Rabu, 29 Juli 2015

Teori humanistik, teori Cybernetic dan teori konstruktivisme



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik.[1]
Teori belajar pada dasarnya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu. Artinya, teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efektif dan efisien. Dengan kata lain, pemahaman guru terhadap teori belajar dan pembelajaran akan membantu guru dalam mengorganisasikan proses pembelajaran dengan lebih baik sehingga siswa dapat belajar dengan lebih optimal.
Dengan demikian, teori belajar dalam aplikasinya sering digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk membantu siswa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teori humanistik?
2.      Bagaimana Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran ?
3.      Apa pengertian teori Cybernetic?
4.      Bagaimana aplikasi teori cybernetic dalam pembelajaran ?
5.      Apa pengertian teori konstruktivisme?
6.      Bagaimana aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran ?
C.    Manfaat
1.      Mengetahui pengertian dari teori humanistik
2.      Mengetahui aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
3.      Mengetahui pengertian dari teori cybernetic
4.      Mengetahui aplikasi teori cybernetic dalam pembelajaran
5.      Mengetahui pengertian dari teori konnstruktivisme
6.      Mengetahui aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran 
 BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian dan Ciri-ciri Teori Humanistik
Teori belajar humanistik memandang bahwa siswa dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila ia telah mampu mengerti dan memahami lingkungan serta dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.[2]
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.[3]
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Dibawah ini beberapa pandangan dari para ahli dalam psikologi tentang teori humanistik :
1.      Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik.
2.      Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.[4] Untuk itu guru harus memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya sis dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya,  seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian.
Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh ausubel (1968) yang disebut belajar bermakna atau meaningful learning. Teori ini juga terwujud dalam teori bloom dan krathwohl dalam bentuk taksonomi bloom. Selain itu, empat pakar lain yang juga termasuk kedalam kubu teori ini adalah kolb, honey dan mumford, serta habermas.
Dibawah ini beberapa pandangan dari para ahli dalam psikologi tentang teori humanistik :
3.      Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik.
4.      Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.[5] Untuk itu guru harus memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya sis dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya,  seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian.
Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh ausubel (1968) yang disebut belajar bermakna atau meaningful learning. Teori ini juga terwujud dalam teori bloom dan krathwohl dalam bentuk taksonomi bloom. Selain itu, empat pakar lain yang juga termasuk kedalam kubu teori ini adalah kolb, honey dan mumford, serta habermas.
5.    Pengertian  dan Ciri-Ciri Teori Konstruktivistik
Teori Konstruktivisme  didefinisikan sebagai  pembelajaran  yang  bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.[6]
Adapun ciri – ciri pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah:
·         Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
·         Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa
·         Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
·         Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
·         Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
·         Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
·         Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
·         Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
·         Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
·         Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses  pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
·         Menekankan bagaimana siswa belajar
·         Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
·         Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
·         Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
·         Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
·         Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
·         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.[7]

6.     Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
a)      Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b)      Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c)      Strategi siswa lebih bernilai, dan
d)     Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
 BAB III
KESIMPULAN
1.      Pengertian dan ciri-ciri teori belajar humanistik
Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Adapun ciri-cirinya adalah
·         Manusia belajar alami
·         Menekankan pada perkembangan positif yaitu berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkannya.
·         Menekankan perasaan, komunikasi terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki siswa.
·         Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
·         Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
·         Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

2.      Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
·         Merumuskan tujuan belajar yang jelas
·         Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
·         Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk belajar atas inisiatif sendiri
·         Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
·         Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
·         Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
·         Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
·         Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik.

3.      Pengertian dan ciri-ciri teori belajar cybernetik
Teori cybernetik adalah teori pembelajaran yang menganggap bahwa belajar merupakan pengolahan informasi. Adapun ciri-ciri teori cybernetic diantaranya adalah :
·         Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
·         Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
·         Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
·         Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
·         Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
·         Kontrol belajar (content control, pace control, display control, dan conscious cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu (prinsip perbedaan individual terlayani).
·         Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja  yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
·         irama masing-masing individu (prinsip perbedaan individual terlayani).
·         Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja  yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
·         Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
·         Menentukan materi pembelajaran.
·         Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran.
·         Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik).
·         Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
·         Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran
4.      Pengertian dan ciri-ciri teori belajar konstruktivistik
Teori Konstruktivistik  didefinisikan sebagai  pembelajaran  yang  bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Adapun ciri-cirinya adalah:
·         Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
·         Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
·         Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
·         Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
·         Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
·         Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
·         Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
·         Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
·         Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
·         Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses  pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
·         Menekankan bagaimana siswa belajar
·         Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
·         Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
·         Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
·         Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
·         Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
·         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.

5.      Pengertian dan ciri-ciri teori belajar konstruktivistik
Teori Konstruktivisme  didefinisikan sebagai  pembelajaran  yang  bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Adapun ciri – ciri pembelajaran menrut teori kontruktivisme adalah:
·         Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
·         Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
·         Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
·         Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
·         Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
·         Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
·         Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
·         Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
·         Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
·         Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses  pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
·         Menekankan bagaimana siswa belajar
·         Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
·         Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
·         Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
·         Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
·         Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
·         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.

6.      Aplikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran
·         Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
·         Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
·         Strategi siswa lebih bernilai, dan
·         Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. 2009.  Psokologi pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Irham, Muhammad dan Novan Ardi Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Uno, B. Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Buah Aksara.
Rumini, Sri. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugihartono, dkk. 2007.  Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.







[1] https://najaciesagitariuskadiri.wordpress.com/2013/04/16/teori-sibernetik/
[2] http://abiavisha.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-humanistik-dan.html
[3] Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007)hlm 117.
[4] Sri Rumini. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007)hlm : 103.
[5] Sri Rumini. Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007)hlm : 103.
[6] http://wiare.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-konstruktivisme.html
[7] Dalyono, Psokologi pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009)hlm 34.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar