BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam
penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan
penelitian secara mendalam.
Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum
terhadap komponen kurikulum yang lain.
Program pendidikan yang telah dikeluarkan pemerintah tentang kurikulum yang
digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional.
Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
Kurikulum.
Bahasa Arab
merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan
dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi , pikiran, perasaan
serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat untuk menyampaikan
dan menyerap gagasan-gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan baik secara lisan
maupun tertulis, maka kurikulum ini dipersiapkan untuk pencapaian keterampilan
dasar awal berbahasa Arab peserta didik, dengan didukung
unsure-unsur/aspek-aspek kebahasaan seperti: istima’/mendengarkan, kalam/berbicara,
qira’ah/membaca dan kitabah/menulis. Area pelajaran utama dari pembelajaran Bahasa Arab
meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berhubungan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini penulis akan memaparkan hasil
observasi yang terkait dengan hal tersebut. Ada pun laporan secara terperinci
adalah sebagai berikut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.2.1
Apa
pengertian corak kurikulum bahasa
Arab di Lembaga formal?
1.2.2
Apa tujuan kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.3
Apa
pengertian materi kurikulum bahasa arab?
1.2.4
Bagaimana implementasi kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.5
Apa saja problematika kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.6
Bagaimana cara mengetahui mengevaluasi
pembelajaran bahasa Arab di Lembaga formal?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui
pengertian bahan ajar corak
kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.2
Mengetahui
tujuan kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.3
Mengetahui
pengertian materi kurikulum bahasa arab
1.3.4
Mengetahui
implementasi kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.5
Mengetahui problematika kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.6
Mengetahui cara mengevaluasi pembelajaran bahasa Arab di Lembaga formal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Corak Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya digunakan dalam aktivitas olah raga, yang
berasal dari bahasa latin, yaitu curriculum, artinya a running course
atau race course. Juga dalam bahasa perancis, yaitu courier artinya berlari (to
run). Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata kuliah
yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar ijazah. Dalam dunia pendidikan,
istilah kurikulum telah dikenal semenjak kurang lebih satu abad yang lalu.[1]
Dan untuk definisi kurikulum, yaitu suatu
pengaturan yang ditempuh dengan cara membekali para siswa dengan
pengalaman-pengalaman yang berunsur kognitif, afektif dan psikomotorik yang
mana dapat memungkinkan mereka dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab yang
notabene berbeda dengan bahasa ibu mereka.[2]
Adapun
kurikulum pengajaran bahasa Arab mempunyai keterkaian erat dengan kebutuhan
beribadah kepada Tuhan khususnya untuk menjalankan rukun Islam yang kedua ialah
sholat di mana doa dan ucapannya adalah dengan bahasa Arab.[3] Namun tidak hanya berkaitan dengan ibadah saja, akan tetapi dalam hal
pengembangan skill, moral serta sosial. Sehingga diharapkan para penuntut
ilmu menjadi manusia yang memanusiakan manusia dikemudian hari.
Ketika suatu
kurikulum dibuat kemudian dilaksanakan, baik kurikulum itu bersifat
sentralisasi maupun desentralisasi, keduanya mempunyai kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Adakalanya kurikulum yang bersifat sentralisasi
sesuai untuk suatu daerah tertentu, namun tidak sesuai untuk daerah yang lain.
Seperti di daerah pedesaan atau pedalaman yang sulit menyesuaikan kemajuan
pendidikan di daerah perkotaan..
B.
Tujuan Kurikulum Bahasa Arab di Lembaga Formal
Mata pelajaran bahasa Arab
merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing,
mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap
bahasa Arab baik reseptif maupun produktif.[4]
a.
Tujuan Kurikulum Bahasa Arab MI/SD
a)
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa arab, baik lisan maupun
tulis yang mencakup empat kemahiran berbahasa, yakni menyimak ( istima’),
berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b)
Menumbuhkan kesadaran pentingnya bahasa arab sebagai salah satu bahasa
asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber
ajaran islam.
c)
Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya
serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan
memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.[5]
b.
Tujuan Kurikulum Bahasa Arab SMP/MTs
Kurikulum bahasa Arab di
SMP/MTs memiliki tujuan agar para siswa berkembang dalam hal:
a)
Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik;
b)
Berbicara secara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk
menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial
dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan;
c)
Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon
dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan;
d)
Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk
menyampaikan informasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan;
e)
Menghayati dan menghargai karya sastra; dan kemampuan untuk berdiskusi dan
menganalisis teks secara kritis.
c.
Tujuan Kurikulum Bahasa Arab SMA/MA
Secara umum, pengajaran bahasa Arab di SMA/MA bertujuan agar siswa mengenal
bahasa Arab, menyenanginya, dan menyadari urgensinya bagi peningkatan kualitas
hidupnya. Tujuan ini tercermin pada
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Secara operasional,
melalui pembelajaran bahasa Arab siswa diharapkan dapat:
a) Mengetahui perbedaan huruf
yang membedakan arti dan memahami perintah sederhana, sistem bilangan, dan kosa
kata kunci tentang makanan, minuman, pakaian, ibadah haji, dan anggota keluarga
yang tersaji pada kalimat, paragraf, atau teks sederhana;
b) Mengungkapkan gagasannya
kepada orang lain berkenaan dengan identitas diri, lingkungan, sekolah, waktu,
hari raya keagamaan, kesehatan, kegiatan ekonomi, dan jenis profesi tertentu
yang tersaji pada kalimat sederhana yang komunikatif;
c) Membaca teks yang
bersyakal lengkap, memahami kosa kata kunci dari teks dengan tema tertentu,
dengan menggunakan kamus, dan menyimpulkan makna yang terdapat dalam kalimat,
paragraf, atau teks yang sederhana;
d) Menulis berbagai huruf
hijaiyah, menulis kosa kata atau ungkapan singkat berkenaan bilangan, ungkapan
hikmah, nama hari, nama bulan, serta dapat menggunakan tanda baca utama bahasa
Arab serta dapat mengungkapkan gagasannya secara tertulis dan dalam bentuk
kalimat yang sederhana tetapi komunikatif; dan
e) Menyenangi bahasa Arab,
menghargai nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam tema tertentu, menyukai
penggunaan ungkapan hikmah, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Dari penjelasan diatas,
dapat diketahui bahwasannya selain di pondok-pondok pesantren, bahasa Arab juga
diajarkan di lembaga-lembaga formal mulai dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi. Secara garis besar, kurikulum pembelajaran bahasa Arab di Indonesia
hampir dipastikan bahwa tujuannya adalah untuk mengkaji dan memperdalam ajaran
Islam, selain itu tujuan lainnya adalah untuk tujuan bisnis, diplomatik, haji
dan lain sebagainya.[7]
C.
Materi Kurikulum Bahasa Arab
Bahan atau materi
kurikulum (Curriculum Materials) adalah isi atau muatan kurikulum yang
harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi
kurikulum yang berhubungan dengan pertanyaan apakah yang harus diajarkan dan
dipahami oleh siswa? masalah ini sangat erat kaitannya dengan tujuan
pendidikan yang harus dicapai. Materi kurikulum merupakan salah satu komponen
dalam pengembangan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum sama pentingnya
dengan merumuskan kurikulum itu sendiri.[8]
1. Kurikulum ini menerapkan pendekatan
kompetensi sebagai pendekatan pembelajaran. Berikut adalah beberapa konsep penting yang mendasari pendekatan ini. Yaitu:
1) Bahasa merupakan alat
untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui tata bahasa dan kosakata.
Dengan demikian, ungkapan komunikatif, kosakata, pelafalan, tata bahasa dan
ejaan berperan sebagai alat pengungkapan makna yang berupa gagasan, pikiran,
pendapat, dan perasaan.
2) Makna ditentukan oleh
lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam
pendekatan kompetensi terhadap pengajaran bahasa yang harus didukung oleh
pemahaman lintas budaya.
3) Makna dapat diwujudkan
melalui ungkapan yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu
ungkapan dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi pada saat
ungkapan itu digunakan. Jadi keragaman ujaran diakui kebenarannya dalam bentuk
bahasa lisan dan tulisan.
4) Belajar bahasa asing
adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut sebagai bahasa sasaran,
baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung
oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa tersebut.
5) Motivasi belajar siswa
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan belajar. Kadar
motivasi ini banyak.
6) Bahan pelajaran dan
kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna jika berhubungan dengan kebutuhan,
pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depan siswa. Oleh karena itu
faktor-faktor tersebut harus dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan
pengajaran dan pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa.
7) Dalam proses belajar
mengajar, siswa harus diperlakukan sebagai subjek utama, dan bukan sebagai
objek belaka dan guru berperan sebagai fasilitator untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berbahasanya.
2. Penerapan konsep-konsep di
atas dalam pengajaran bahasa asing menyiratkan hal-hal berikut:
1) Unsur-unsur bahasa, yaitu
kosakata, ungkapan komunikatif, pelafalan, tata bahasa, ejaan, hendaknya
disajikan dalam lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi, sehingga lebih
bermakna. Lingkup situasi harus mencakup lingkup budaya sasaran dan budaya
siswa.
2) Pembelajaran unsur-unsur
bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan dan pengembangan empat keterampilan
berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan bukan untuk
kepentingan penguasaan unsur-unsur bahasa itu sendiri. Dalam proses belajar
mengajar, unsur-unsur bahasa yang dipandang sulit bagi siswa dapat disajikan
secara tersendiri, secara sistematis sesuai dengan tema yang dibahas.
3) Dalam proses belajar
mengajar keempat keterampilan berbahasa pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan.
Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa harus dikembangkan secara terpadu.
4) Peserta didik harus
dilibatkan dalam semua kegiatan belajar yang bermakna, yaitu kegiatan yang
dapat membantu untuk: mengembangkan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni budaya, mendorong siswa untuk tumbuh dan berkembang menjadi
warga negara yang berkepribadian Indonesia; dan mengembangkan keterampilan
menjalin hubungan dengan pihak lain.
3. Perkembangan teknologi
komunikasi dapat dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar bahasa asing.
Teknologi komunikasi ini dapat berupa media cetak dan elektronika. Media cetak
meliputi surat kabar, majalah, buku, brosur, dan lain-lain. Sedangkan media
elektronika meliputi komputer, televisi, radio, internet, VCD, CD, dan
lain-lain. Melalui internet dapat diperoleh berbagai informasi yang ditampilkan
dalam bahasa asing yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
membaca. Melalui televisi dan radio, siswa dapat meningkatkan kemampuan
mendengarkan dan berbicara, sedangkan dengan menggunakan komputer siswa dapat
mengembangkan kemampuan membaca dan menulis.
D.
Implementasi Kurikulum Bahasa Arab di Lembaga Formal
Implementasi atau pelaksanaan berarti
menempatkan kurikulum sebagai acuan proses pembelajaran dan untuk memprediksi
hasil pembelajaran. Implementasi kurikulum berlangsung selama terjadinya
interaksi antara sistem kurikulum dan sistem interaksional. Pada titik ini
kurikulum menjadi acuan kerja bagi guru dalam mengembangkan strategi instruksional.[9]
Implemnetasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam
tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan senantiasa
dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta
didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu
pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
1.
Pengembangan program mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan,
dan harian. Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program
remedial.
2. Pelasanaan pembelajaran.
Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik
tersebut.
3. Evaluasi proses yang
dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian
akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk
keperluan evaluasi pelaksaaan kurikulum.
Dengan tahap-tahap
tersebut akan tercapai tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Hal itu secara otomatis akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum
baik yang ideal maupun actual.
E.
Problematika Kurikulum
Bahasa Arab
Berikut ini adalah
beberapa masalah kurikulum di Indonesia:
1. Kurikulum
Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang
dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan
siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya.
Siswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah
ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh
materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan
hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa
akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa
akan berkurang.
2. Seringnya
Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan
tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep
kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum
Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijadikan sebagai lahan
bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Pengubahan nama kurikulum
tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang
ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan
yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
3. Kurang
Lengkapnya Sarana dan Prasarana
Berjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada sarana dan
prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila kita terjun langsung ke
tempat, maka akan kita dapati masih banyaknya sekolah yang masih belum memiliki
sarana yang lengkap.
4.
Kurangnya Pemerataan Pendidikan
Meninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkaitan dengan kurangnya
pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga
ditinjau dari segi Satuan Tingkat Perdidikannya. Hal ini berkaitan dengan
materi yang diajarkan di sekolah pada Tingkat Satuan Pendidikan tertentu.
5.
Kurangnya Partisipasi Siswa
Siswa kurang mampu mengeluarkan potensi dan bakatnya. Hal ini karena siswa
cenderung pada ketakutan akan guru karena pengenalan selintas materi tanpa
berusaha mengembangkan materi (pasif). Siswa hanya terpaku pada materi yang
diajarkan oleh guru tanpa adanya rasa ingin berusaha untuk mengembangkan
potensinya.
6.
Keterbatasan waktu
untuk mata pelajaran bahasa Arab yaitu hanya 45 menit dalam seminggu.
7.
Terbatasnya jumlah guru
mata pelajaran bahasa arab
yang profesional.
F.
Evaluasi Kurikulum Pendidikan dan Kurikulum Pembelajaran Bahasa
Arab di Lembaga Formal
Evaluasi Kurikulum adalah usaha sistematis mengumpulkan
informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan
mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.[10]
Aspek-aspek yang dinilai adalah: - Kategori
masukan yang meliputi ketercapaian target, kemampuan awal, kemampuan
profesional tenaga, kualitas sarana/prasarana, - Kategori proses yang meliputi koherensi antara unsur
dalam program pengajaran, kedayagunaan dan keterlaksanaan program pengajaran,
perumusan isi kurikulum, pemilihan/penggunaan starategi belajar mengajar dan
media,prosedur evaluasi, bimbingan, remidi, - Kategori produk/kelulusan: kualitas dan kuantitas peserta
didik, jumlah lulusan, hasil karya lulusan, keterlaksanaan dan dampak program
pendidikan.[11]
Evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab di dapatkan dari
tes dan non-tes. Tes akan memberikan informasi tentang karakteristik kognitif
dan psikomotorik siswa, sedangkan non-tes dapat memberikan informasi tentang
karakteristik afektif siswa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Corak
kurikulum adalah: definisi kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Arab, pemakalah menggunakan
definisi Thua’imah, yaitu suatu pengaturan yang ditempuh dengan cara membekali
para siswa dengan pengalaman-pengalaman yang berunsur kognitif, afektif dan
psikomotorik yang mana dapat memungkinkan mereka dalam berkomunikasi dengan
bahasa Arab yang notabene berbeda dengan bahasa ibu mereka
2.
Tujuan
kurikulum bahasa arab di lembaga formal adalah:
a.
Tujuan
kurikulum bahasa arab MI/SD
b.
Tujuan
kurikulum bahasa arab MTs/SMP
c.
Tujuan
kurikulum bahasa arab MA/SMA
3.
Materi kurikulum bahasa arab adalah: isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum
4.
Implementasi atau pelaksanaan kurikulum bahasa arab adalah: menempatkan kurikulum sebagai acuan proses
pembelajaran dan untuk memprediksi hasil pembelajaran. Implementasi kurikulum
berlangsung selama terjadinya interaksi antara sistem kurikulum dan sistem
interaksional
5.
Problematika
kurikulum bahasa arab diantaranya adalah:
a.
Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
b. Seringnya
Berganti Nama
c. Kurang
Lengkapnya Sarana dan Prasarana
d.
Kurangnya Pemerataan Pendidikan
e.
Kurangnya Partisipasi Siswa
f.
Keterbatasan waktu
g.
Terbatasnya jumlah guru
mata pelajaran bahasa arab
yang profesional
6.
Evaluasi Kurikulum adalah usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Asyrofi,
Syamsuddin. 2010. Metodologi Pembelajaran
Bahasa
Arab. Yogyakarta: Idea Press.
Fachrudin.
2006. Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab. Yogyakarta:
Global Pustaka Utama.
Hamalik, Oemar . 2006. Manajemen Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamid, Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang:
UIN Maliki Press.
Hamid, Hamdani. 2012.
Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasan, Hamid. 2008.
Evaluasi Kurikulum. Bandung: Rosdakarya.
Permenag RI No. 000912 Tahun 2013 tentang kurikulum
madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab.
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung:Refika Aditama
Chotyx.http://punyachotyx.blogspot.co.id/2013/11/laporan-hasil-observasi-telaah-kurikulum.html jum’at, 23 oktober
2015. 12:48 WIB
[1] Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2012), 13.
[2] Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Lughah
al-‘Arabiyyah lighairi al-Nathiqin biha:Manahijuhu wa Asalibuhu, (Mesir:Esiko),
1989, 60
[3] Fachrudin, Teknik
Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2006), 6.
[4] Permenag RI No. 000912 Tahun 2013 tentang
kurikulum madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
[5] http://eka-ndute.blogspot.co.id/2012/01/tujuan-dan-materi-pembelajaran-bahasa.html
[7] H.M. Abdul Hamid, M.A, Mengukur
Kemampuan Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 2.
[9] Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Bandung:Refika Aditama), 2010, 105
[10] Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung:
Rosdakarya, 2008), 41
[11] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 240.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar