Selasa, 03 November 2015

Corak Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.
Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain.
Program pendidikan yang telah dikeluarkan pemerintah tentang kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.  Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.  Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan Kurikulum.
Bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi , pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat untuk menyampaikan dan menyerap gagasan-gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis, maka kurikulum ini dipersiapkan untuk pencapaian keterampilan dasar awal berbahasa Arab peserta didik, dengan didukung unsure-unsur/aspek-aspek kebahasaan seperti: istima’/mendengarkan, kalam/berbicara, qira’ah/membaca dan kitabah/menulis. Area pelajaran utama dari pembelajaran Bahasa Arab meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.  Keempat aspek tersebut saling berhubungan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini penulis akan memaparkan hasil observasi yang terkait dengan hal tersebut. Ada pun laporan secara terperinci adalah sebagai berikut.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.2.1        Apa pengertian corak kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.2        Apa tujuan kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.3        Apa pengertian materi kurikulum bahasa arab?
1.2.4        Bagaimana implementasi kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.5        Apa saja problematika kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal?
1.2.6        Bagaimana cara mengetahui mengevaluasi pembelajaran bahasa Arab di Lembaga formal?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian bahan ajar corak kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.2        Mengetahui tujuan kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.3        Mengetahui pengertian materi kurikulum bahasa arab
1.3.4        Mengetahui implementasi kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.5        Mengetahui problematika kurikulum bahasa Arab di Lembaga formal
1.3.6        Mengetahui cara mengevaluasi pembelajaran bahasa Arab di Lembaga formal
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Corak Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya digunakan dalam aktivitas olah raga, yang berasal dari bahasa latin, yaitu curriculum, artinya a running course atau race course. Juga dalam bahasa perancis, yaitu courier artinya berlari (to run). Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar ijazah. Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum telah dikenal semenjak kurang lebih satu abad yang lalu.[1]
Dan untuk definisi kurikulum, yaitu suatu pengaturan yang ditempuh dengan cara membekali para siswa dengan pengalaman-pengalaman yang berunsur kognitif, afektif dan psikomotorik yang mana dapat memungkinkan mereka dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab yang notabene berbeda dengan bahasa ibu mereka.[2]
Adapun kurikulum pengajaran bahasa Arab mempunyai keterkaian erat dengan kebutuhan beribadah kepada Tuhan khususnya untuk menjalankan rukun Islam yang kedua ialah sholat di mana doa dan ucapannya adalah dengan bahasa Arab.[3] Namun tidak hanya berkaitan dengan ibadah saja, akan tetapi dalam hal pengembangan skill, moral serta sosial. Sehingga diharapkan para penuntut ilmu menjadi manusia yang memanusiakan manusia dikemudian hari.
Ketika suatu kurikulum dibuat kemudian dilaksanakan, baik kurikulum itu bersifat sentralisasi maupun desentralisasi, keduanya mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Adakalanya kurikulum yang bersifat sentralisasi sesuai untuk suatu daerah tertentu, namun tidak sesuai untuk daerah yang lain. Seperti di daerah pedesaan atau pedalaman yang sulit menyesuaikan kemajuan pendidikan di daerah perkotaan..

B.     Tujuan Kurikulum Bahasa Arab di Lembaga Formal
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif.[4]
a.       Tujuan Kurikulum Bahasa Arab MI/SD
a)      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa arab, baik lisan maupun tulis yang mencakup empat kemahiran berbahasa, yakni menyimak ( istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b)      Menumbuhkan kesadaran pentingnya bahasa arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran islam.
c)      Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.[5]
b.      Tujuan Kurikulum Bahasa Arab SMP/MTs
Kurikulum bahasa Arab di SMP/MTs memiliki tujuan agar para siswa berkembang dalam hal:
a)      Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik;
b)      Berbicara secara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan;
c)      Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan;
d)     Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan;
e)      Menghayati dan menghargai karya sastra; dan kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisis teks secara kritis.
c.       Tujuan Kurikulum Bahasa Arab SMA/MA
Secara umum, pengajaran bahasa Arab di SMA/MA bertujuan agar siswa mengenal bahasa Arab, menyenanginya, dan menyadari urgensinya bagi peningkatan kualitas hidupnya. Tujuan ini tercermin pada  keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Secara operasional, melalui pembelajaran bahasa Arab siswa diharapkan dapat:
a)      Mengetahui perbedaan huruf yang membedakan arti dan memahami perintah sederhana, sistem bilangan, dan kosa kata kunci tentang makanan, minuman, pakaian, ibadah haji, dan anggota keluarga yang tersaji pada kalimat, paragraf, atau teks sederhana;
b)      Mengungkapkan gagasannya kepada orang lain berkenaan dengan identitas diri, lingkungan, sekolah, waktu, hari raya keagamaan, kesehatan, kegiatan ekonomi, dan jenis profesi tertentu yang tersaji pada kalimat sederhana yang komunikatif;
c)      Membaca teks yang bersyakal lengkap, memahami kosa kata kunci dari teks dengan tema tertentu, dengan menggunakan kamus, dan menyimpulkan makna yang terdapat dalam kalimat, paragraf, atau teks yang sederhana;
d)     Menulis berbagai huruf hijaiyah, menulis kosa kata atau ungkapan singkat berkenaan bilangan, ungkapan hikmah, nama hari, nama bulan, serta dapat menggunakan tanda baca utama bahasa Arab serta dapat mengungkapkan gagasannya secara tertulis dan dalam bentuk kalimat yang sederhana tetapi komunikatif; dan
e)      Menyenangi bahasa Arab, menghargai nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam tema tertentu, menyukai penggunaan ungkapan hikmah, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwasannya selain di pondok-pondok pesantren, bahasa Arab juga diajarkan di lembaga-lembaga formal mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Secara garis besar, kurikulum pembelajaran bahasa Arab di Indonesia hampir dipastikan bahwa tujuannya adalah untuk mengkaji dan memperdalam ajaran Islam, selain itu tujuan lainnya adalah untuk tujuan bisnis, diplomatik, haji dan lain sebagainya.[7]

C.    Materi Kurikulum Bahasa Arab
Bahan atau materi kurikulum (Curriculum Materials) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum yang berhubungan dengan pertanyaan apakah yang harus diajarkan dan dipahami oleh siswa? masalah ini sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yang harus dicapai. Materi kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pengembangan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum sama pentingnya dengan merumuskan kurikulum itu sendiri.[8]
1.      Kurikulum ini menerapkan pendekatan kompetensi sebagai pendekatan pembelajaran. Berikut adalah beberapa konsep penting yang mendasari pendekatan ini. Yaitu:
1)      Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui tata bahasa dan kosakata. Dengan demikian, ungkapan komunikatif, kosakata, pelafalan, tata bahasa dan ejaan berperan sebagai alat pengungkapan makna yang berupa gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan.
2)      Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kompetensi terhadap pengajaran bahasa yang harus didukung oleh pemahaman lintas budaya.
3)      Makna dapat diwujudkan melalui ungkapan yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu ungkapan dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi pada saat ungkapan itu digunakan. Jadi keragaman ujaran diakui kebenarannya dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan.
4)      Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa tersebut.
5)      Motivasi belajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan belajar. Kadar motivasi ini banyak.
6)      Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna jika berhubungan dengan kebutuhan, pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depan siswa. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan pengajaran dan pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa.
7)      Dalam proses belajar mengajar, siswa harus diperlakukan sebagai subjek utama, dan bukan sebagai objek belaka dan guru berperan sebagai fasilitator untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasanya.
2.      Penerapan konsep-konsep di atas dalam pengajaran bahasa asing menyiratkan hal-hal berikut:
1)      Unsur-unsur bahasa, yaitu kosakata, ungkapan komunikatif, pelafalan, tata bahasa, ejaan, hendaknya disajikan dalam lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi, sehingga lebih bermakna. Lingkup situasi harus mencakup lingkup budaya sasaran dan budaya siswa.
2)      Pembelajaran unsur-unsur bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan dan pengembangan empat keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan bukan untuk kepentingan penguasaan unsur-unsur bahasa itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar, unsur-unsur bahasa yang dipandang sulit bagi siswa dapat disajikan secara tersendiri, secara sistematis sesuai dengan tema yang dibahas.
3)      Dalam proses belajar mengajar keempat keterampilan berbahasa pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa harus dikembangkan secara terpadu.
4)      Peserta didik harus dilibatkan dalam semua kegiatan belajar yang bermakna, yaitu kegiatan yang dapat membantu untuk: mengembangkan diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, mendorong siswa untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang berkepribadian Indonesia; dan mengembangkan keterampilan menjalin hubungan dengan pihak lain.
3.      Perkembangan teknologi komunikasi dapat dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar bahasa asing. Teknologi komunikasi ini dapat berupa media cetak dan elektronika. Media cetak meliputi surat kabar, majalah, buku, brosur, dan lain-lain. Sedangkan media elektronika meliputi komputer, televisi, radio, internet, VCD, CD, dan lain-lain. Melalui internet dapat diperoleh berbagai informasi yang ditampilkan dalam bahasa asing yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Melalui televisi dan radio, siswa dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan dan berbicara, sedangkan dengan menggunakan komputer siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis.

D.      Implementasi Kurikulum Bahasa Arab di Lembaga Formal
Implementasi atau pelaksanaan berarti menempatkan kurikulum sebagai acuan proses pembelajaran dan untuk memprediksi hasil pembelajaran. Implementasi kurikulum berlangsung selama terjadinya interaksi antara sistem kurikulum dan sistem interaksional. Pada titik ini kurikulum menjadi acuan kerja bagi guru dalam mengembangkan strategi instruksional.[9]
 Implemnetasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
1.      Pengembangan program mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian. Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.
2.      Pelasanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
3.      Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksaaan kurikulum.
Dengan tahap-tahap tersebut akan tercapai tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hal itu secara otomatis akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum baik yang ideal maupun actual.

E.       Problematika Kurikulum Bahasa Arab
Berikut ini adalah beberapa masalah kurikulum di Indonesia:
1.      Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
Jika dibandingkan dengan kurikulum di negara maju, kurikulum yang dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya. Siswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi yang sudah ditargetkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak akan memahami seluruh materi yang diajarkan. Siswa akan lebih memilih untuk mempelajari materi dan hanya memahami sepintas tentang materi tersebut. Dampaknya, pengetahuan siswa akan sangat terbatas dan siswa kurang mengeluarkan potensinya, daya saing siswa akan berkurang.
2.      Seringnya Berganti Nama
Kurikulum di Indonesia sering sekali mengalami perubahan. Namun, perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari perubahan kurikulum Indonesia. Bahkan, pengubahan nama kurikulum mampu dijadikan sebagai lahan bisnis oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Pengubahan nama kurikulum tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.
3.      Kurang Lengkapnya Sarana dan Prasarana
Berjalannya suatu kurikulum akan sangat bergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Sementara, apabila kita terjun langsung ke tempat, maka akan kita dapati masih banyaknya sekolah yang masih belum memiliki sarana yang lengkap.
4.      Kurangnya Pemerataan Pendidikan
Meninjau mengenai sarana dan prasarana, hal ini berkaitan dengan kurangnya pemerataan yang dilakukan Mendiknas. Selain itu, pemerataan pendidikan juga ditinjau dari segi Satuan Tingkat Perdidikannya. Hal ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah pada Tingkat Satuan Pendidikan tertentu.
5.      Kurangnya Partisipasi Siswa
Siswa kurang mampu mengeluarkan potensi dan bakatnya. Hal ini karena siswa cenderung pada ketakutan akan guru karena pengenalan selintas materi tanpa berusaha mengembangkan materi (pasif). Siswa hanya terpaku pada materi yang diajarkan oleh guru tanpa adanya rasa ingin berusaha untuk mengembangkan potensinya.
6.      Keterbatasan waktu untuk mata pelajaran bahasa Arab yaitu hanya 45 menit dalam seminggu.
7.      Terbatasnya jumlah guru mata pelajaran bahasa arab yang profesional.

F.     Evaluasi Kurikulum Pendidikan dan Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab di Lembaga Formal
Evaluasi Kurikulum adalah usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.[10] Aspek-aspek yang dinilai adalah: - Kategori masukan yang meliputi ketercapaian target, kemampuan awal, kemampuan profesional tenaga, kualitas sarana/prasarana, - Kategori proses yang meliputi koherensi antara unsur dalam program pengajaran, kedayagunaan dan keterlaksanaan program pengajaran, perumusan isi kurikulum, pemilihan/penggunaan starategi belajar mengajar dan media,prosedur evaluasi, bimbingan, remidi, - Kategori produk/kelulusan: kualitas dan kuantitas peserta didik, jumlah lulusan, hasil karya lulusan, keterlaksanaan dan dampak program pendidikan.[11]
Evaluasi dalam pembelajaran bahasa Arab di dapatkan dari tes dan non-tes. Tes akan memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotorik siswa, sedangkan non-tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif siswa.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Corak kurikulum adalah: definisi kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Arab, pemakalah menggunakan definisi Thua’imah, yaitu suatu pengaturan yang ditempuh dengan cara membekali para siswa dengan pengalaman-pengalaman yang berunsur kognitif, afektif dan psikomotorik yang mana dapat memungkinkan mereka dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab yang notabene berbeda dengan bahasa ibu mereka
2.      Tujuan kurikulum bahasa arab di lembaga formal adalah:
a.       Tujuan kurikulum bahasa arab MI/SD
b.      Tujuan kurikulum bahasa arab MTs/SMP
c.       Tujuan kurikulum bahasa arab MA/SMA
3.      Materi kurikulum bahasa arab adalah: isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum
4.      Implementasi atau pelaksanaan kurikulum bahasa arab adalah:  menempatkan kurikulum sebagai acuan proses pembelajaran dan untuk memprediksi hasil pembelajaran. Implementasi kurikulum berlangsung selama terjadinya interaksi antara sistem kurikulum dan sistem interaksional
5.      Problematika kurikulum bahasa arab diantaranya adalah:
a.       Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks
b.      Seringnya Berganti Nama
c.       Kurang Lengkapnya Sarana dan Prasarana
d.      Kurangnya Pemerataan Pendidikan
e.       Kurangnya Partisipasi Siswa
f.       Keterbatasan waktu
g.      Terbatasnya jumlah guru mata pelajaran bahasa arab yang profesional
6.      Evaluasi Kurikulum adalah usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.




DAFTAR PUSTAKA
Asyrofi,  Syamsuddin.  2010.  Metodologi  Pembelajaran  Bahasa  Arab.  Yogyakarta: Idea Press.
Fachrudin. 2006. Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Hamalik, Oemar . 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamid, Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang: UIN Maliki Press.
Hamid, Hamdani. 2012.  Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hasan, Hamid. 2008.  Evaluasi Kurikulum. Bandung: Rosdakarya.
Permenag RI No. 000912 Tahun 2013 tentang kurikulum madrasah 2013 Mata Pelajaran  Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung:Refika Aditama
Chotyx.http://punyachotyx.blogspot.co.id/2013/11/laporan-hasil-observasi-telaah-kurikulum.html jum’at, 23 oktober 2015. 12:48 WIB














[1] Hamdani Hamid,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 13.
[2] Rusydi Ahmad Thu’aimah, Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah lighairi al-Nathiqin biha:Manahijuhu wa Asalibuhu, (Mesir:Esiko), 1989,  60
[3] Fachrudin, Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006), 6.
[4] Permenag RI No. 000912 Tahun 2013 tentang kurikulum madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
[5] http://eka-ndute.blogspot.co.id/2012/01/tujuan-dan-materi-pembelajaran-bahasa.html
[6] Chotyx.http://punyachotyx.blogspot.co.id/2013/11/laporan-hasil-observasi-telaah-kurikulum.html
[7] H.M. Abdul Hamid, M.A, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 2.
[8] Syamsuddin Asyrofi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Idea Press, 2010), 19.
[9] Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Bandung:Refika Aditama), 2010, 105
[10] Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Rosdakarya, 2008), 41
[11] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 240.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar