Senin, 14 Desember 2015

Implikasi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan sebuah kunci dari suatu proses pembelajaran, baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Karena dengan adanya kurikulum maka suatu pembelajaran akan memiliki arah tujuan yang jelas. Begitu juga dengan pembelajaran bahasa arab harus memiliki kurikulum yang baik, karena bahasa memiliki peranan yang cukup penting dalam pendidikan, khususnya di pondok pesantren.
Dalam pendidikan non formal, khususnya pondok pesantren tidak bisa lepas dari bahasa arab, karena semua pembelajaran di pondok pesantren menggunakan referensi kitab berbahasa Arab. Secara tidak langsung seorang santri harus menguasai bahasa arab agar dapat memahami materi  pembelajaran yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Begitu juga dengan pondok pesantren nurul islam.
Seperti yang diketahui bahwasannya pondok pesantren nurul islam dikenal memiliki kualitas yang cukup baik dan tidak kalah dengan pondok pesantren lainnya. Pondok pesantren nurul islam sering mengikuti lomba-lomba antar pondok pesantren dan tak jarang menjadi salah satu juara. Selain itu pondok pesantren nurul islam juga sering mengadakan event-event yang menarik berkaitan dengan peningkatan kemampuan para santri, bahkan sampai tingkat nasional.
Oleh karena itulah, kami merasa sangat tertarik untuk mengadakan studi kasus di pondok pesantren nurul islam berkaitan dengan pengembangan kurikulum bahasa arab di sana. Dari studi kasus ini kami berharap bisa belajar mengembangkan kurikulum bahasa arab dengan baik saat kami mengajar nanti.


B.     Rumusan Masalah
1.      bagaimana sejarah singkat berdirinya pondok pesantren nurul islam?
2.      bagaimana implikasi pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam?
3.      Apa metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam?
4.      Bagaimana bentuk evaluasi  pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah singkat berdirinya pondok pesantren nurul islam.
2.      Untuk mengetahui implikasi pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam
3.      Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam
4.      Untuk mengetahui bentuk evaluasi  pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Islam
Pondok Pesantren Nurul Islam, terletak tidak jauh dari alun-alun kota Jember, hanya sekitar 6 kilometer ke arah utara. Tepatnya di Jl. Sarangan No. 30 Antirogo, Kec. Sumbersari. Pesantren yang dikenal dengan sebutan Nuris ini didirikan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad tahun 1981.
Sebagai pesantren yang berdiri  di pinggiran kota, Nuris sejatinya mempunyai tantangan yang cukup berat. Sebab, umumnya warga kota lebih memilih lembaga formal yang sarana dan fasilitasnya lebih oke. Sementara tak terlalu jauh dari Nuris sudah berjejal berbagai lembaga pendidikan favorit, misalnya SMA, SMP, SMK dan sebagainya yang semuanya negeri. Tapi justru itulah yang membuat Kiai Muhyid (panggilan akrabnya) semakin termotivasi untuk mendirikan pesantren.
Pada awalnya, banyak santri Nuris yang bersekolah di luar pada pendidikan formalnya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pondok pesantren Nuris tidak hanya melayani “orang luar”. Nuris juga memberi pelayanan pendidikan formal kepada santri dan warga sekitarnya. Itulah sebabnya, tahun 1983 Nuris mendirikan SMP. Ternyata sambutan masyarakat begitu antusias. Enam tahun  berikutnya (1989), Nuris mendirikan SMA. Sambutan warga juga tak mengecewakan. Tak berapa lama setelah berdiri, kedua lembaga ini sudah mengantongi status “diakui” (sekarang terakreditasi).  Selain itu juga didirikan TK Bina Anaprasa.
Pada Tahun 2007, Nuris  mulai mengembangkan sayapnya, dengan mendirikan SMK dengan sarana dan prasarana pelatihan yang memadai. Yang menarik, lima tahun lalu (2008) Nuris juga mendirikan MTs. Unggulan. Disusul  dengan pendirian Madrasah Aliyah (MA) dua tahun berikutnya. Dua lembaga ini mempunyai program unggulan, yaitu pelajaran Aswaja dan kitab kuning. Pemilihan program yang satu ini tak lepas dari keprihatinan Kiai Muhyid terhadap kian maraknya ancaman yang berpotensi menggerus  amalan dan tradisi NU.
Mereka tidak hanya dibekali oleh kelihaian berdebat tapi juga dukungan finansial yang memadai. Selain mereka rajin mendatangi masjid-majid yang ”netral”, mereka juga menerbitkan majalah dan buletin yang dibagi secara gratis di setiap masjid. Itulah sebabnya, lembaga ini lebih memprioritaskan keterampilan murid dalam menguasai kitab kuning, bahasa arab dan bahasa Inggris. Dalil-dalil seputar ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dan masalah NU  juga menjadi bagian pelajaran wajib bagi murid-muridnya.[1]

B.     Implikasi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurul Islam
Ada dua klasifikasi dalam program Pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren huris, yaitu program pembelajaran umum dan program pembelajran khusus. Program pembelajaran umum merupakan program pembelajaran yang harus diikuti oleh seluruh santri karena merupakan kegiatan wajib. Sedangkan program pembelajaran khusus yaitu bagi mereka yang ingin lebih mendalami bahasa arab. Tidak hanya bahasa arab saja, ada beberapa program khusus yang bisa dipilih oleh para santri sesuai dengan minat mereka. Program khusus tersebut antara lain: M. Sains (madarasah sains), bahasa ( arab dan inggris), kitab, fiqih, dan tahfidz. Mereka yang memilih program yang sama akan berada dalam satu kamar, oleh karena itu para santri hanya diperbolehkan memilih salah satu program saja.
Agar lebih jelas perbedaan antara program pembelajaran bahasa arab umum dan khusus di pondok pesantren nuris, di bawah ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai perbedaan tersebut.

1.      Program pembelajaran khusus
Pada dasarnya pembelajaran bahasa arab dipondok pesantren Nurul islam hampir sama dengan pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren lainnya, yang  lebih menekankan pada penguasaan maharotul kitabah dan qiroa’ah (nahwu sorof). Hal tersebut dikarenakan pembelajaran semua bidang yang diajarkan pada madrasah diniyah menggunakan  referensi kitab berbahasa arab. Karena itu, pembelajaran bahasa arab secara umum lebih menekankan pada aspek nahwu dan sorofnya, dengan tujuan santri dapat membaca dan memahami bacaan berbahasa arab yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut.
Pembelajaran bahasa arab secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu madrasah ula dan madrasah stani. Pengkategorian tersebut berdasarkan tingkat pendidikan formal para santri. Santri yang termasuk dalam kategori madrasah ula yaitu siswa SMP, MTS, SMK dan SMA. Ada tiga tingkatan kelas dalam madrasah ula, yaitu kelas unggulan, semi unggulan dan reguler. Perbedaan tersebut terletak pada materi pembelajaran yang diajarkan. Untuk kelas reguler, materi pembelajaran yang diajarkan sebagian besar merupakan materi pelajaran yang bersifat lebih umum, seperti pelajaran fiqih, aqidah, dan lainnya. Sedangkan materi tentang bahasa arab ( nahwu sorof) hanya diajarkan sebagian kecil saja. Dan pada kelas semi unggulan, materi pembelajaran umum dan materi bahasa arab memiliki porsi yang sama dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas unggulan, materi yang diajarkan hanya berupa materi pembelajaran yang berhubungan dengan penguasan bahasa arab saja, seperti BMK ( belajara membaca kitab) dan program memaknai kitab ( berhubungan dengan nahwu sorof). Pada awalnya program unggulan ini dipilih berdasarkan tes, akan tetapi karena banyak santri yang merasa materi pembelajaran nahwu shorof sangat memberatkan bagi mereka, akhirnya kelas ini dipilih berdasarkan minta mereka.
Sedangkan santri yang berada pada madrasah stani yaitu hanya siswa Madrasah Aliyah (MA). Pada madrasah stani ini murni hanya mempelajari nahwu dan shorof saja. Ada tiga kelas dalam madrasah stani, yaitu kelas A, B dan C. Sama dengan madrasah ula, pembagian kelas ini juga dibedakan berdasarkan materi pembelajarannya. Kelas A merupakan kelas yang paling tinggi tingkatannya, materi yang diajarkan yaitu Alfiyah. Sedangkan kelas B mempelajari tentang ‘imrithi. Dan kelas C, yang paling rendah, mempelajari jurumiyyah.
2.      Program pembelajaran khusus
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwasannya ada banyak program khusus yang ada di pondok pesantren ini, salah satunya bahasa arab. Program khusus bahasa arab ini pada awalnya memiliki  dua kamar, akan tetapi karena peminat bahasa semakin hari samakin berkurang, akhirnya hanya dijadikan satu kamar. Satu kamar program khusus bahasa arab berisi 16 santri dan 4 pengurus, jadi totalnya satu kamar ada 20 santri.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan barbahasa arab para santri, program khusus bahasa arab memiliki dua kegiatan inti. Yang pertama yaitu santri di kamar tersebut diwajibkan menghafalkan 5 mufrodat setiap harinya untuk kemudian disetorkan kepada pengurus di kamar tersebut. Mufrodat-mufrodat tersebut di tempelkan di papan pengumuman khusus yang ada di kamar itu dan setiap harinya diganti dengan mufrodat yang baru oleh pengurus.  Kegiatan ini untuk meningkatkan penguasaan mufrodat para santri.
Kegiatan inti yang kedua, pengurus mengadakan kegiatan pembinaan khusus yang diadakan dua kali dalam seminggu. Dalam kegiatan ini pengurus mendatangkan ustadz khusus untuk membimbing para santri. Jika pada kegiatan yang sebelumnya menekankan pada penguasaan mufrodat, pada kegiatan yang kedua ini lebih menekankan pada penguasaan muhaddastah (percakapan) dalam berbagai konteks pembicaraan. Setiap pertemuan santri diwajibkan menghafal sebuah percakapan bertema khusus yang telah ditentukan. Dalam kegiatan pembinaan ini, para santri diberi buku pedoman khusus yang di dalamnya berisi percakapan dengan berbagai tema yang berbeda yang biasa digunakan.
Selain kedua kegiatan inti yang telah dijelaskan di atas, masih ada satu kegiatan lagi yang juga sangat menunjang dalam meningkatkan penguasaan berbahasa arab para santri. Kegiatan tersebut yaitu setiap santri yang mengikuti program khusus bahasa arab diwajibkan menggunakan bahasa arab sebagai bahasa sehari-hari ketika sedang berkomunikasi dengan sesama anggota bahasa arab. Dan jika ada santri yang melanggar atau tidak menaati peraturan ini, akan dikenakan  sanksi yakni santri tersebut disuruh menggunakan kerudung khusus selama jangka waktu tertentu. Dengan diberlakukannya peraturan ini, diharapkan keterampilan berbicara (maharotul kalam) santri semakin meningkat dan menjadi lebih baik.
Pada awalnya peraturan menggunakan hukuman ini berjalan lancar dan sangat tertib, akan tetapi karena semakin banyaknya santri yang melanggar setiap harinya, peraturan ini tidak lagi dihiraukan bahkan ditinggalkan. Sehingga saat ini peraturan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Disinilah letak kelemahan adanya suatu peraturan. Jika tidak bisa mempertahankan tindakan kedisiplinan secara teratur, maka pada akhirnya peraturan tersebut akan menghilang dengan sendirinya.


  1. Metode yang Digunakan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurul Islam
Pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam menggunakan berbagai macam metode yang bervariasi yang disesuaikan dengan tingkat pembelajaran santri tersebut.
Metode pertama yang digunakan yaitu metode ceramah. Metode ceramah merupakan penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar.[2] Metode ceramah ini digunakan dalam pembelajaran bahasa arab secara umum yaitu yang diperuntukkan bagi seluruh santri di pondok pesantren nurul islam.
Metode yang selanjutnya yaitu metode hafalan. Dengan menggunakan metode hafalan para santri diminta untuk menghafalkan materi-materi tertentu dan kemudian hasil dari hafalan tersebut disetorkan kepada pengajar. Metode hafalan ini digunakan pada seluruh pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam, baik pembelajaran umum maupun pembelajaran khusus. Pada pembelajaran umum metode hafalan ini digunakan untuk menghafalkan kaidah-kaidah nahwu yang telah diajarkan di madrasah diniyah. Sedangkan pada pembelajaran program khusus bahasa arab, metode ini digunakan untuk menghafalkan mufrodat dan teks muhadastah yang telah ditentukan.
Yang terakhir yaitu metode praktek. Metode praktek ini digunakan santri progran khusus bahasa arab untuk mempraktikan hasil hafalan mufrodat dan muhadastah dalam kegiatan sehari-hari bersama temannya.

  1. Bentuk Evaluasi  Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Nurul Islam
Sama dengan metode pembelajaran, evaluasi yang digunakan di pondok pesantren Nuris ini juga dibedakan antara pembelajaran umum dengan pembelajaran khusus. Untuk pembelajaran bahasa arab umum, menggunakan bentuk evaluasi dengan sistem semester. Jadi, selama satu tahun ada dua kali evaluasi. Penggunaan sistem semester dikarenakan banyaknya santri dan mata pelajaran yang berbeda. Dengan sistem semester ini secara otomatis bentuk evaluasinya berupa tes tulis, akan tetapi jika ustadz atau ustadzah ingin menggunakan tes lain seperti tes lisan, diperbolehkan asalkan tidak mengganggu jalannya evaluasi mata pelajaran yang lain.
Sedangkan untuk pembelajaran bahasa arab khusus, evaluasi diadakan setiap satu bulan sekali. Untuk mengetahui sejauh mana mufrodat yang telah dikuasai oleh santri program khusus ini, setiap satu bulan sekali santri diwajibkan menyetorkan minimal 50 mufrodat kepada ustadzah wardah. Ustadzah wardah merupakan salah satu ustadzah yang besiknya memang menguasai bahasa arab. Beliau merupakan lulusan dari Mesir dan sekarang menjadi ketua pengurus pondok pesantren putri Nuris. Evaluasi ini merupakan tindak lanjut dari kewajiban santri yang harus menyetorkan 5 mufrodat setiap harinya.

BAB III
KESIMPULAN

  1. Pondok Pesantren Nurul Islam, terletak tidak jauh dari alun-alun kota Jember, hanya sekitar 6 kilometer ke arah utara. Tepatnya di Jl. Sarangan No. 30 Antirogo, Kec. Sumbersari. Pesantren yang dikenal dengan sebutan Nuris ini didirikan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad tahun 1981. Lembaga ini lebih memprioritaskan keterampilan murid dalam menguasai kitab kuning, bahasa arab dan bahasa Inggris. Hal tersebut untuk membentengi para santri dari pengaruh buruk dari luar.
  2. Ada dua klasifikasi pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nuris. Yaitu pembelajaran umum untuk semua santri dan pembelajaran khusus bagi mereka yang ingin lebih mendalami bahasa arab. Pembelajaran umum dibagi menjadi dua kelas yaitu madrasah ula (MTs, SMP,SMA,SMK) dan madrasah stani (MA). Sedangkan pada pembelajaran khusus, para santri dengan minat yang sama dijadikan satu kamar dan diberi bimbingan khusus untuk meningkatkan kemampuan berbahasa arabnya. Program tersebut antara lain: diwajibkan hafalan 5 mufrodat setiap hari dan ada bimbingan khusus untuk menguasai beberapa konteks muhadastah.
  3. Ada tiga metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren Nuris. Pertama metode ceramah, digunakan dalam pembelajaran bahasa arab secara umum yaitu yang diperuntukkan bagi seluruh santri di pondok pesantren nurul islam. Kedua metode hafalan, digunakan pada seluruh pembelajaran bahasa arab di pondok pesantren nurul islam, baik pembelajaran umum maupun pembelajaran khusus. Ketiga metode praktek, digunakan santri progran khusus bahasa arab untuk mempraktikan hasil hafalan mufrodat dan muhadastah dalam kegiatan sehari-hari bersama temannya.
  4. Untuk pembelajaran bahasa arab umum, menggunakan evaluasi sistem semester dengan bentuk evaluasinya berupa tes tulis, akan tetapi jika ustadz atau ustadzah ingin menggunakan tes lain seperti tes lisan, diperbolehkan asalkan tidak mengganggu jalannya evaluasi mata pelajaran yang lain. Sedangkan untuk pembelajaran bahasa arab khusus, evaluasi diadakan setiap satu bulan sekali, yaitu dengan menyetorkan minimal 50 mufrodat kepada ustadzah yang bertanggung jawab.
 DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar