BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi
dalam agama islam ini, dan orang yang berilmu itu sangat berbeda sekali dengan
orang yang tak berilmu/bodoh. Dan islam sangat memberikan apresiasi yang sangat
besar dan memberikat derajat yang tiggi terhadap orang yang berilmu,
sebagaimana firman Allah SWT,
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اتوا العلم
درجات
“Allah akan mengakat derajat yang tinggi bagi orang yang
berilmu”
dalam masalah kali
ini, kelompok kita akan membahas surat az-zumar yang didalamnya terdapat
anjuran untuk berilmu, untuk menjadi orang yang taat, dan anjuran untuk menjadi
orang yang berjuwa ulul albab. Dan yang paling penting dalam masalah hal ini
adalah “tidak sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak
mengetahui”
قل هل يستوي الذين يعلمون و الذين لا يعلمون
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa terjemah dan
mufrodat surat az-zumar ayat 9?
2.
Apa as babun nuzul
az-zumar ayat 9?
3.
Apa tafsir bir ro’yi
surat az-zumar ayat 9?
4.
Apa relevansi surat
Az-zumar ayat 9 dengan pendidikan?
1.3 Tujuan penulisan
1.
Mengetahui terjemah
dan mufrodat surat az-zumar ayat 9
2.
Mengetahui asbabun
nuzul dan munasabah az-zumar ayat 9
3.
Mengetahui tafsir bir
ro’yi dan tafsir binnash surat az-zumat ayat 9
4.
Mengetahui relevansi
surat az-zumar ayat 9 dengan pendidikan
5.
Memenuhi tugas makalah
Tafsir Tarbawi
BAB II
KAJIAN AYAT
2.1 Surat Az-Zumar dan terjemahannya.
أ مَنْ هُوَ قَانِتٌ
ءَانَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ
رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الالباب.
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar 39: 9)
2.2 Mufrodat
1.
Awal ayat diatas ada yang membacanya (أمن) aman dalam bentuk pertanyaan dan ada juga yang
membacanya (أمّن) amman.
yang pertama merupakan bacaan nafi’, Ibn katsir dan hamzah. Yang terdiri
dari huruf ( أ ) alif dan (من) man
yang berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai mubtada’
sedang khobar-nya tidak tercantum karena telah di isyaratkan oleh kalimat
sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan bagi Allah
sekutu-sekutu dan seterusnya.
Bacaan kedua (أمّن) amman
adalah bacaan mayoritas ulama. Kalimat ini pada mulanya terdiri dari dua kata
yaitu (أم)am
dan (من) man
lalu di gabung dalam tulisanya . ia mengandung dua kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi
sebagai kata yang di gunakan bertanya. Yang kedua , kata am yang
berfungsi memindahkan uraian ke uraian yang lain, serupa dengan kata bahkan.
2.
قانت
Kata (قانت) qaanit
terambil dari kata (قنوت) qunut yaitu ketekunan. Ketekunan dalam ketaatan
disertai dengan ketundukan hati dan ketulusanya.sementara ulama menyebut juga
nama-nama tertentu bagi tokoh yang dinamai qaanit oleh ayat diatas
seperti Sayydina Abu Bakar atau ‘Ammar Ibn Yasir ra. Dan lain-lain.
3.
يعلمون
Kata (يعلمون) ya’lamuun
pada ayat di atas ada juga ulama yang mengartikan kata yang tidak
memerlukan objek. Maksudnya apapun yang memiliki pengetahuan – apapun
pengetahuan itu – pasti tidak sama dengan yang memilikinya.
4.
يتذكّر
Kata (يتذكّر)yatadzakkaru terambil dari kata (ذكر) dzikr yakni
pelajaran / peringatan. Penambahan huruf (ت) ta’ pada kata yang digunakan mengisyaratkan
banyaknya pelajaran yang dapat di peroleh ulul albab. Ini berarti bahea selain
merekapun dapat memperoleh pelajaran, tetapi tidak sebanyak ulul albab.
2.3 Munasabah
Dalam ayat-ayat lalu allah menjelaskan tanda-tanda
keesaannya yang ada dalam alam semesta dan yang ada pada diri manasia, diiringi
dengan bukti-bukti kebatilan pemuja-pemuja berhala. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini allah swt menjelaskan, bahwa
dia tidak memerlukan apapun dari para hambanya. Dia tidak meridhaikekafiran
bagi para hambanya akan tetapi meridhai kesyukuran bagi mereka. Hannya saja
para hamba allah itu di tuntut untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatan
mereka pada hari berhisab. Pada hari itulah mereka akan mendapat balasan yang
setimpal.mereka yang beriman dan beramal shlih akan mendapat tempat yang penuh
kenikmatan. Akan tetapi para hambanya yang kafir untuk mendapat tempat yang
penuh dengan penderitaan.
Allah swt menjelaskan bahwa apabila
kaum musrikin itu tetap mengingkari kemaha esaan_nya, padahal sudah cukup
bukti-bukti untuk itu, maka hal itu sedikit tidak merugikan allah. Dia tidaklah
memerlukan apapun juga dari seluruh mahluknya .
Allah
swt berfirman:
ان تكفروا انتم ومن في الارض جميعا فانّالله لغنيّ حميد
Artinya:
Jika
kamu dan orang-orang di muka bumi semuanya mengingkari(nikmat allah). Maka
sesungguhnya allah maha kaya dan maha terpuji “260
Dan
seperti yang dijelaskan dalam hadits Qudsy:
يا عبا دي لو أنّ أوّلكم وأخر كم وأنسكم وجنّكم كا نوا علي أفجر قلب
رجل منكم ما نقص دلك من من ملكي شئا.
Artinya;
“Wahai hamba-hambaku, kalau
sekiranya ornga-orang yang terdahulu dan yan terakhir dari kamu, manusia dan
jinsemuanya tetap berhati jahat,maka sikap demikian itu tidaklah mengurangi kerajaanku sedikitpun” .
Allah SWT menjelaskan bahwa ia tidak
merelakan kekafiran bagi para hambanya. Karna keingkaran itu pada dasarnya
bertentangan denga jiwa manusia. Jiwa manusia dan seluruh mahluk allah
diciptakan sesuai dengan fitrah kejadiannay, yang semestinya tunduk kepada
ketentuan-0ketentuan penciptanya. Akan tetapi apabila mereka itu mengsyukuri
nikmat allah tentu mereka menyukainya, karna keadaan serupa itu memang sesuai
dengan fitrah kejadiaanya, serta sesuai dengan sunnatullah.
Allah
swt berfirman:
تئن شكرتم لآزيد نّكم ولئن كفرتم انّ عدا بى لشديد
Artinya:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari(nikmatku), maka sesungguhnya
azab ku sangat pedih”262
Kemudian allah swt menjelaskan bahwa
tiap orang pada hari kiamat akan di tuntut akan mempertanggung jawabkan selama
dia hidup di dunia. Tiap-tiap orang yang berdoisa bertanggung jawab atas
perbuatan dosanya. Dia tidak akan memikul dosa orang lain. Sesudah itu
tiap-tiap orang akan digiring menghadap tuhannya untuk menerima penjelasan
tentang catatan amalnya selama dia hidup di dunia, padfa saat itu perbuatan
yang baik ataupun yang buruk yang ketinggalan. Pada saat itu amal perbuatan
masing-masing orang akan mendapat pembalasan yang setimpakl dengan amal
perbuatannya.apabila catatannya penuh dengan amal perbuatan yang baik niscaya
ia mendapat tempat yang penuh dengan kenikmatan. Tetapi apabila catatannya
penuh dengan amal perbuatan buruk niscaya ia mendapat tempat yang penuh dengan
penderitaan.
Pada penghujung ayat ini allah swt
menjelaskan, bahwa ia maha mengetahui apa yang tersimpan dalam dada para
hambanya. Dengan demikian maka tidak mungkin ada amal yang ketinggalan, baik
perbuatan yang dapat di saksikan oleh orang lain ataupun perbuatan yang hannya
di ketahui oleh si pembuat orang itu sendiri.
(8)
sesudah itu allah swt menjelaskan sikap orang yang mengingkari nikmat
allah. Apabila ia di tempat kemudharatan baik berupa penyakit atupun
penderitaan yang menimpa kehidupannya, ia memohon pertolongan kepada allah,
agar penyakitnya atau penderitaannya di lenyapkan dari padanya. Iapun
menyatakan diri bertaubat, minta ampun terrhadap perbuatan buruk dimasa yang
telah lalu. Akan tetapi, apabila ia mendapatkan nikmat dimana penyakit dan
penderitaannya telah hilang lenyap, lupalah ia akan perkataan yang ia ikrarkan
pada saat ia berdo’a. Kemudia mereka mengada-ngadakan tuhan-tuhan yang lain
sebagai sekutu bagi allah. Mereka tidak saja menyesatkan diri mereka, tetapi
menyesatkan pula orang lain, menghalang-halangi orang yang mengikrarkan dirinya
sebagai orang yang beragama tauhid.
Diakhirat ayat allah swt
memerintahkan kepada rasulnya agar mengatakan kepada orang yg nikmat allah itu,
“puaskanlah dirimu dengan melaksanakan keinginannmu sewaktu hidup di dunia,
nikmatilah kelezatannya yang tidak lama masanya, hingga ajal merenggut jiwa mu.
Tetapi pada saat itu kamu akan menyesali perbuatanmu. Pada hari berhisab nanti,
kamu akan mengetahui dewngan pasti bahwea kamu akan menjadi penghuni neraka
yang penuh dengan siksaan. “
(9) Kemudian allah swt memerintahkan
kepada rasulnya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka
lebih beruntung atukah orang yang beribadah di waktu malam, dalam keadaan sujud
dan berdiri dengan sangat khusuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah
dalam hatinya rasa takut kepada azab allah di kampung akhirat, dan memancarlah
harapannya akan rahmad allah.
Perintah yang sama di berikan allah
dan rasulnya agar menanyakan kepada mereka agar menanyakan kepada mereka apakah
sama orang-orang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? yang di
maksud dengan orang-orang yang mengetahui adalah orang-orang yang mengetahui
pahala yang akan diterimanya, karena perbuatannya yang baik, dan siksa yang
akan diterinya apabila merreka melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang
tidak mengetahui adalah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu,
karna mereka tidak mempunyai sedikitpun akanm mendapat pahala dari perbuatan
baiknya, dan tidak menduga sama sekjali akan mendapat hukuman dari amal
buruknya.
Diakhir ayat allah swt menyatakan
bahwa orang-orang yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran, baik
pelajaran dari penagalaman hidupnya atu dari tanda-tanda kebesaran allah yang
terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga terdapat
pada dirinya atau suri tauladan dari kisah umat yang lalu.
2.4 Asbabun nuzul
Ibnu Umar mengatakan, bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan Usman ibnu Affan. Ibnu Saad mengetengahkan pula
hadis ini melalui jalur Al Kalbi yang ia terima dari Abu Saleh dan bersumber
dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Ammar ibnu Yasir. Juwaibir mengetengahkan pula hadis ini yang bersumber
dari Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Ibnu Masud, Ammar ibnu Yasir dan Salim orang yang dimerdekakan oleh Abu
Hudzaifah. Juwaibir mengetengahkan pula hadis ini melalui Ikrimah yang
menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ammar ibnu Yasir.
2.5 Tafsir bin nash
1. Surat
Ar-Ra’du ayat 19
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Adakah
orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu
benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang
dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. Ar-Ra’du 13:19)
Ulul
albab mampu membedakan antara yang hak dengan yang batil. Orang-orang yang
tidak bisa membedakan antara yang hak dan yang batil pada hakikatnya adalah
orang-orang buta.
2. Surat Ibrahim ayat 52
هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Al
Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”
(Q.S. Ibrahim 14:52)
Ulul
albab bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki
masyarakat. Dan ulul albab juga bersedia memberikan peringatan kepada
masyarakat atas segala penyimpangan dan ketidakadilan yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat. Dan semuanya itu dilakukannya dengan dasar keimanan
kepada Allah Yang Maha Esa
2.6 Tafsir bir ro’yi
v Tafsir امن
Pembacaaan امن)) dalam ayat 9 surat az
zumar berbeda-beda. Sebagian ulama’ makkah, madinah dan mayoritas ulama’
kuffah membaca امن dengan takhfif
mimnya maksudnya tidak mentasydid huruf mim[1].
bacaan امن dengan takfifil mim ini, memiliki
dua al ternatif yaitu :
yang pertama menganggap hamzah dalam lafadz
امن sebagai hamzah nida’ yang memiliki
makna do’a. Jadi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah يا من هو قانت اناء الليل. Orang Arab menggunakan hamzah nida’
sebagaimana ya’ nida’. Maka dapat diucapkana ازيد
اقبل atau يا زيد اقبل . Apabila alif dianggap sebagai nida’
maka makna dari ayat itu adalah:
قل
تمتع ايها الكافرون بكفرك قليلا انك من اصحاب النار, ويا من هو قانت اناء الليل
ساجدا وقائما, انك من اهل الجنة
yang kedua menganggap hamzah dalam lafadz امن sebagai hamzah istifham. Adapun makna yang dihasilkan
adalah:
اهذا
القانت خير ام الكافر؟
Artinya: “apakah orang yang beribadah itu lebih baik ataukah orang
kafir?
Imam mawardi menjelaskan bahwasannya firman Allah ta’ala امن هو قانت memiliki dua alternatif bacaan yaitu : yang
pertama hamzahnya dianggap sebagai sebagai hamzah istifham, dan yang
kedua hamzahnya dianggap sebagai hamzah nida’. Sebagaimana komentar
beliau dalam kitabnya[2] :
فمن
زعم ان الالف الاولي استفهام اضمر في الكلام جوابا محذوفا تقديره : أمن هو قانت
اناء الليل ساجدا وقائما كمن جعل الله اندادا؟ قاله يحي وقال ابن عباس المحذوف من
الجواب : كمن ليس كذلك. و من زعم ان الالف للنداء لم يضمر جوابا محذوفا, وجعل
تقدير الكلام : أمن هو قانت اناء اليل ساجدا وقائما يحذر الاخرة ويرجو رحمة ربه.
Jadi, menurut Imam mawardi, jika hamzahnya dianggap sebagai hamzah
istifham, maka mengira-ngirakan jawab yang dibuang. Adapun taqdirannya yaitu:
أمن هو قانت اناء الليل ساجدا وقائما كمن جعل الله اندادا؟
“apakah orang yang beribadah dimalam hari dalam keadaan sujud dan
berdiri itu sama halnya dengan orang yang menjadikan Allah musuh?”. Jika jawabnya ditampakkan maka berupa lafadz
: ليس كذلك
(bukan/tidak sama antara orang yang beribadahdi waktu malam hari dalam keaadaan
sujud dan berdiri dengan orang yang menjadikan Allah musuh)
Dan jika hamzahnya
dianggap sebagai nida’, maka tidak mengandung jawab yang dibuang. Dan
taqdirannya adalah:
أمن
هو قانت اناء اليل ساجدا وقائما يحذر الاخرة ويرجو رحمة ربه
“Wahai orang yang beribadah dalam keadaan sujud, berdiri yang takut
pada akhirat dan mengharap rahmat dari tuhannya”. Kesimpulan dari pendapat Imam
mawardi diatas, hamzah dalam ayat tersebut, hanya dapat dibaca dengan takhfif,
alias tidak di tasydid. Dan hamzah tersebut bisa dianggap sebagai hamzah
istiham dan juga hamzah nida’.
sebagian yang lain membaca امن
dengan tasydidul mim yaitu
sebagian ulama’ madinah, bahsrah dan sebagian ulama’ khufah[3].
Yang mengandung makna ام من هو؟ dengan menganggap sebagai istifham yang menggabungkan
dengan kalimat/ayat sebelumnya. Dan merupakan gabungan antara ام dan من, kemudian diidghokan
menjadi satu. Dan istifham tersebut adalah istifham munqotiah,
karena memisahkan antara ayat sembilan dan ayat delapan.
Dalam pemaparan diatas, sudah sangat jelas bahwasannya para ulama’
berbeda pendapat dalam menentukan bacaan
امن. Lantas siapakah yang peling benar
diantara mereka?, dan apakah pendapat mereka adalah termasuk bacaan yang
dibenarkan menurut ilmu qiroat, maka jawabannya adalah semua bacaan tersebut
adalah benar. Hal ini sesuai dengan komentar Imam at-thobari:
والقول في ذلك عندنا أنهما قراءتان قرأ بكل واحدة علماء من القرّاء مع
صحة كل واحدة منهما في التأويل والإعراب، فبأيتهما قرأ القارئ فمصيب.
Artinya: menurut kami, para ahli qiroat membaca dengan salah satu
dari dua bacaan itu, dan semuanya itu dapat dibenarkan dari sisi ta’wil maupun
i’robnya.
Kesimpulannya adalah lafadz امن
bisa dibaca takfif (tanpa tasydid) dan dapat pula dibaca menggunakan tasydid.
Adapun yang dibaca takhfif memiliki dua sudut pandang, dengan menganggap
bahwa hamzah tersebut adalah istifham dan hamzah nida’
sebagaimana pendapat Imam mawardi dan Sebagian ulama’ makkah, madinah dan
mayoritas ulama’ kuffah. Sedangkan yang dibaca tasydid hanya ada satu sudut
pandang, yaitu menganggap sebagai huruf istifham munqotiah.
v Tafsir قانت
Dalam kitab
tafsirya,imam mawardi mengartikan قانت
dengan 4 pandangan, yaitu[4]:
1.
قانت adalah orang yang ta’at,
pendapat ini adalah pendapat ibnu masud. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist
berikut ini.
حدثنا
محمد، قال: ثنا أحمد، قال: ثنا أسباط، عن السديّ، في قوله: (أمَّنْ هُوَ قَانِتٌ
آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا) قال: القانت: المطيع.
2.
قانت adalah orang yang khusu’
sholatnya, pendapat ini menurut Ibnu Syihab
3.
قانت adalah orang yang
berdiri ketika sholat/ selalu melaksanakan sholat. Ini adalah menurut yahya
Ibnu Salam. Karena ada hadist yang menyatakan
وَرَوَى عَبْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ سُئِلَ عَنِ
الْقُنُوتِ فَقَالَ: مَا أَعْرِفُ الْقُنُوتَ إِلَّا طُولَ الْقِيَامِ،
وَقِرَاءَةَ الْقُرْآنِ.
4.
قانت adalah orang yang berdoa
kepada Allah.
Dan
ada tambahan bahwasannya قانت
adalah orang yang yang rukuk dan orang yang senantiasa menjaga penglihatannya[5].
Dan ada juga yang mengatakan bhwa قانت
adalah orang yang qunut pada saat sholat shubuh karena posisinya yang berdiri.[6]
v Tafsir اناء
اليل
اناء adalah dhorof zaman yang dibaca nashob yang
menjadi maf’ul fih dari isim fail قانت
dan ia menjadi mudlof sedangkan mudlof ilaihnya adalah اليل[7].
Dalam menafsirkan ayat اناء اليل, ulama’ berbeda
pendapat ada yang mengatakan permulaan malam, tengah-tengah malam dan akhir
malam, ini menurut al Hassan[8].
Ada yang berpendapat sepertiga malam terakhir ini adalah pendapat ibnu abbas,
dan ada juga yang mengatakan waktu ini adalah ketika antara maghrib dan isya’,
ini menurut Mansur[9].
v Tafsir ساجدا
وقائما يحذر الاخرة ويرجو رحمة ربه
Ayat ini menunjukkan tentang keadaan
orang yang taat. Bahwasannya orang yang ta’at kadang-kadang dalam keadaan sujud
dan kadang-kadang dalam keadaan berdiri karena beribadah kepada Allah SWT. Dan ساجد وقائما
adalah keadaan dalam sholat[10].
Orang yang yang ta’at kepada Allah SWT selalu takut akan azab akhirat dan dia
selalu berharap rahmat dari tuhannya yaitu agar dapat di masukkan ke dalam
surga[11].
Ada beberapa pendapat dalam menanggapi ayat
ini[12]
1)
Rosulullah
menceritakan bahwa ayat tersebut tertuju pada Yahya bin salam
2)
Ayat
tersebut tertuju pada Abu bakar. Ini adalah pendapat ibnu abbas
3)
Ayat
tersebut tertuju pada Usman bin Affan sebagaimana pendapat ibnu umar
4)
Ayat
tersebut tertuju pada Amar bin Yasar, Suhaib, Abu dzar dan Ibnu Mas’ud. Ini
pendapat kalbiy.
v Tafsir قل
هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون
Ada beberapa versi dalam menyikapi
ayat ini:
a)
Apakah
sama orang yang mengetahui ini itu dengan orang yang tidak mngetahui ini itu?.
Ini adalah pendapat Qotadah
b)
Apakah
sama orang mukmin yang mengetahui bahwasannya nanti akan bertemu tuhannya
dengan orang kafir bodoh yang menjadikan Allah SWT musuh?. Ini menurut yahya
c)
Orang
yang mengetahui adalah kita, sedangkan orang yang tidak mengetahui adalah
musuh. Ini menurut Abu Ja’far Muhammad bin Ali
d)
Orang
yang mengetrahui ardalah orang yang yakin (muqinun) sedangkan orang yang
tidak mengetahui adalah orang yang bimbang[13].
v Tafsir اولو
الباب
Kata اولو adalah mulhaq
bijam’il mudzakkaris salim atau diserupakan dengan jama’ mudzakkar salim
karena tidak memiliki bentuk tunggal[14]. Dan
kata tersebut merupakan susunan idhofah, اولو
sebagai mudhof dan الباب sebagai mudhof
ilaihi. Yang dimaksud اولو الباب
disini adalah orang yang berakal dan dalam konteks ini adalah orang yang dapat
membedakan antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui[15].
2.7 Relevansi ayat
a. Orang beramal di malem hari lebih terjaga niatnya
(aman dari sifat riya’)
b. Orang yang
tunduk (pada Allah) slalu mempergunakan waktu2nya tuk beribadah kepadaNya; baik
di waktu duduk, berdiri, bahkan dalam keadaan berbaring.
c. Keutamaan Qiyaamul lail. Bahwa ora
d.
Ayat ini menunjukkan atas ‘kesempurnaan manusia’ bilamana mereka
mempunyai 2 hal pokok; yakni, ilmu dan amal (wujud konsekwensi
atas ilmu yang ia punya)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
‘alim (orang yang mengetahui): dia ketahui kebenaran dan
mau mengamalkan serta istiqomah padanya.sedangkan jahil (orang yang
bodoh): dia ketahui kebenaran akan tetapi ia tak mau tuk amalkan; atau, mereka
tak ketahui kebenaran dan kebathilan jugha tidak mau untuk mengetahuinya dan
orang yang bisa membedakan keduanya adalah ulul albab
DAFTAR PUSTAKA
Abi Hasan
Muhammad al Mawardi, Nukats wal Uyun tafsir mawardi, Beirut, Darul Kutub
Alamiah
Ustad Thohir
Yusuf Khotib, Mu’jam Munfashol fil i’rob, Jeddah, Harmain
BahauddinAbdullahIbnu
Aqil, Syarah Alfiah, Beirut, Darul Kutub Alamiah
Muhammad Rozi Fakhruddin,
Mafatihul Ghoib, Beirut, Darul Fikr
Imam Jalil
Hafid Abil Fida bin Katsir, Tafsir Qur’anul ‘Adzim, Yaman,Maktabah Aulad
Imam Ibnu Jarir
Atthobari, Jami’ul Bayan an Ta’wilil Qur’an, Darul Fikr
Abi Abdillah
Muhammad bin Ahmad Al Ansori, Tafsir Qurtubi, Maktabah JazirahWard
Jalaluddin
Muhammad bin Ahmad Mahali dan Jalaluddin Abdurrohman bin Abu Bakar Assuyuti, Tafsir
Jalalain, Harmain
[1] Tafsir at thobari hal 265
[2] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 117
[3] Tafsir at thobari hal 267
[4] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 117
[5] Tafsir al qurtubi hal 239
[6] Mafatihul ghoib hal 428
[7] Mu’jam munfassol fil ‘irob hal 14
[8] I’robul qur’an hal 5
[9] Tafsir ibnu katsir jilid 7 hal 88
[10] Tafsir jalain hal 607
[11] Tafsir thobari hal 167
[12] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 117
[13] An nukats wal uyun tafsir mawardi hal 118
[14] Syarah ibnu aqil hal 36
[15] Tafsir ibnu kasir juz 7 hal 89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar