Rabu, 29 Juli 2015

Evaluasi pembelajaran



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
            Evaluasi pemgajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari hasil pengajaran atau dari sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.dalam kegiatan evaluasi setidaknya ada dua kegiatan,yaitu mengukur dan menilai.evaluasi yang pertama merupakan yang bersifat kuantitatif,sedangkan yang kedua merupakan kegiatan yang bersifat kualitatif.evaluasi kedua kegiatan ini dilakukan melaluipendekatan yang berbeda. Untuk merealisasikan kegiatan evaluasi diperlukan alat tertentu, diantaranya adalah tes.

1.2   Rumusan Masalah
a.    Apa pengetian evaluasi pembelajaran?
b.   Apa saja ciri-ciri evaluasi dalam pembelajaran?
c.    Apa saja prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran?
1.3   Tujuan
a.      Untuk mengetahui pengertian evaluasi pembelajaran.
b.      Untuk mengetahui ciri-ciri evaluasi dalam pembelajaran.
c.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran.
 BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Pengertian Evaluasi Pembelajaran
                            
            Sebelum membicarakan evaluasi dalam pembelajaran, sebaiknya kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang konsep dan pengertian yang akan digunakan. Pada saat membicarakan masalah evaluasi, kita sering menggunakan beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi sendiri yang seing digunakan secara tumpang tindih. Kita sering rancu dalam menggunakan istilah-istilah tersebut karena keempat istilah itu terjadi dalam satu kegiatan yaitu pada saat kita menilai hasil belajar.
Evaluasi pembelajaran dapat diartikan, sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari hasil pengajaran atau dari sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Dalam kegiatan evaluasi setidaknya ada dua kegiatan yaitu mengukur dan menilai. Evaluasi yang pertama merupakan kegiatan yang bersifat kuantitatif sedangjkan yang kedua merupakan kegiatan yang bersifat kualitatif. Evaluasi kedua kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan yang berbeda. Untuk merealisasikan kegiatan evaluasi di perlukan alat tertentu,di antaranya adalah tes selanjutnya penulis mencoba untuk membahas masalah teks dan aspek-aspek uang terkait.
             Menurut Oemar Hamalik (2008:210[1]), evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam rancang suatu sistem pengajaran. Rumusan ini memiliki tiga implikasi: pertama, evaluasi ialah suatu proses yang terus-menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran. Kedua, proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran. Ketiga, evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Evaluasi juga merupakan kegiatan mengukur dan menilai (Arikunto,

1993). Mengukur ialah kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, sedangkan menilai ialah mengambil sebuah keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik/buruk.
           
           
            Berikut disajikan  beberapa pengertian dari istilah-istilah tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi :
a.      Tes
Tes[2] dapat diartikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang diaanggap benar.
Menurut Arikunto (1984) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sisitematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Sedangkan
            Pengertian tes menurut definisi tesebut apabila dikaitkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas maka tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar. Dalam hal ini pelajar akan melaksanakan dua kegiatan, yaitu:
1.                   Menguku peserta didik.
2.                   Mengukur keberhasilan program-program pengajaran.
   Menurut Harris (1968) tujuan tes secarsa umum adalah sebagai berikut:
1.                   untuk menunjukkan kesiapan program pembelajaran. Pemberian materi terhadap peserta didik hendaknya memperhatikan segi kesiapan yang terdapat dalam diri peserta didik, sebab pemberian materi kepada peserta didik yang belum siap menerimanya tidak akan memberikan hasil yang optimal.
2.                   Untuk mengklasifikasi atau menempatkan peserta didik pada kelas bahasa. Pengklasifikasian peserta didik dalam hal ini adalah mengelompokkan peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya ke dalam kelompok yang sejenis. Misalnya, peserta didik yang kemampuan bahasanya pada tingkat dasar, maka peserta didik tersebut dikelompokkan dengan kelompok dasar.
3.                   Untuk mendiagnosis kekurangan dan kelebihan yang ada pada peserta didik. Pendiagnosaan peserta didik dalam aspek ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Berdasarkan potensi tersebut dapat diarahkan kemmpuan peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran selanjutnya.
4.                        Untuk mengukur prestasi peserta didik. Pengukuran prestasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Apakah hasil yang diperolehnya telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Apabila belum, maka perlu dicari faktor penyebab hal tersebut. Setelah itu dicari altenatif pemecahan masalahnya.
5.                        Untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran selalu diupayakan optimal. Untuk mencapainya kita menggunakan metode yang terbaik  namun ada kalanya metode yang dipilih tersebut tidak memberikan hasil yang optimal. Apabila hasil yang dicapai leh peserta didik sesuai dengan yang diharapkan, maka pemilihan metode yang digunakan bisa dikatakan tepat. Sebaliknya apabila hasil tes  peserta didik tidak sesuai dengan yang diharapkan bisa dikatakan pemilihan metode yang dilaksanakan belum tepat.
            Hampir dalam setiap buku bacaan tentang testing bahasa (language testing) kategori tes secara garis besar dibagi atas empat kelompok, yaitu: 1) proficiency; 2) placement; 3) diagnosis; 4) achievement; (Brown, 1995).
a)      Proficiency (kemampuan/keahlian)
Tes profisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa tanpa memperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh dari suatu pelatihan atau apapun. Tes profisiensi digunakan untuk mengukur kompetensi umum bahasa kedua yang dimiliki oleh seseoang tanpa mengikuti kurikulum khusus atau belajar secara formal. Apabila kita menyimak definisi tersebut maka materi tes profisiensi tidak mengacu pada tujuan kurikilum atau kursus bahasa tertentu, tetapi merujuk kepada spesifikasi yang ditentukan oleh lembaga tertentu sehingga testee dianggap profisien untuk mengikuti suatu program.
b)      Placement (penempatan)
Tes penempatan digunakan untuk menempatkan peserta didik pada tahap atau digunakan untuk menempatkan paserta didik pada tahap atau tingkat tertentu dalam program pengajaran sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Tes ini digunakan untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang peserta didik yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
c)      Diagnosis
Diagnosis tes digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peserta didik sehingga pengajar bisa memberikan program pengajaran berikutnya. Dengan cara ini pengajar akan mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didiknya. Selanjutnya pengajar akan mengetahui pula penyabab kelemahan peserta didiknya sehingga pengajar akan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan tersebut.

d)     Achievement (pencapaian)
Tes pencapaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memberi suatu materi yang telah diberikan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh suatu program berhasil diserap oleh peserta didik.

b.      Pengukuran
            Semua kegiatan didunia ini tidak akan bisa lepas dari masalah pengukuran. Keberhasilan suatu program pendidikan hanya dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran. Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
c.       Asesmen
            Popham (1995) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status peserta didik berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan.
d.      Evaluasi
            Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program subtansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) seta pelasanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan pendidik, manajemen pendidikan,dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.


2.2   Ciri-ciri evaluasi dalam pembelajaran
            Arikunto (1992) menjelaskan bahwa pada umumnya ciri-ciri panilaian dalam pembelajaran sebagai berikut:
a.       Penilaian dalam pendidikan itu dilakukan secara tidak langsung. Objek pengukuran dan penilaian dalam pendidikan adalah peserta didik, tidak dilihat dari sosok fisiknya, seperti berat dan tinggi badannya, cantik jeleknya, melainkan aspek psikologinya, seperti sikap, minat, bakat, intelegensi dan hasil belajar. Aspek aspek psikologi tersebut dapat diukur secara langsung. Sebagai contoh untuk mengukur kepandaian peserta didik yang dapat dilakukan hanyalah mengukur hasil belajar dengan jalan menjawab atau mengerjakan soal-soal tes.
Jawaban terhadap soal tes tersebut yang dipakai untuk menggambarkan kapandaian peserta didik. Dengan kata lain, yang diukur dan dicari adalah gejala atau fenomena yang tampak atau memancar dari kepandaian yang dimiliki oleh para peserta didik yang bersangkuta, atau indikator atau “hal-hal yang merupakan partanda” bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang pandai. Indikator-indikator tersebut adalah 1) kemampuan untuk bekerja dengan angka-angka atau bilangan-bilangan, 2) kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik dan betul, 3) kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru, yaitu dengan secara cepat dapat mengikuti pembicaraan orang lain, 4) kemampuan untuk mengingat-ingat sesuatu, 5) kemampuan untuk memahami hubungan antar gejala yang dengan gejala yang lain, 6) kemampuan untuk berfantasi atau berpikir secara abstrak.
b.      Penggunaan ukuran kuantitatif, atau menggunakan simbol-simbol angka, karena penilaian selalu dimulai dari pengukuran, maka hasil pengukuran akan menggunakan satuan secara kuantitatif. Penggunaan satuan kuantitatif ini untuk mendapatkan hasil pengukuran yang objektif, dan pasti; setelah itu dapat diolah dan ditafsirkn kedalam satuan kualitatif.
c.       Penilaian pendidikan itu menggunakan unit satuan yang tetap. Objek pengukuran hendaknya menggunakan satuan yang tetap, akan berakibat hasil evaluasi tidak memiliki nilai keajegan, prediksinya menjadi rendah. Unit satuan tetap IQ anak.
d.      Penilaian pendidikan bersifat relatif, artinya hasil penilaian itu kendatipun sudah menggunakan satuan tetap, hasilnya tidak selalu sama dari waktu ke waktu. Sebab hasil penilaian tidak semata-mata ditentukan oleh alat ukur yang valid, namun juga dipengaruhi oleh keadaan objek yang selalu berkembang, serta keadaan lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan tersebut, apalagi dalam evaluasi pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara langsung sebagaimana dejelaskan diatas. Kendatipun demikian, relatifitas hasil-hasil penilaian itu harus tetap dalam batas-batas objektifitas.
e.       Penilaian pendidikan tidak mungkin terhindar dari kesalahan. Kesalahan tersebut bisa diakibatkan alat ukur yang kurang valid (shahih), atau sikap subjektif penilaian, maupun kesalahan dalam penghitungan, keadaan fisik dan psikis peserta didik yang dinilai, serta situasi tempat pelaksanaan penilaian itu dilakukan. Walaupun guru tidak mungkin terhindar dari kesalahan dalam melakukan penilaian, namun tidak berarti guru tidak ada upaya untuk menghindari kesalahan. Apalagi kesalahan yang disengaja.
2.3  Prinsip-prinsip Evaluasi pembelajaran
            Prinsip umum yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran adalah:
1.      Valid
Penilaian harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat tes terpercaya atau shahih (valid). Artinya, adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka informasi yang dikumpulkan juga salah dan kesimpulan yang diambil juga menjadi salah. Dengan kata lain, penilaian harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar peserta didik.
2.      Mendidik
Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta didik. Hasil penilaian bagi peserta didik yang berhasil harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan untuk memotivasi peserta didik yang berhasil, sedangkan bagi yang kurang berhasil sebagai pemicu semangat belajar, sehingga keberhasilan dan kegagalan peserta didik harus tetap diapresiasi dalam penilaian.



3.      Berorientasi pada kompetensi
Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi peserta didik (sesuai tuntutan
kurikulum) yang meliputi sepeangkat pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai yang terrefleksikan  dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran keberhasilan akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
4.      Adil dan objektif
Penilaian harus mempertimbangkan rasa keadilan dan objektivitas terhadap semua peserta didik dan tidak membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberi kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidak-adilan dan ketidak-objektifan dalam penilaian akan menurunkn motivasi belajar peserta didik.
5.      Terbuka
Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak, sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
6.      Berkesinmbungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus-menerus dari waktu ke waktu, untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang perkembangan belajar peserta didik sebagai hasil kegiataan balejarnya, sehingga kegiatan dan untuk kerja dapat dipantau melalui penilaian.
7.      Menyeluruh
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur termasuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar peserta didik. Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), sikap dan nilai (efektif) yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
8.      Bermakna
Penilaian hendaknya mempunyai makna yang signifikan dan berguna bagi semua pihak. Untuk itu, evaluasi pembelajaran hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi peserta didik yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
2.4.Ciri-ciri Evaluasi Dalam Pembelajaran
Arikunto (1992) menjelaskan bahwa pada umumnya ciri-ciri penilaian dalam pembelajaran sebagai berikut :
a.Penilaiain  dalam pendidikan itu dilakukan secara tidak langsung. Pengukuran dan penilaian dalam pendidikan adalah peserta didik, tidak dilihat dari sosok fisiknya, seperti berat dan tinggi badannya, cantik  jeleknya, melainkan aspek psikologinya, seperti sikap, minat, bakat, intelejensia dan hasil belajar.Aspek-aspek psikologik tersebut tidak dapat di ukur secara langsung.
b. penggunaan ukuran kuantitatif, atau menggunakan symbol-simbol langka, karena penilaian selalu dimulai dengan pengukuran, maka hasil pengukuran akan menggunakan satuan secara kuantitatif.penggunaan satuan kualitatif ini untuk mendapatkan hasil pengukuran yang objektif, dan pasti: setelah itu dapat diolah dan ditafsirkan kedalam satuan kualitatif.
c. penilaian pendidikan itu menggunakan satuan yang tetap.objek pengukuran hendaknya menggunakan satuan yang tetap. Sebab apabila penggunaan satuan pengukuran tidak tetap, akan berakibat hasil evaluasi tidak memiliki nilai keajegan, prediksinya menjadi rendah.
d. penilaian pendidikan bersifat relative atrinya hasil penilaian itu kendatipun sudah menggunakan satuan tetap hasilnya tidak selalu sama dari waktu ke waktu.sebab hasil penilaian tidak semata-mata ditentukan oleh alat ukur yang valid,namun juga dipengaruhi oleh keadaan objek yang selalu berkembang, serta keadaan lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan tersebut,apalagi dalam evaluasi pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara langsung sebagaimna dijelaskan diatas.
e. penilaian pendidikan tidak mungkin terhindar dari kesalahan.kesalahan tersebut tidak bisa diakibatkan oleh alat ukur yang kurang valid,atau sikap subjektif penilai,maupun kesalahan dalam penhitungan, keadaan fisik dan psikis peserta didik yang dinilai, sreta situasi tempat pelaksanaan penilaian itu dilakukan.
2.5 Klasifikasi Tujuan pembelajaran
           Kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam melakukan pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran tuntas, sedangkan dalam penilaian menerapkan system penilaian berkelanjutan yang mencakup tiga aspek atau ranah yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik.
           Secara eksplisit ketiga ranah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.setiap mata pelajaran mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda tergantung dari karakteristik masing-masing mata pembelajaran. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut juga mengandung ranah efektif.
           Secara rinci klasifikasi tujuan pembelajaran (yang mengacu pada taksonomi bloom) dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Aspek Kognitif
Aspek kopgnitif menitik beratkan pada proses intelektual peserta didik. Dengan kata lain, aspek kognitif ini mencakup semua tujuan yang bersangkut dengan proses intelektual peserta didik.bloom mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif, mulai dari tingkatan sederhana sampai ketingkatan yang paling kompleks sebagai berikut.tingkatan pertama, pengetahuan (knowledge), merupakan tingkatan terendah, yakni berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat bahan-bahan yang telah dipelajari sebelumnya, mulai dari fakta sampai ke teori yang menyangkut informasi yang bermanfaat, seperti istilah umum, fakta-fakta khusus, metode dan prosedur, konsep dan prinsip. Apa yang diketahui hanyalah sekedar informasi yang dapat di ingat kembali dan sekedar menuntun hafalan.
               Tingkatan kedua, pemahaman (comprehension), yakni kemampuan untuk memahami arti suatu bahan pengetahuan atau ide tanpa perlu melihat seluruh implikasinya, seperti menerjemahkan, menafsirkan, merangkum, membaca grafik.
               Tingkatan ketiga, penerapan (application), yakni mencakup penggunaan abstraksi didalam situasi yang khusus atau kongkrit. Dengan kata lain, kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru yang nyata. Misalnya menrapkan suatu dalil, metode, konsep atau teori kesituasi praktis.
               Tingkatan ke empat, analisis (analysis), kemampuan menguraikan atau merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami dan jelas, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian,mengenali prinsip-prinsip organisasi.seperti bila seorang peserta didik membedakan fakta dari opini dalam artikel.
               Tingkatan ke lima sintesis (synthesis), kemampuan untuk mengkombinasikan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru dan asli, yang menitik beratkan pada tingkah laku kreatifitas dengan cara memformulasikan pola danstruktur baru berdasarkan atas berbagai informasi atau fakta .
Tingkat keenam evaluasi,(evaluation),sebagai tingkatan tertinggi yang berhubungan dengan kemampuan menguraikan perilaku dimana penilaian diadakn terhadap bahan atau metode yang digunakan.kriteria dapat ditentukan oleh  peserta didik sendiri atau orang lain.misalnya menentukan mutu karangan  berdasarkam kriteria yang relah ditetapkan sebelumnya.

2.      Aspek afektif
Berkaitan dengan sikap ,perasaan,emosi nilai-nilai,interest,aspirsi dan penyesesuaian  perasaan social,krathworld mengembangkan aspek ini secara herarki adalah sebagai berikut.
Tingkat pertama, penerimaan (receiving),sebagai tingkatan paling rendah yang berhubungan dengan suatu keadaan sadar,kemauan untuk menerima,perhatian terpilih.,contohnya kegiatan belajar, membaca buku,menulis dan sejenisnya.
Tingkat kedua,merespon (responding),berkaitan dengan penerimaan untuk menanggapi kepada peran serta aktif dalam kegiatan tertenetu.misalnya menyelesaikan pekerjaan rumah, serta mentaati peraturan,mengikuti diskusi kelas,tugas khusus atau membantu pekerjaan orangtua.
Tingkatan ketiga menilai atau menghargai (valving),berkaitan dengan penerimaan terhadap nilai tertentu.misalnya kepercayaan terhadap sesuatu,sikap ilmiah atau kesungguhan kerja untuk melakukan peningkatan kehidupan social,atau apresiasi terhadap sesuatu.
Tingkatan keempat pengorganisasian (organization),merupakan penerimaan indvidu terhadap bermacam-macam nilai yang berbeda-beda dari suatu system nilai tertentu yang sifatnya lebh tinggi. Misalnya menyadari tentang keselarasan antara hak dan kewajiban,memahami dan menerima kelebihan dan kekuranagn diri sendiri,bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dialkukan an menyadari peranan perencanaan dan pemecahan masalah.
Tingkatan kelima,pengakarterisasian dari nilai atau kelompok nilai (characterization by valve complex),meruapakan tingkatan domain efektif tertinggi,tingkatan ini meerupakan kemampuan individu yang memiliki system nilai untuk menyelaraskan perilaku individu sesuai dengan system nilai tertentu.seperti bersikap objektif.
3.      Aspek psikomotor
Aspek ini berhubungan dengan ketrampilan (skill) dalam melakukan sesuatu yang bersifat umum, manual dan motoric, misalnya bermain biola, mengetik dan sejenisnya. Dengan kata lain, kecakapan yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan control jasmaniah. Domain ini mempunyai tingkatan sebagai berikut.
Tingkatan pertama, persepsi (perception), sebagai tingkatan terendah yang berhubungan dengan penggunaan indra dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Seperti mendengarkan suara music dengan tarian tertentu, mengenal kerusakan benda dihubungkan dengan suaranya.
Tingkatan kedua kesiapan (set), berkaitan dengan kesiapan seorang untuk mengerjakan kegiatan tertentu. Kesiapan ini meliputi mental, jasmani atau emosi dalam melakukan tindakan.
Tingkatan ketiga, mekanisme (mechanism), respon fisik yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan. Gerakan ini menunjukkan suatu kemahiran. Seperti menulis halus, kepandaian menari melukis dan sejenisnya.
Tingkatan keempat, respon terbimbang (guided response), berkaitan dengan peniruan seseorang dengan kegiatan tertentu. Misalnya mengikuti, mengulangi, melakukan dan sejenisnya terhadap perbuatan orang lain.
Tingkatan kelima, respon yang kompleks (complex overt response), berhubungan dengan penampilan motoric dengan ketrampilan penuh cepat dengan hasil baik. Seperti kemahiran menyetir mobil.
Tingkatan keenam, penyesuaian (adaption), berkenaan dengan ketrampilan individu yang sudah berkembang sehingga orang yang bersangkutan dapat merubah pola gerakannya dengan situasi baru seperti orang yang bermain bulu tangkis, tenis dan sejenisnya.
Tingkatan ketujuh, penciptaan (origination), sebagai tindakan tertinggi dalam aspek psikomotorik yang menunjukkan penciptaan pada gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Misalnya menciptakan lagu, tari, penciptaan mode dan sejenisnya.
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan

Evaluasi bahasa memiliki pola yang hampir sama dengan modal evaluasi dalam ilmu sosial lainnya. Langkah-langkah kerja evaluasinya dilakukan mulai dari tahapan persiapan sampai pengolahan hasil tes. Yang membedakan adalah pada penajaman pernyataan tes yang disesuaikan dengan tujuan evaluasi.
Permasalahan evaluasi bahasa terbilang cukup kompleks, karena melibatkan berbagai kriteria evaluasi yang memiliki bobot beragam, namun sekaligus memiliki kedekatan skor sehingga memerlukan kajian yang seksama dalam penyususnan kisi-kisinya.
Evaluasi bahasa Indonesia tentu berada pada pola-pola diatas. Evaluasi kosa kata, gaya bahasa, tata bahasa, dan lain-lain memerlukan pembobotan yang argumentatif. dalam tes tulisan, kekomplekan penilaian tidak kalah dibandingkan jenis tes lisan karena banyaknya factor yang perlu dinilai.
 DAFTAR PUSTAKA

Moh Sahlan .2013.Evaluasi Pembelajaran.Jember:Stain Press.
Arikunto,Suharsimi.1984.Evaluasi Pendidikan.Yogyakarta:Bina Aksara
Iskandarwassid,Dadang Sunendar.2013.Strategi Pembelajaran Bahasa.Bandung:PT Remaja Rosdakarya


[1] Evaluasi pembelajaran. Dr.H. Moh. Sahlan, M.Ag Hal.3 STAIN PRESS 2013.
[2] Evaluasi Pembelajaran Dr. H. Moh. Sahlan M.Ag. Hal 4 Stain Press

4 komentar: