Minggu, 22 November 2015

Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat kepeminatan sangat tinggi dalam mendalami bahasa Arab. Di berbagai jalur pendidikan, khususnya pendidikan agama, pelajaran bahasa Arab adalah suatu kewajiban. Bahkan tidak jarang pelajaran ini dijadikan sebagai pelajaran unggulan untuk menarik kepeminatan peserta didik (baik siswa maupun santri) masuk ke sebuah institusi pendidikan tertentu.Dalam konteks yang lain, pengembangan kurikulum bahasa Arab, tidak dapat dipisahkan begitu saja dengan orientasi dan motivasi pembelajarannya. Artinya bahwa kurikulum bahasa yang digunakan sangat mempengaruhi karakter penguasaan fokus kebahasaan.
Selama ini ada dua bentuk penguasaan bahasa yang masing-masing bersumber dari bentuk kurikulum berbeda. Di satu pihak, kajian bahasa Arab mempunyai fokus penguasaan di domain mafhum qira’ah (pemahaman membaca teks). Di pihak lain kajian lebih  banyak mengarah penguasaan di domain mahfumkalam (conversation). Sebenarnya pembelajaran bahasa Arab mempunyai empat fokus penting yaitu: mahfum kitabah (penguasaanmenulis), mafhum sima’ah (penguasaanmndengar), mafhum qira’ah (penguasaan membaca) dan mafhum kalam (penguasaan berbicara).
Namun pada kenyataannya, jarang sekali ditemui institusi pendidikan yang mampu mencetak lulusan dengan kecakapan yang memenuhi standarisasi keempat standarisasi tersebut
Selama ini, pendidikan bahasa Arab lebih banyak diberlakukan di pendidikan Islam, khususnya di dalam pendidikan pesantren Jika diidentifikasi lebih jauh, pada dasarnya kurikulum pendidikan bahasa Arab di masing-masing pesantren tidak dapat dilepaskan dari sistem pendidikan pesantren secara keseluruhan. Untuk itu, penulis akan mengidentifikasi terlebih dahulu bagaimana model dan pola pendidikan pesantren salaf yang selama ini ada. Tidak berlebihan jika pesantren salaf merupakan genue bagi berkembangnya pesantren di Indonesia. Maka dari peristiwa diatas penulis akan  membahas mengenai Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf  yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajaran dan kurikulum yang dipakai dalam pengembangan kurikulum bahasa arab tersebut yang berada di PP. Al-Wafa Tempurejo yang diasuh oleh Kyai RA Abdul Aziz bin Ali Hasan Al Aziz.
B.     RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:
1.    Apakah pengertian kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf?
2.    Bagaimana implementasi kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Al-Wafa Tempuroje ?
3.    Bagaimana Prinsip Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Al-Wafa Tempuroje ?
C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,penulis makalah ini dimaksudkan untuk informasikan dan menjelaskan masalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Secara khusus makalah ini akan menginformasikan dan menjelaskan hal-hal berikut ini!
1.    Untuk memahami pengertian kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Al-Wafa.
2.    Untuk mengetahui implementasi kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Al-Wafa Tempurejo.
3.    Untuk mengetahui prinsip pengembangan kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Al-Wafa Tempurejo.
 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf
Di Indonesia, istilah kurikulum menjadi popular sejak tahun 1950-an yang diperkenalkan oleh sejumlah kalangan pendidikan lulusan Amerika Serikat. Sebelumnya, kita lebih akrab dengan istilah rencana pembelajaran. Hakikatnya kurikulum sama dengan rencana pembelajaran yang membedakan hanyalah cara pandangnya. Hilda Taba dalam buku Curriculum Development, Theory, and Practice mendefinisikan kurikulum sebagai plan of learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak. Ada pula sejumlah pendapat pakar yang berbeda mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan membuka diri terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan pasar atau tuntutan idealism pengembangan peradaban umat manusia. Robert Gagne menegaskan bahwa kurikulum adalah bagian dari isi dan bahan pembelajaran yang digambarkan dengan sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unit dan dituntaskan sebagai satuan utuh. Masing-masing unit menggambarkan kompetensi siswa yang dikuasai.[1]
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang diakui oleh dunia internasional sebagai salah satu alat komunikasi dunia. Penyebaran bahasa Arab di seluruh dunia hingga kini mempunyai signifikansi tersendiri bagi perkembangan ilmu kebahasaan. Kuantitas umat Islam yang tersebar di seluruh dunia juga turut mempengaruhi pola penyebaran bahasa Arab di berbagai belahan masyarakat, utamanya di Eropa dan negara-negara dunia ketiga sekitar Asia. Bila dilihat dari perspektif gramatika, bahasa Arab mempunyai dua sisi gramatika yang unik. Seseorang tidak akan memahami bahasa ini dengan baik, manakala tidak menguasai keduanya.Pertama, kaidah ilmu nahwu, kedua, kaidah ilmu sharaf.[2]
Pesantren salaf  merupakan manifestasi dunia pesantren yang berusaha untuk tetap berada dalam rel tujuan awal pendirianya, yakni sebagai lembaga syi’ar (dakwah) dan pendidikan agama Islam. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, pesantren salaf di awal perkembangannya hanya mengajarkan agama dengan sumber mata pelajaran berupa kitab-kitab berbahasa Arab yang masuk dalam kategori mu’tabarah. Pelajaran yang biasanya dikaji meliputi: Al Qur’an dengan tajwid dan tafsirnya; hadits dengan musthalahnya, bahasa Arab dengan nahwu, sharf, balaghah, arudl, dan mantiqnya; fiqih dengan hukum-hukum dan ushul fiqihnya; serta akhlaq dengan warna tasawufnya. Kitab-kitab yang dipakai, pada umumnya juga terbatas pad hasil karya ulama abad pertengahan (antra abad 12 – 15) yang kemudian lebih dikenal dengan istilah kitab kuning.[3]
B.     Implementasi Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Wafa Tempurejo
Disadari atau tidak bahwa pelaksanaan kurikulum bahasa Arab di pesantren akan berbeda bila dibandingkan dengan implementasi kurikulum Bahasa Arab yang ada di lembaga formal misalnya madrasah, karena tingkat pelaksanaannya hanya berada pada waktu pelaksanaan tatap muka yang ada di dalam kelas, sementara kalau di lembaga pesantren pelaksaan kurikulum secara dinamis berjalan terus didalam maupun diluar kelas, karena semua kegiatan mendukung kearah pembelajaran bahasa arab.[4] Bahkan dalam konteks pesantren Al- Wafa Tempurejo, disana memiliki dua tingkatan yaitu yang pertama kelas diniyah yang terdiri dari kelas shifir sampai kelas enam dan yang kedua tingkatan munjis ( tingkatan paling tinggih yang terdiri daripada para lulusan yang mahir dan ikut berpartisipasi mengajar tingkatan dibawahnya).
Dalam mengembangkan kurikulum Bahasa Arab, pondok pesantren Al-Wafa membagi dua program santri yaitu yang pertama santri umum dan santri khusus Bahasa Arab. Dan lokasi keduanya pun memiliki tempat yang berbeda. Untuk memasuki kawasan program khusus bahasa arab, setiap santri wajib berbicara dengan bahasa arab. Akan tetapi, tidak berarti santri program umum terbebas dari tuntutan menggunakan bahasa arab karena ada beberapa tempat yang mana dalam lingkungan pondok pesantren seluruh santri baik program umum maupun program khusus bahasa arab diwajibkan menggunakan bahasa arab seperti pada saat melakukan transaksi jual beli di toko kitab, membeli peralatan sehari-hari di koperasi pesantren, saat memesan makanan di kantin pesantren dan saat izin keluar masuk pondok seluruh santri wajib menggunakan bahasa arab.
Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari pondok pesantren Al-Wafa menekankan kegiatan  yang pertama metode Hafalan Mufrodat pada seluruh  santri sesuai tingakatannya. Misalnya kelas shifir wajib mengahafal lima mufrodat setiap harinya dan kelas 1 sampai 2 wajib mengahafal 10 mufrodat dan kelas 3 sampai 4 wajib mengahafal 15 mufrodat serta kelas 5 sampai 6 wajib menghafal 20 mufrodat setiap harinya. Adapun tingkatan munjis wajib menghafal 250 mufrodat setiap minggu atau 1000 mufrodat setiap bulannya. Kedua, kegiatan muhadatsah yang dikhususkan untuk santri program bahasa arab yang dilakukan setiap malam. Dan kegiatan ini juga mengadakan tamrin atau evaluasi setiap satu minggu sekali.
Kegiatan santri setiap hari di Pondok Pesantren Al-Wafa Tempurejo.
waktu
Jenis Kegiatan
subuh
Seluruh santri berkumpul di Masjid untuk menunaikan sholat subuh berjama’ah
Ba’da subuh
Mengaji surat waqi’ah dan yasin.
05.30-0630
Ngaji tafsir Al-Jalalain=>metode sorogan=>oleh pak Yai atau penggantinya.
07.00-09.00
Masuk diniyah=> kelas shifir sampai kelas 3
Kelas shifir=> kitab Safinatun Najjah dan Aqidatul Awam,
Kelas 1=> jurumiyah dan sulam taufiq
Kelas 2=> lanjutan jurumiyah dan imriti
Kelas 3=> lanjutan imriti dan kitab izzi
Kelas 4=> lanjutan kitab izzi dan alfiyah
Catatan: untuk kelas shifir sampai kelas 4: apa yang telah dicatat hari ini wajib disetorkan kepada ustadz pada keesokan harinya.
09.00-11.00
Masuk diniyah=> kelas Kelas 5=> lanjutan alfiyah, sulamul Malawi dan balaghoh
Kelas 6=> alfiyah sampai hatam, kitab Al-lumma’ dan Jauharul Maknun.
11.00-13.00
ISHOMA
13.15-14.15
Kajian Kitab=> Ta’lim Muta’allim
Bidayatul hidayah
Sulam Taufiq
Safinatun Najjah      
14.15-16.45
ISHOMA
17.00-18.15
Seluruh santri berkumpul di Masjid untuk mengaji dan menunggu shalat Magrib
Ba’dha Magrib
Belajar tajwid untuk seluruh kelas shifir-kelas 6
19.30-19.50
Sholat Isya’
20.00-22.00
Musyawaroh/Batsul Masa’il
22.30-00.00
Muhadatsah untuk program khusus bahasa Arab
00.00-01.00
Kelas 4,5,6 dan munjis ngaji kitab Durusul Falagiyah

Dengan melihat jadwal keseharian santri PP. Al-Wafa Tempurejo maka disimpulkan di pondok pesantren Al-Wafa mempunyai 3 tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk kemampuan mendengarkan didukung dengan pembelajaran ngaji beberapa kitab setiap harinya oleh pak Kyai Abdul Aziz bin Ali Hasan Al-Aziz selaku pengasuh pondok pesantren.
2.      Untuk kemampuan berbicara didukung dengan pembelajaran hafalan mufrodat dan muhadatsah.
3.      Untuk kemampuan membaca didukung dengan pembelajaran kitab nahwu-shorof secara intensif dan seringnya mengaji sehingga santri tidak merasa qolilul mufrodat dan juga didukung kegiatan musyawaroh per blok atau batsul masa’il.
Namun tidak semua tujuan yang diinginkan bisa berjalan sesuai apa yang diharapkan. Akan tetapi ada hal-hal yang bisa menjadi kendala bagi tujuan yang diharapkan. Seperti halnya di Pondok Pesantren Al-Wafa ada permasalahan yaitu mengenai keistiqomahan santri dalam beberapa kegiatan. Misalnya tidak hadir untuk menyetor hafalan mufrodat setiap harinya. Untuk mengatasi hal tersebut pihak pondok tidak bisa tinggal diam. Pondok pesantren memberikan hukuman bagi santri yang tidak hafal mufrodat yaitu santri harus berdiri dan menghafalkan hafalannya serta ditambah hafalan hadist atau 2-3 hadist.
Bukan hanya itu, untuk membangun minat santri program khusus bahasa arab dan umum , Pondok Pesantren mengadakan lomba perbulan sekali yaitu lomba pidato bahasa arab, ceramah bahasa arab, pembawa acara dengan bahasa arab, baca kitab, serta lomba melawak atau stand up comedy dengan bahasa arab.
C.    Prinsip Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Salafiyah Syafi’iyah An-Nur
Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum dalam pengembangan kurikulum :
a.       Prinsip Relevansi, dalam membuat kurikulum hendaknya memeperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat sekitar dan anak didik, agar nantinya berguna bagi siswa untuk bersaing dalam dunia kerja yang akan datang. Dan tak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan tekhnologi agar selaras dalam usaha mebangun negara.
b.      Prinsip Fleksibilitas, dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum hendaknya mempunyai kelenturan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaiaan-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah. Waktu maupun kemampuan dan latar belakang anak. Kurkulum ini mempersiapkan anak untuk masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum tetap fleksibel dilaksanakan ditempat manapun, bahkan bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
c.       Prinsip Kontinuitas, perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara suatu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang dengan  jenjang lainnya, juga antar jenjang pendidikan dengan pekerjaananya.
d.      Prinsip Efisiensi, untuk menyelesaikan suatu program diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang kadang-kadang sangat besar jumlahnya. Yang kesemuannya itu sangat bergantung kepada banyak program yang akan diselesaikan. Hal ini yang dikatakan bahwa usaha yang dilakukan itu efisien. Jadi efisiensi merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang seimbang. Dengan kata lain prinsip ekonomis ini harus diterapkan dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit atau sekecil mungkin untuk mendapakan hasil yang optimal.
e.       Prinsip Efektifitas, walaupun  kurikulum tersebut  harus sederhana dan murah tapi keberhasilan tetap harus diperhatikan. Dan pengembangan kurikulum tidak terlepas dan merupakan penjabaran dari perencanaan  pendidikan, yang merupakan penjabaran dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Pada dasarkan kurikulum berisikan empat aspek utama tujuan-tujuan pendidikan atau kompetensi, isi pendidikan dan pengalaman belajar serta penilaian.[5]
Pesantren Al-Wafa Tempurejo untuk mengembangkan kurikulum Bahasa Arab mendesain dengan membuat rumusan tujuan, penentuan materi, jumlah tatap muka, keistiqomahan hafalan, serta model evaluasi.
Rumusan tujuan yang mencakup 3 aspek keterampilan yaitu, istima’, kalam dan membaca. Sedangkan penentuan materi yaitu dengan memberikan beberapa kajian kitab. Dan jumlah tatap muka yang berkelanjutan setiap harinya serta menambah kegiatan ekstra kurikuler dengan memberikan jam hafalan mufrodat serta memberikan semangat dan motivasi dengan diadakan lomba tiap bulannya.

BAB III
PENUTUP
A.    Pengertian  Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf
Kurikulum adalah sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan membuka diri terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan pasar atau tuntutan idealism pengembangan peradaban umat manusia. Sedangkan Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang diakui oleh dunia internasional sebagai salah satu alat komunikasi dunia. Dan Pesantren salaf adalah sebuah lembaga islamiyah yang bermodel tradisional
B.     Implementasi Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di Pondok Pesantren Al-Wafi Tempurejo
Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari pondok pesantren Al-Wafa menekankan kegiatan  yang pertama metode Hafalan Mufrodat pada seluruh  santri sesuai tingakatannya. Misalnya kelas shifir wajib mengahafal lima mufrodat setiap harinya dan kelas 1 sampai 2 wajib mengahafal 10 mufrodat dan kelas 3 sampai 4 wajib mengahafal 15 mufrodat serta kelas 5 sampai 6 wajib menghafal 20 mufrodat setiap harinya. Adapun tingkatan munjis wajib menghafal 250 mufrodat setiap minggu atau 1000 mufrodat setiap bulannya. Kedua, kegiatan muhadatsah yang dikhususkan untuk santri program bahasa arab yang dilakukan setiap malam. Dan kegiatan ini juga mengadakan tamrin atau evaluasi setiap satu minggu sekali.

C.    Prinsip Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab Pesantren Salaf di PP. Al-Wafi Tempurejo
Untuk mengembangkan hal tersebut , diperlukan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu prinsip relevansi,fleksibilitas, kontinuits, efisiensi, dan efektifitas.
Pesantren Al-Wafa Tempurejo untuk mengembangkan kurikulum Bahasa Arab mendesain dengan membuat rumusan tujuan, penentuan materi, jumlah tatap muka, keistiqomahan hafalan, serta model evaluasi.
 DAFTAR PUSTAKA
JurnalPesantren, JurnalPesantren, PesantrendanMultikulturalisme.
Lestari, ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata.
M. Ali Mudhafir. 1987.Al Mabadi’ fi ‘Ilm Al Lughah. Rembang: Al Hikmah.
Muhammad Ali Ridho. 2000.Perkembangan Bahasa Arab di Negara-Negara Dunia Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Raihani. 2003. Curriculum Construction In The Indonesian Pesantren: A comparative case study of curriculum development in two pesantrens in South Kalimantan. Jakarta:Cv. Rahmat.
Nuruddin.2013. Sketsa Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren. Jember: Stain Jember Press.



[1]Raihani, Curriculum Construction In The Indonesian Pesantren: A comparative case study of curriculum development in two pesantrens in South Kalimantan. Karya ilmiah disampaikan di Jakarta, 20 Februari 2003.

[2]M. Ali Mudhafir, Al Mabadi’ fi ‘Ilm Al Lughah, (Rembang: Al Hikmah, 1987), hal. 77
[3]Jurnal Pesantren, Jurnal Pesantren, Pesantren dan Multikulturalisme… h.49
[4] Nuruddin, Sketsa kurikulum Bahasa Arab di Pesantren, ( Jember: Stain Jember Press , 2013), hal 199
[5] http://mahedewe.blogspot.co.id/2012/07/prinsip-prinsip-pengembangan-kurikulum_17.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar