Rabu, 02 Desember 2015

Desain penelitian kuantitatif



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Manfaat desain penelitian akan dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses  pengumpulan  dan  analisis  penelitian.  Dalam  arti  luas  rancangan  penelitian meliputi   proses   perencanaan   dan   pelaksanaan   penelitian.   Dalam   rancangan perencaan dimulai dengan megadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan   serta   memilih   pengukuran   variabel,   prosedur   dan   teknik   sampling, instrument,   pengumpulan  data,   analisis   data   yang  terkumpul,   dan   pelaporan  hasil penelitian.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian dari desain penelitian?
2.    Apa kegunaan dari desain penelitian?
3.    Apa saja macam-macam desain penelitian?

C.    TUJUAN
1.    Untuk mengetahui pengertian dari desain penelitian.
2.    Untuk mengetahui kegunaan desain penelitian.
3.    Untuk mengetahui macam-macam desain penelitian.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Rancangan (Desain Penelitian)
Rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian. Rencana itu merupakan suatu bagan atau skematis secara menyeluruh yang mencakup program penelitian yang akan dikerjakan oleh peneliti.
Dikatakan sebagai suatu bagan atau skema karena rencana tersebut membuat peta kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Peta kegiatan ini berisi langkah-langkah yang harus dibuat dan diikuti oleh peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian.[1]
Penentuan desain penelitian sangat tergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Apakah desain penelitian itu? menjelaskan arti desain dapat melalui sebuah analogi. Seorang arsitek mendesain sebuah bangunan, misalnya berupa rumah dalam bentuk sebuah gambar. Dalam mendesain, arsitek mempertimbangkan setiap keputusannya dalam detail-detail rancangan rumah tersebut. Proses ini berlanjut sampai menghasilkan gambar yang lengkap. Gambar yang lengkap ini yang akan dipakai untuk memulai pembangunan rumah. Melalui gambar ini pula, arsitek masih dapat memperbaiki rancangan rumah jika terjadi kesalahan-kesalahan desain atau memperbaikinya untuk perbaikan kea rah yang lebih baik. Mendesain berarti melakukan perencanaan sehingga desain merupakan suatu proses dalam rangka pengambilan keputusan sebelum pekerjaan tiba waktunya untuk dilaksanakan.[2]

B.     Kegunaan Rancangan (Desain Penelitian)
Rancangan penelitian dibuat untuk menjadikan peneliti mampu menjawab pertanyaan (masalah) penelitian dengan valid, objektif, tepat, dan efisien. Desain penelitian disusun dan dilakukan dengan penuh perhitungan agar dapat menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan masalah penelitian yang ada.
Desain penelitian menjelaskan langkah-langkah atau prosedur penelitian apa yang harus dilakukan oleh peneliti, bagaimana pelaksanaan penelitian, dan teknik analisis apa yang digunakan terhadap data empiris yang dikumpulkan. Dalam rancangan penelitian, utamanya dalam penelitian eksperimen, peneliti dituntut dapat menggambarkan variabel-variabel dan bagaimana mengontrolnya. Dengan menetapkan model rancangan yang dianggap paling tepat, peneliti dapat menggali data dan cara menggalinya, sehingga diperoleh data yang dipersyaratkan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Ada dua manfaat atau kegunaan rancangan penelitian yang disusun oleh peneliti yaitu:
1.      Memberikan jawaban terhadap suatu atau beberapa masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian. Jawaban atas pertanyaan tersebut diungkapkan melalui prosedur-prosedur kerja dan pembuktian atas hal-hal yang ingin dicari.
2.      Mengontrol atau mengendalikan varian. Mengendalikan variabel ini berkaitan dengan variabel-variabel mana yang diobservasi pengaruhnya terhadap variabel lain, sebagai hasil atau dampak adanya variabel lain dengan kata lain, variabel-variabel mana yang utama kita perhatikan sehingga hasil penelitian kita akan tetap berpedoman pada arahan atau tujuan penelitian semula.[3]

C.    Macam-macam Rancangan (Desain Penelitian)
Setyosari  dalam Abd. Mukhit menyatakan bahwa rancangan penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua rancangan, yaitu rancangan eksperimen dan non-eksperimen. Untuk keperluan studi ilmiah, penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat memberikan informasi ilmiah paling mantap baik dari segi validitas internal maupun validitas eksternalnya. Namun demikian, tidak semua masalah penelitian lebih-lebih dalam ilmu social dan tingkah laku dapat dilakukan secara eksperimental.
Dalam ilmu-ilmu social dan tingkah laku, penelitian non-eksperimental lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental.
Karena hal itulah, sikap yang tepat adalah memandang bahwa antara jenis penelitian eksperimental dan non-eksperimental sama-sama penting dan diperlukan untuk dilakukan, karena keduanya juga memiliki arti dan sumbangan yang sama.[4]
1.       Rancangan Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental seringkali dianggap paling ideal, karena dalam eksperimen jawaban dari suatu masalah penelitian umumnya lebih jelas, lebih meyakinkan dan kurang “ambiguous” jikalau dibandingkan dengan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian non-eksperimental. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian eksperimental lebih bisa dipercaya. Karena itulah, penelitian eksperimental menduduki tempat yang penting.
Eksperimen adalah suatu penelitian di mana satu variabel bebas atau lebih dimanipulasikan, dan di mana pengaruh semua atau variabel yang mungkin berpengaruh akan tetapi tidak ada hubungannya dengan masalah penelitian dikontrol sampai pada batas yang minimum.
Dengan control yang ketat, variabel bebas akan memengaruhi variabel terikat tanpa dirancu oleh pengaruh variabel lain. Dengan demikan, ciri utama penelitian eksperimental terutama terletak pada adanya control yang ketat. Dalam konteks ekperimen, control berarti pendefinisian, pembatasan, restriksi, dan isolasi kondisi-kondisi suatu penelitian sehingga keyakinan akan kesahihan hasil penelitian dimaksimalkan. Dengan perkataan lain tentang fenomena yang dipelajari diminimalkan.
Ciri-ciri utama eksperimen adalah: 1) penentuan kelompok-kelompok eksperimen secara rambang, 2) penunjukan kelompok-kelompok ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok control secara rambang, dan 3) kemungkinan dalam memanipulasikan variabel bebas. Ciri pertama bukan semata-mata merupakan ciri eksperimen, karena dalam penelitian non-eksperimen prinsip pengambilan sampel secara rmbang juga berlaku. Sedang ciri 2 dan 3 merupakan ciri khas eksperimen, karena tanpa itu, ekperimen akan kehilangan sifat dasarnya.[5]
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu: Pre Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Design Dan Quasi Eksperimental Design.[6]
a.        Pre Eksperimental Design
Dikatakan pre eksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi, hasil eksperimen yang merupakan veriabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel control, dan sampel tidak pilih secara random.
Bentuk pre-eksperimental design  ada beberapa macam yaitu: one-shot case study, one-group pretest-posttest design, dan intact-group corporation.
1)        One-Shot Case Study
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:
X O
 
X= treatmen yang diberikan (variabel independen)
O= observasi (variabel dependen).
Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatmen/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatmen adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Contoh: pengaruh alat kerja baru diklat (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (0).
Terdapat kelompok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudiansetelah bulan diukur produktivitas kerjanya. Pengaruh alat kerja baru terhadap produktivitas kerja diukur dengan membandingkan produktivitas sebelum menggunakan alat baru dengan produktivitas setelah menggunakan alat baru (misalnya selalu menggunakan alat baru produktivitasnya 150/jam dan setelah menggunakan alat baru produktivitasnya 500/jam. Jdi pengaruh alat baru adalah 500 – 150 = 350/jam.
2)        One Group Pretest-Posttesta Design
Kalau pada desain no. a, tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diktahui lebih akurat, karena dapat membandingkan denan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
01 X 02
 
                                       01 = nilai pretest (sebelum diberi diklat)
                                       02 = nilai posttest (setelah diberi diklat)
                                        Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (02 - 01)

3)        Intact Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok control (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.
X O1
     O2
 
O1 = hasil pengukuran setengah kelompok yang dibri perlakuan
O2 = hasil pengukuran setengah  kelompok yang tidak diberi perlakuan
                                              Pengaruh perlakuan = O1 – O2
      Contoh:
     Terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah dalam melaksanakan pekerjaannya menggunakan lampu  yang sangat terang (O1), dan setengahnya lagi dengan lampu yang kurang terang (O2). Setelah beberapa minggu diukur produktivitas kerjanya. Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu terhadap produktivitas kerja adalah (O1 – O2).
Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain preexperiment itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variable-variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian manjadi rendah.



b.        True eksperimental design
Dikatakan true eksperimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian ) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dam sampel dipilih secara random. Disini dikemukakan dua bentuk design true experimental yaitu: posttest only control design dan pretest group design.
1)        Posttest- Only Control Design


R       X       O2
R                O4
 
 




Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen  dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok komtrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatmen) adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang sesungguhya, pengaruh treetmen dianalisis dengan uji beda, pakai statistic t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.


2)        Pretest-Postest Control Group Design


R       O1     X       O2
R      O3              O4
 
 




Dalam desain ini terdapat dua klompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)- (O4-O3)
c.         Factorial Design
Desain factorial merupakan modifikasi dari desain true eksperimental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator  yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen ) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma desain factorial dapat digambarkan seperti berikut.


R       O1         X       Y1     O2
R       O3                         Y1     O4
R       O5         X       Y2     O6
R       O7                         Y2     O8
 
 






Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi, O1=O3=O5=O7. Dalam hal ini variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2.
Contoh: dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan pelayanan pada masyarakat. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin yaitu laki-laki (y1) dan perempuan (y2). Treatmen atau perlakuan (prosedur kerja baru ) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang telah diberi pretest (O1= kelompok laki-laki) dan kelompok eksperimen kedua yang telah diberi pretest (O5 = kelompok perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk kelompok laki-laki= (O2-O1) –(O4-O3). Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok perempuan = (O6-O5)-(O8-O7)
Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedr kerja baru terhadap kepuasan masyarakat antara kelompok kerja pria dan wanita, maka penyebab utamanya adalah bukan karena treatmen yang diberikan (karena treatmen yang duberikan sama), tetapi karena adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi pada umumnya, kelompok wanita lebih ramah dalam memberikan pelayana. Sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.
d.        Quasi Eksperimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi-eksperimental design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok control dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Eksperimental.
Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.
1)        Time Series Design


Text Box: O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
 



Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan control.
          Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2 = O3 = 04 dan hasil perlakuanyang baik adalah = (O5 + O6 + O7 + O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).


2)        Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random.


 


                                                                                   
                                                2                      3         
                                                                                   
                        Contoh:
                      Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari suatu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajad kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajad kesehatan karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. O4 adalah derajad kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan adalah (O2 – O1) – (O4-O3). [7]

2.        Penelitian Non-Eksperimen
Penelitian non-eksperimen dilakukan karena dalam situasi tertentu kita tidak mungkin melakukan manipulasi ataupun memberikan perlakuan pada variable-variabel penelitian terhadap subjek. Adapun penelitian non eksperimen dibagi menjadi tiga macam yaitu: penelitian deskriptif, penelitian korelasi dan penelitian korelasi dan sebab akibat.[8]
a.    Penelitian Deskriptif
Termasuk dalam penelitian non-eksperimen adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti hanyalah mendeskripsikan gejala, hubungan, atau variable-variabel penelitian saja. Peneliti menjelaskan apa dan bagaimana gejala, hubungan dan variable tersebut.[9] Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebabnya dari suatu gejala tertentu. Atau dengan kata lain, metode ini bertujuan menjawab pertanyaan tentang sesuatu saat proses penelitian sedang berlangsung.[10]
b.   Penelitian korelasi
Penelitian atau studi korelasi merupakan kegiatan penelitian yang berusaha untuk menemukan atau menjelaskan hubungan dengan menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu angka yang bervareasi dari -1,00 sampai dengan +1,00, yang menyatakan hubungan antara dua variable.
Pada korelasi positif hubungan itu berjalan sejalan, dalam arti makin tinggi nilai suatu variable makin tinggi pula nilai variable lainnya. Pada korelasi negative arahnya berlawanan, artinya makin tinggi nilai suatu variable makin rendah nilai variable lainnya. Dengan perkataan lain, koefisien korelasi dapat menunjukkan seberapa efektif skor yang diperoleh seseorang dalam suatu variable dapat dipergunakan untuk variable lainnya.
Rancangan dasar penelitian korelasi adalah sangat sederhana yang pada prinsipnyahanya terdiri dari mengumpulkan dua kelompok skor dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Namun nilai studi korelasi terletak pada tingkat perencanaan dan kedalaman konstruk teorinya. Tanpa sadar teori yang mendalam, studi korelasi tidak ubahnya dengan usaha trial and error.
Penelitian korelasi ini memiliki manfaat di dalam usaha mempelajari masalah-masalah pendidikan, yaitu:
1)      Memungkinkan untuk mengukur sejumlah variable dan menemukan antar hubungannya secara simultan. Hal ini karena metode korelasi merupakan pendekatan yang bersifat realistis dan tidak bersifat artificial. Sedang pada penelitian eksperimen, hanya dapat memanipulasi satu variable pada setiap saat. Di samping itu, control sering mengakibatkan tingkah laku yang diselidiki menjadi berubah sehingga menjadi lain. Dalam konteks yang demikian,teknik korelasi lebih sesuai.
2)      Metode korelasi memberikan informasi tentang tingkat (besar-kecilnya) hubungan antara variable-veriabel yang sedang dipelajari. Kemampuan metode korelasi menspesifikasikan tingkatan sampai dimana variable yang sedang dipelajari berhubungan kerap kali memberikan kepada peneliti suatu pemahaman tentang bagaimana variable tersebut beroperasi yang tidak mungkin diperoleh melalui rancangan lain.
Dibidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan mempunyai peranan yang signifikan  dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, belajar strategi, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, dan lain sebagainya.[11] Contoh judul skripsi menggunakan desain korelasi adalah:korelasi antara pola makan dan berat badan siswa kelas v SD Negeri 02 Jember tahun pelajaran 2015/2016[12]
c.    Korelasi dan Sebab Akibat
Yang perlu dipahami adalah bahwa koefisien korelasi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat. Misalnya, jika ditemukan hubungan antara kecerdasan dan kemajuan belajar di sekolah tidak bisa dikatakan kemajuan belajar disebabkan oleh factor kecerdasan, dan sebaliknya kemajuan belajar mungkin juga berpengaruh terhadap kecerdasan atau factor ketiga misalnya latar belakang sosial ekonomi telah berpengaruh baik terhadap kecerdasan maupun kemajuan belajar.
Kadang-kadang hubungan korelasi terjadi karena pengaruh factor-faktor yang bersifat artificial (factor yang terjadi secara kebetulan). Misalnya, korelasi antara dua variable terjadi karena skor yang diberikan oleh penilai terlalu rendah atau tinggi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi tidak dapat dipergunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara dua variable, meskipun indeks ini dapat dipakai untuk mengeksplorasi kemungkinan adanya hubungan sebab akibat anatara dua variable tersebut.
Dalam metode korelasi, kita menghimpun data, menyususnnya secara sistematis, factual dan cermat. Metode korelasi tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi. Penelitian korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu factor berkaitan dengan variasi pada factor lain. Jika dua variable saja yang kita hubungakan, korelasinya disebut dengan korelasi sederhana (simple correlation), sedang jika lebih dari dua, disebut korelasi ganda (multiple correlation).
Korelasi yang signifikan hendaknya tidak diartikan hubungan sebab akibat yang kuat, karena korelasi tidak selalu menunjukkan hubungan kausalitas. Kausalitas terjadi bila memenuhi syarat asosiasi, prioritas waktu, hubungan sebenarnya, dan rasional. Asosiasi menunjukkan kaitan diantara varisbel seperti yang sering diperoleh dengan teknik korelasi. Prioritas waktu menunjukkan bahwa X harus terjadi lebih dahulu sebelum Y (jika kerja keras diduga penyebab penyakit mag, maka kerja keras harus terjadi lebih dahulu dari penyakit mag). Hubungan sebenarnya (nonspurious relation) berarti Y disebabkan benar-benar oleh X dan bukan oleh variable-variabel lain. Untuk membuktikan bahwa kemalasan penyebab kemiskinan, kita harus dapat membuktikan bahwa variable lain (misalnya ketimpangan structural) tidak ikut serta menjadi penyebab. Rasional adalah logika yang mendasari hubungan-hubungan tersebut.
Korelasi tidak memenuhi semua persyaratan itu, dua variable mungkin berkorelasi tanpa berkaitan secara kausal. Rokok dilaporkan berkorelasi secara positif dengan kanker paru-paru. Disini kita melihat adanya kemungkinan variable lain, misalnya keresahan, keresahan mungkin menyebabkan tubuh memproduksi zat-zat kimia tertentu yang mendorong terjadinya kanker. Keresahan juga mendorong orang untuk merokok makin resah, makin banyak merokok. Jadi, syarat hubungan sebenarnya tidak terpenuhi. Tingginya prestasi belajar ada korelasi dengan banyaknya makan, tetapi selain ada factor lain  yang menyebabkan tingginya prestasi belajar, logika tidak dapat menerima kesimpulan banyaknya makan menyebabkan tingginya prestasi belajar. [13]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.        Rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian.
2.        Ada dua manfaat atau kegunaan rancangan penelitian yaitu:Memberikan jawaban terhadap suatu atau beberapa masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mengontrol atau mengendalikan varian.
3.        Desain penelitian dibagi menjadi dua yaitu desain eksperimental, dan non eksperimental. Desain eksperimental meliputi: pre-experimental (non design), true experimental, factorial design, dan quasi experimental design. Sedangkan non eksperimental meliputi:penelitian deskriptif, penelitian korelasi dan korelasi sebab akibat.


DAFTAR PUSTAKA
Husein Umar. 2008.  Desain penelitian MSDM dan perilaku karyawan. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Mukhit, Abd .2013.  Metodologi penelitian pendekatan kuantitatif.Surabaya:Pena Salsabila
Mundir.2013. Metode penelitian kualitatif & kuantitatif.Jember: STAIN Jember press
Sugiyono.2014.  Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta


[1] Abd. Mukhit, metodologi penelitian pendekatan kuantitatif,  (Surabaya:Pena Salsabila,2013). Hal 87.
[2] Husein Umar, desain penelitian MSDM dan perilaku karyawan, (Jakarta:Raja Grafindo PersadaHal 5
[3] Abd. Mukhit, metodologi penelitian pendekatan kuantitatif,  (Surabaya:Pena Salsabila,2013). Hal 88-89
[4] Ibid 91-92
[5] Ibid 92
[6] Sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014) hal:73
[7] Sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014) hal:74-79
[8] Abd. Mukhit, metodologi penelitian pendekatan kuantitatif,  (Surabaya:Pena Salsabila,2013). Hal 100
[9] Ibid:100
[10] Mundir, metode penelitian kualitatif & kuantitatif, (Jember: STAIN Jember press,2013) hal:148
[13] Abd. Mukhit, metodologi penelitian pendekatan kuantitatif,  (Surabaya:Pena Salsabila,2013). Hal 100-103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar