BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam melakukan
penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain
penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta
menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti
tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan
tidak mempunyai pedoman arah yang jelas. Manfaat desain
penelitian akan dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses
penelitian, karena dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses
penelitian.
Rancangan atau desain penelitian
dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis
penelitian. Dalam arti
luas rancangan penelitian meliputi proses
perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Dalam rancangan perencaan dimulai dengan megadakan
observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui,
sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu
pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses
membuat percobaan ataupun pengamatan
serta memilih pengukuran
variabel, prosedur dan
teknik sampling, instrument, pengumpulan
data, analisis data
yang terkumpul, dan
pelaporan hasil penelitian.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian dari desain penelitian?
2.
Apa
kegunaan dari desain penelitian?
3.
Apa
saja macam-macam desain penelitian?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari desain penelitian.
2.
Untuk
mengetahui kegunaan desain penelitian.
3.
Untuk
mengetahui macam-macam desain penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Rancangan (Desain Penelitian)
Rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan struktur
penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh
jawaban atas permasalahan-permasalahan penelitian. Rencana itu merupakan suatu
bagan atau skematis secara menyeluruh yang mencakup program penelitian yang
akan dikerjakan oleh peneliti.
Dikatakan sebagai suatu bagan atau skema karena rencana tersebut
membuat peta kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Peta kegiatan ini
berisi langkah-langkah yang harus dibuat dan diikuti oleh peneliti dalam
melakukan kegiatan penelitian.[1]
Penentuan
desain penelitian sangat tergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Apakah
desain penelitian itu? menjelaskan arti desain dapat melalui sebuah analogi.
Seorang arsitek mendesain sebuah bangunan, misalnya berupa rumah dalam bentuk
sebuah gambar. Dalam mendesain, arsitek mempertimbangkan setiap keputusannya
dalam detail-detail rancangan rumah tersebut. Proses ini berlanjut sampai
menghasilkan gambar yang lengkap. Gambar yang lengkap ini yang akan dipakai
untuk memulai pembangunan rumah. Melalui gambar ini pula, arsitek masih dapat
memperbaiki rancangan rumah jika terjadi kesalahan-kesalahan desain atau
memperbaikinya untuk perbaikan kea rah yang lebih baik. Mendesain berarti
melakukan perencanaan sehingga desain merupakan suatu proses dalam rangka
pengambilan keputusan sebelum pekerjaan tiba waktunya untuk dilaksanakan.[2]
B.
Kegunaan
Rancangan (Desain Penelitian)
Rancangan penelitian dibuat untuk menjadikan peneliti mampu menjawab
pertanyaan (masalah) penelitian dengan valid, objektif, tepat, dan efisien.
Desain penelitian disusun dan dilakukan dengan penuh perhitungan agar dapat
menghasilkan petunjuk empiris yang kuat relevansinya dengan masalah penelitian
yang ada.
Desain penelitian menjelaskan langkah-langkah atau prosedur penelitian
apa yang harus dilakukan oleh peneliti, bagaimana pelaksanaan penelitian, dan
teknik analisis apa yang digunakan terhadap data empiris yang dikumpulkan.
Dalam rancangan penelitian, utamanya dalam penelitian eksperimen, peneliti
dituntut dapat menggambarkan variabel-variabel dan bagaimana mengontrolnya.
Dengan menetapkan model rancangan yang dianggap paling tepat, peneliti dapat
menggali data dan cara menggalinya, sehingga diperoleh data yang dipersyaratkan
untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Ada dua manfaat atau kegunaan rancangan penelitian yang disusun
oleh peneliti yaitu:
1.
Memberikan
jawaban terhadap suatu atau beberapa masalah atau pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Jawaban atas pertanyaan tersebut diungkapkan melalui
prosedur-prosedur kerja dan pembuktian atas hal-hal yang ingin dicari.
2.
Mengontrol
atau mengendalikan varian. Mengendalikan variabel ini berkaitan dengan
variabel-variabel mana yang diobservasi pengaruhnya terhadap variabel lain,
sebagai hasil atau dampak adanya variabel lain dengan kata lain,
variabel-variabel mana yang utama kita perhatikan sehingga hasil penelitian
kita akan tetap berpedoman pada arahan atau tujuan penelitian semula.[3]
C.
Macam-macam Rancangan (Desain Penelitian)
Setyosari dalam Abd. Mukhit menyatakan bahwa rancangan
penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua rancangan, yaitu rancangan eksperimen dan non-eksperimen.
Untuk keperluan studi ilmiah, penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian
yang dapat memberikan informasi ilmiah paling mantap baik dari segi validitas
internal maupun validitas eksternalnya. Namun demikian, tidak semua masalah
penelitian lebih-lebih dalam ilmu social dan tingkah laku dapat dilakukan
secara eksperimental.
Dalam ilmu-ilmu
social dan tingkah laku, penelitian non-eksperimental lebih banyak dilakukan
dibandingkan dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimental.
Karena hal itulah, sikap yang tepat adalah
memandang bahwa antara jenis penelitian eksperimental dan non-eksperimental
sama-sama penting dan diperlukan untuk dilakukan, karena keduanya juga memiliki
arti dan sumbangan yang sama.[4]
1.
Rancangan Penelitian Eksperimental
Penelitian
eksperimental seringkali dianggap paling ideal, karena dalam eksperimen jawaban
dari suatu masalah penelitian umumnya lebih jelas, lebih meyakinkan dan kurang
“ambiguous” jikalau dibandingkan dengan jawaban-jawaban yang diperoleh dari
hasil-hasil penelitian non-eksperimental. Pengetahuan yang diperoleh dari
hasil-hasil penelitian eksperimental lebih bisa dipercaya. Karena itulah,
penelitian eksperimental menduduki tempat yang penting.
Eksperimen
adalah suatu penelitian di mana satu variabel bebas atau lebih dimanipulasikan,
dan di mana pengaruh semua atau variabel yang mungkin berpengaruh akan tetapi
tidak ada hubungannya dengan masalah penelitian dikontrol sampai pada batas
yang minimum.
Dengan
control yang ketat, variabel bebas akan memengaruhi variabel terikat tanpa
dirancu oleh pengaruh variabel lain. Dengan demikan, ciri utama penelitian
eksperimental terutama terletak pada adanya control yang ketat. Dalam konteks
ekperimen, control berarti pendefinisian, pembatasan, restriksi, dan isolasi kondisi-kondisi
suatu penelitian sehingga keyakinan akan kesahihan hasil penelitian
dimaksimalkan. Dengan perkataan lain tentang fenomena yang dipelajari
diminimalkan.
Ciri-ciri
utama eksperimen adalah: 1) penentuan kelompok-kelompok eksperimen secara
rambang, 2) penunjukan kelompok-kelompok ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok control secara rambang, dan 3) kemungkinan dalam memanipulasikan
variabel bebas. Ciri pertama bukan semata-mata merupakan ciri eksperimen,
karena dalam penelitian non-eksperimen prinsip pengambilan sampel secara rmbang
juga berlaku. Sedang ciri 2 dan 3 merupakan ciri khas eksperimen, karena tanpa
itu, ekperimen akan kehilangan sifat dasarnya.[5]
Terdapat
beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu:
Pre Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Design Dan Quasi
Eksperimental Design.[6]
a.
Pre Eksperimental Design
Dikatakan
pre eksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi, hasil eksperimen
yang merupakan veriabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh
variabel dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel control,
dan sampel tidak pilih secara random.
Bentuk
pre-eksperimental design ada
beberapa macam yaitu: one-shot case study, one-group pretest-posttest design,
dan intact-group corporation.
1)
One-Shot
Case Study
Paradigma dalam
penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:
|
O= observasi (variabel dependen).
Paradigma itu
dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi
treatmen/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatmen adalah
sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Contoh:
pengaruh alat kerja baru diklat (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (0).
Terdapat
kelompok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudiansetelah bulan diukur
produktivitas kerjanya. Pengaruh alat kerja baru terhadap produktivitas kerja
diukur dengan membandingkan produktivitas sebelum menggunakan alat baru dengan
produktivitas setelah menggunakan alat baru (misalnya selalu menggunakan alat
baru produktivitasnya 150/jam dan setelah menggunakan alat baru
produktivitasnya 500/jam. Jdi pengaruh alat baru adalah 500 – 150 = 350/jam.
2)
One
Group Pretest-Posttesta Design
Kalau pada
desain no. a, tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest, sebelum
diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diktahui lebih akurat,
karena dapat membandingkan denan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
|
02 = nilai posttest
(setelah diberi diklat)
Pengaruh
diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (02 - 01)
3)
Intact
Group Comparison
Pada desain ini
terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua,
yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah
untuk kelompok control (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma penelitiannya
dapat digambarkan sebagai berikut.
|
O2
= hasil pengukuran setengah kelompok
yang tidak diberi perlakuan
Pengaruh
perlakuan = O1 – O2
Contoh:
Terdapat
sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah dalam melaksanakan
pekerjaannya menggunakan lampu yang sangat
terang (O1), dan setengahnya lagi dengan lampu yang kurang
terang (O2). Setelah beberapa minggu diukur produktivitas
kerjanya. Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu
terhadap produktivitas kerja adalah (O1 – O2).
Seperti telah
dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain preexperiment itu bila
diterapkan untuk penelitian, akan banyak variable-variabel luar yang masih
berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal penelitian manjadi
rendah.
b.
True eksperimental design
Dikatakan true eksperimental
(eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian ) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa, sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara
random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dam
sampel dipilih secara random. Disini dikemukakan dua bentuk design true
experimental yaitu: posttest only control design dan pretest
group design.
1)
Posttest- Only Control Design
|
Dalam desain
ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok
yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok komtrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatmen)
adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang sesungguhya,
pengaruh treetmen dianalisis dengan uji beda, pakai statistic t-test misalnya.
Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kelompok control, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2)
Pretest-Postest Control Group Design
|
Dalam desain
ini terdapat dua klompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok control. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak
berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2-O1)-
(O4-O3)
c.
Factorial Design
Desain
factorial merupakan modifikasi dari desain true eksperimental, yaitu dengan
memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel
independen ) terhadap hasil (variabel dependen). Paradigma desain factorial
dapat digambarkan seperti berikut.
|
Pada desain ini
semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi pretest.
Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai
pretestnya sama. Jadi, O1=O3=O5=O7.
Dalam hal ini variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2.
Contoh:
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap
kepuasan pelayanan pada masyarakat. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random.
Variabel moderatornya adalah jenis kelamin yaitu laki-laki (y1) dan
perempuan (y2). Treatmen atau perlakuan (prosedur kerja baru )
dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang telah diberi pretest (O1=
kelompok laki-laki) dan kelompok eksperimen kedua yang telah diberi pretest (O5
= kelompok perempuan). Pengaruh perlakuan (X) terhadap kepuasan pelayanan untuk
kelompok laki-laki= (O2-O1) –(O4-O3).
Pengaruh perlakuan (prosedur kerja baru) terhadap nilai penjualan barang untuk
kelompok perempuan = (O6-O5)-(O8-O7)
Bila terdapat
perbedaan pengaruh prosedr kerja baru terhadap kepuasan masyarakat antara
kelompok kerja pria dan wanita, maka penyebab utamanya adalah bukan karena
treatmen yang diberikan (karena treatmen yang duberikan sama), tetapi karena
adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin. Pria dan
wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama
nyamannya, tetapi pada umumnya, kelompok wanita lebih ramah dalam memberikan
pelayana. Sehingga dapat meningkatkan kepuasan masyarakat.
d.
Quasi Eksperimental Design
Bentuk desain
eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang
sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-experimental
design. Quasi-eksperimental design, digunakan karena pada kenyataannya
sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu
kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian
para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan
prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan
dalam menentukan kelompok control dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi
Eksperimental.
Berikut
ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen, yaitu Time-Series
Design dan Nonequivalent Control Group Design.
1)
Time
Series Design
Dalam desain
ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan
tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan
jelas, maka baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu
kelompok saja, sehingga tidak memerlukan control.
Hasil
pre test yang baik adalah O1 = O2 = O3 = 04
dan hasil perlakuanyang baik adalah = (O5 + O6 + O7
+ O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).
2)
Nonequivalent Control Group Design
Desain ini
hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih
secara random.
2 3
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan.
Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari suatu
kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan
yang setengah lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajad
kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah
derajad kesehatan karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. O4
adalah derajad kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi.
Pengaruh senam pagi terhadap derajad kesehatan karyawan adalah (O2 – O1) – (O4-O3).
[7]
2.
Penelitian
Non-Eksperimen
Penelitian
non-eksperimen dilakukan karena dalam situasi tertentu kita tidak mungkin
melakukan manipulasi ataupun memberikan perlakuan pada variable-variabel
penelitian terhadap subjek. Adapun penelitian non eksperimen dibagi menjadi
tiga macam yaitu: penelitian deskriptif, penelitian korelasi dan penelitian
korelasi dan sebab akibat.[8]
a.
Penelitian Deskriptif
Termasuk dalam
penelitian non-eksperimen adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini,
peneliti hanyalah mendeskripsikan gejala, hubungan, atau variable-variabel
penelitian saja. Peneliti menjelaskan apa dan bagaimana gejala, hubungan dan
variable tersebut.[9]
Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu
yang tengah berlangsung saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebabnya
dari suatu gejala tertentu. Atau dengan kata lain, metode ini bertujuan menjawab
pertanyaan tentang sesuatu saat proses penelitian sedang berlangsung.[10]
b.
Penelitian korelasi
Penelitian atau
studi korelasi merupakan kegiatan penelitian yang berusaha untuk menemukan atau
menjelaskan hubungan dengan menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi
adalah suatu angka yang bervareasi dari -1,00 sampai dengan +1,00, yang
menyatakan hubungan antara dua variable.
Pada korelasi
positif hubungan itu berjalan sejalan, dalam arti makin tinggi nilai suatu
variable makin tinggi pula nilai variable lainnya. Pada korelasi negative
arahnya berlawanan, artinya makin tinggi nilai suatu variable makin rendah
nilai variable lainnya. Dengan perkataan lain, koefisien korelasi dapat
menunjukkan seberapa efektif skor yang diperoleh seseorang dalam suatu variable
dapat dipergunakan untuk variable lainnya.
Rancangan dasar
penelitian korelasi adalah sangat sederhana yang pada prinsipnyahanya terdiri
dari mengumpulkan dua kelompok skor dari kelompok subjek yang sama dan kemudian
menghitung koefisien korelasinya. Namun nilai studi korelasi terletak pada
tingkat perencanaan dan kedalaman konstruk teorinya. Tanpa sadar teori yang
mendalam, studi korelasi tidak ubahnya dengan usaha trial and error.
Penelitian
korelasi ini memiliki manfaat di dalam usaha mempelajari masalah-masalah
pendidikan, yaitu:
1)
Memungkinkan
untuk mengukur sejumlah variable dan menemukan antar hubungannya secara
simultan. Hal ini karena metode korelasi merupakan pendekatan yang bersifat
realistis dan tidak bersifat artificial. Sedang pada penelitian eksperimen,
hanya dapat memanipulasi satu variable pada setiap saat. Di samping itu,
control sering mengakibatkan tingkah laku yang diselidiki menjadi berubah
sehingga menjadi lain. Dalam konteks yang demikian,teknik korelasi lebih
sesuai.
2)
Metode
korelasi memberikan informasi tentang tingkat (besar-kecilnya) hubungan antara
variable-veriabel yang sedang dipelajari. Kemampuan metode korelasi
menspesifikasikan tingkatan sampai dimana variable yang sedang dipelajari
berhubungan kerap kali memberikan kepada peneliti suatu pemahaman tentang
bagaimana variable tersebut beroperasi yang tidak mungkin diperoleh melalui
rancangan lain.
Dibidang
pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk melakukan penelitian terhadap
sejumlah variabel yang diperkirakan mempunyai peranan yang
signifikan dalam mencapai proses pembelajaran. Sebagai contoh,
misalnya tentang pencapaian hasil belajar dengan motivasi internal, belajar
strategi, intensitas kehadiran mengikuti kuliah, dan lain sebagainya.[11] Contoh judul skripsi menggunakan desain
korelasi adalah:korelasi
antara pola makan dan berat badan siswa kelas v SD Negeri 02 Jember tahun
pelajaran 2015/2016[12]
c.
Korelasi dan Sebab Akibat
Yang perlu
dipahami adalah bahwa koefisien korelasi tidak menunjukkan hubungan sebab
akibat. Misalnya, jika ditemukan hubungan antara kecerdasan dan kemajuan
belajar di sekolah tidak bisa dikatakan kemajuan belajar disebabkan oleh factor
kecerdasan, dan sebaliknya kemajuan belajar mungkin juga berpengaruh terhadap
kecerdasan atau factor ketiga misalnya latar belakang sosial ekonomi telah
berpengaruh baik terhadap kecerdasan maupun kemajuan belajar.
Kadang-kadang
hubungan korelasi terjadi karena pengaruh factor-faktor yang bersifat
artificial (factor yang terjadi secara kebetulan). Misalnya, korelasi antara
dua variable terjadi karena skor yang diberikan oleh penilai terlalu rendah
atau tinggi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi tidak
dapat dipergunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara dua variable,
meskipun indeks ini dapat dipakai untuk mengeksplorasi kemungkinan adanya
hubungan sebab akibat anatara dua variable tersebut.
Dalam metode
korelasi, kita menghimpun data, menyususnnya secara sistematis, factual dan
cermat. Metode korelasi tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi.
Penelitian korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu
factor berkaitan dengan variasi pada factor lain. Jika dua variable saja yang
kita hubungakan, korelasinya disebut dengan korelasi sederhana (simple
correlation), sedang jika lebih dari dua, disebut korelasi ganda (multiple
correlation).
Korelasi yang
signifikan hendaknya tidak diartikan hubungan sebab akibat yang kuat, karena
korelasi tidak selalu menunjukkan hubungan kausalitas. Kausalitas terjadi bila
memenuhi syarat asosiasi, prioritas waktu, hubungan sebenarnya, dan rasional.
Asosiasi menunjukkan kaitan diantara varisbel seperti yang sering diperoleh
dengan teknik korelasi. Prioritas waktu menunjukkan bahwa X harus terjadi lebih
dahulu sebelum Y (jika kerja keras diduga penyebab penyakit mag, maka kerja
keras harus terjadi lebih dahulu dari penyakit mag). Hubungan sebenarnya
(nonspurious relation) berarti Y disebabkan benar-benar oleh X dan bukan oleh
variable-variabel lain. Untuk membuktikan bahwa kemalasan penyebab kemiskinan,
kita harus dapat membuktikan bahwa variable lain (misalnya ketimpangan
structural) tidak ikut serta menjadi penyebab. Rasional adalah logika yang
mendasari hubungan-hubungan tersebut.
Korelasi tidak
memenuhi semua persyaratan itu, dua variable mungkin berkorelasi tanpa
berkaitan secara kausal. Rokok dilaporkan berkorelasi secara positif dengan
kanker paru-paru. Disini kita melihat adanya kemungkinan variable lain,
misalnya keresahan, keresahan mungkin menyebabkan tubuh memproduksi zat-zat
kimia tertentu yang mendorong terjadinya kanker. Keresahan juga mendorong orang
untuk merokok makin resah, makin banyak merokok. Jadi, syarat hubungan
sebenarnya tidak terpenuhi. Tingginya prestasi belajar ada korelasi dengan
banyaknya makan, tetapi selain ada factor lain
yang menyebabkan tingginya prestasi belajar, logika tidak dapat menerima
kesimpulan banyaknya makan menyebabkan tingginya prestasi belajar. [13]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Rancangan
atau desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban atas
permasalahan-permasalahan penelitian.
2.
Ada
dua manfaat atau kegunaan rancangan penelitian yaitu:Memberikan jawaban
terhadap suatu atau beberapa masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian dan
mengontrol atau mengendalikan varian.
3.
Desain
penelitian dibagi menjadi dua yaitu desain eksperimental, dan non
eksperimental. Desain eksperimental meliputi: pre-experimental (non design),
true experimental, factorial design, dan quasi experimental design.
Sedangkan non eksperimental meliputi:penelitian deskriptif, penelitian korelasi
dan korelasi sebab akibat.
DAFTAR
PUSTAKA
Husein Umar.
2008. Desain penelitian MSDM dan
perilaku karyawan. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Mukhit, Abd
.2013. Metodologi penelitian
pendekatan kuantitatif.Surabaya:Pena Salsabila
Mundir.2013. Metode
penelitian kualitatif & kuantitatif.Jember: STAIN Jember press
Sugiyono.2014. Metode penelitian kuantitatif kualitatif
dan R&D. Bandung:Alfabeta
[1] Abd. Mukhit, metodologi
penelitian pendekatan kuantitatif, (Surabaya:Pena
Salsabila,2013). Hal 87.
[2] Husein Umar, desain
penelitian MSDM dan perilaku karyawan, (Jakarta:Raja Grafindo PersadaHal 5
[3] Abd. Mukhit, metodologi
penelitian pendekatan kuantitatif, (Surabaya:Pena
Salsabila,2013). Hal 88-89
[4] Ibid 91-92
[5] Ibid 92
[6] Sugiyono, metode
penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014)
hal:73
[7] Sugiyono, metode
penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014)
hal:74-79
[8] Abd. Mukhit, metodologi
penelitian pendekatan kuantitatif, (Surabaya:Pena
Salsabila,2013). Hal 100
[9] Ibid:100
[10] Mundir, metode
penelitian kualitatif & kuantitatif, (Jember: STAIN Jember press,2013)
hal:148
[13] Abd. Mukhit, metodologi
penelitian pendekatan kuantitatif, (Surabaya:Pena
Salsabila,2013). Hal 100-103
Tidak ada komentar:
Posting Komentar