalah istifham munqotiah, karena memisahkan antara ayat sembilan dan ayat delapan.
Dalam pemaparan diatas, sudah sangat jelas bahwasannya para ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan bacaan  امن. Lantas siapakah yang peling benar diantara mereka?, dan apakah pendapat mereka adalah termasuk bacaan yang dibenarkan menurut ilmu qiroat, maka jawabannya adalah semua bacaan tersebut adalah benar. Hal ini sesuai dengan komentar Imam at-thobari:
والقول في ذلك عندنا أنهما قراءتان قرأ بكل واحدة علماء من القرّاء مع صحة كل واحدة منهما في التأويل والإعراب، فبأيتهما قرأ القارئ فمصيب.
Artinya: menurut kami, para ahli qiroat membaca dengan salah satu dari dua bacaan itu, dan semuanya itu dapat dibenarkan dari sisi ta’wil maupun i’robnya.
Kesimpulannya adalah lafadz امن bisa dibaca takfif (tanpa tasydid) dan dapat pula dibaca menggunakan tasydid. Adapun yang dibaca takhfif memiliki dua sudut pandang, dengan menganggap bahwa hamzah tersebut adalah istifham dan hamzah nida’ sebagaimana pendapat Imam mawardi dan Sebagian ulama’ makkah, madinah dan mayoritas ulama’ kuffah. Sedangkan yang dibaca tasydid hanya ada satu sudut pandang, yaitu menganggap sebagai huruf istifham munqotiah.
v  Tafsir قانت
            Dalam kitab tafsirya,imam mawardi mengartikan قانت dengan 4 pandangan, yaitu[4]:
1.      قانت adalah orang yang ta’at, pendapat ini adalah pendapat ibnu masud. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist berikut ini.
حدثنا محمد، قال: ثنا أحمد، قال: ثنا أسباط، عن السديّ، في قوله: (أمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا) قال: القانت: المطيع.
2.      قانت adalah orang yang khusu’ sholatnya, pendapat ini menurut Ibnu Syihab
3.      قانت adalah orang yang berdiri ketika sholat/ selalu melaksanakan sholat. Ini adalah menurut yahya Ibnu Salam. Karena ada hadist yang menyatakan
وَرَوَى عَبْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ سُئِلَ عَنِ الْقُنُوتِ فَقَالَ: مَا أَعْرِفُ الْقُنُوتَ إِلَّا طُولَ الْقِيَامِ، وَقِرَاءَةَ الْقُرْآنِ.
4.      قانت adalah orang yang berdoa kepada Allah.
Dan  ada tambahan bahwasannya قانت adalah orang yang yang rukuk dan orang yang senantiasa menjaga penglihatannya[5]. Dan ada juga yang mengatakan bhwa قانت adalah orang yang qunut pada saat sholat shubuh karena posisinya yang berdiri.[6]
v  Tafsir اناء اليل
            اناء adalah dhorof zaman yang dibaca nashob yang menjadi maf’ul fih dari isim fail قانت dan ia menjadi mudlof sedangkan mudlof ilaihnya adalah اليل[7]. Dalam menafsirkan ayat اناء اليل, ulama’ berbeda pendapat ada yang mengatakan permulaan malam, tengah-tengah malam dan akhir malam, ini menurut al Hassan[8]. Ada yang berpendapat sepertiga malam terakhir ini adalah pendapat ibnu abbas, dan ada juga yang mengatakan waktu ini adalah ketika antara maghrib dan isya’, ini menurut Mansur[9].
v  Tafsir ساجدا وقائما يحذر الاخرة  ويرجو رحمة ربه
Ayat ini menunjukkan tentang keadaan orang yang taat. Bahwasannya orang yang ta’at kadang-kadang dalam keadaan sujud dan kadang-kadang dalam keadaan berdiri karena beribadah kepada Allah SWT. Dan ساجد وقائما adalah keadaan dalam sholat[10]. Orang yang yang ta’at kepada Allah SWT selalu takut akan azab akhirat dan dia selalu berharap rahmat dari tuhannya yaitu agar dapat di masukkan ke dalam surga[11].
 Ada beberapa pendapat dalam menanggapi ayat ini[12]
1)      Rosulullah menceritakan bahwa ayat tersebut tertuju pada Yahya bin salam
2)      Ayat tersebut tertuju pada Abu bakar. Ini adalah pendapat ibnu abbas
3)      Ayat tersebut tertuju pada Usman bin Affan sebagaimana pendapat ibnu umar
4)      Ayat tersebut tertuju pada Amar bin Yasar, Suhaib, Abu dzar dan Ibnu Mas’ud. Ini pendapat kalbiy.
v  Tafsir قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون
Ada beberapa versi dalam menyikapi ayat ini:
a)      Apakah sama orang yang mengetahui ini itu dengan orang yang tidak mngetahui ini itu?. Ini adalah pendapat Qotadah
b)      Apakah sama orang mukmin yang mengetahui bahwasannya nanti akan bertemu tuhannya dengan orang kafir bodoh yang menjadikan Allah SWT musuh?. Ini menurut yahya
c)      Orang yang mengetahui adalah kita, sedangkan orang yang tidak mengetahui adalah musuh. Ini menurut Abu Ja’far Muhammad bin Ali
d)     Orang yang mengetrahui ardalah orang yang yakin (muqinun) sedangkan orang yang tidak mengetahui adalah orang yang bimbang[13].
v  Tafsir اولو الباب
            Kata اولو adalah mulhaq bijam’il mudzakkaris salim atau diserupakan dengan jama’ mudzakkar salim karena tidak memiliki bentuk tunggal[14]. Dan kata tersebut merupakan susunan idhofah, اولو sebagai mudhof dan الباب sebagai mudhof ilaihi. Yang dimaksud اولو الباب disini adalah orang yang berakal dan dalam konteks ini adalah orang yang dapat membedakan antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui[15].


2.7  Relevansi ayat
a. Orang beramal di malem hari lebih terjaga niatnya (aman dari sifat riya’)
 b. Orang yang tunduk (pada Allah) slalu mempergunakan waktu2nya tuk beribadah kepadaNya; baik di waktu duduk, berdiri, bahkan dalam keadaan berbaring.
c. Keutamaan Qiyaamul lail. Bahwa ora
d. Ayat ini menunjukkan atas ‘kesempurnaan manusia’ bilamana mereka mempunyai 2 hal pokok; yakni, ilmu dan amal (wujud konsekwensi atas ilmu yang ia punya)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
‘alim (orang yang mengetahui): dia ketahui kebenaran dan mau mengamalkan serta istiqomah padanya.sedangkan jahil (orang yang bodoh): dia ketahui kebenaran akan tetapi ia tak mau tuk amalkan; atau, mereka tak ketahui kebenaran dan kebathilan jugha tidak mau untuk mengetahuinya dan orang yang bisa membedakan keduanya adalah ulul albab
 DAFTAR PUSTAKA
Abi Hasan Muhammad al Mawardi, Nukats wal Uyun tafsir mawardi, Beirut, Darul Kutub Alamiah
Ustad Thohir Yusuf Khotib, Mu’jam Munfashol fil i’rob, Jeddah, Harmain
BahauddinAbdullahIbnu Aqil, Syarah Alfiah, Beirut, Darul Kutub Alamiah
Muhammad Rozi Fakhruddin, Mafatihul Ghoib, Beirut, Darul Fikr
Imam Jalil Hafid Abil Fida bin Katsir, Tafsir Qur’anul ‘Adzim, Yaman,Maktabah Aulad
Imam Ibnu Jarir Atthobari, Jami’ul Bayan an Ta’wilil Qur’an, Darul Fikr
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Ansori, Tafsir Qurtubi, Maktabah JazirahWard
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Mahali dan Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakar Assuyuti, Tafsir Jalalain, Harmain


[1] Tafsir at thobari hal 265
[2] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 117

[3] Tafsir at thobari hal 267
[4] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 117
[5] Tafsir al qurtubi hal 239
[6] Mafatihul ghoib hal 428
[7] Mu’jam munfassol fil ‘irob hal 14
[8] I’robul qur’an hal 5
[9] Tafsir ibnu katsir jilid 7 hal 88
[10] Tafsir jalain hal 607
[11] Tafsir thobari hal 167
[12] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 117
[13] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 118
[14] Syarah ibnu aqil hal 36
[15] Tafsir ibnu kasir juz 7 hal 89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar