Selasa, 28 Juli 2015

Kebersihan Lahir dan Batin



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kebersihan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan dan melaksanakan ibadah antara hubungan manusia dengan Alloh.Bersih didalam Islam dimaksudkan bersih lahir dan batin, demikian juga sehat yang dikehendaki Islam adalah sehat lahir dan batin. Karena dengan bersih yang berada dalam badan dan jiwa maka kita dapat berfikir dengan jernih sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga dapat menghantarkan selamat dunia dan akhirat. Dengan bersih lahir dan batin pulalah akhlak baik akan tercipta dalam diri kita.
Dengan kekuatan Akhlak dapat melahirkan kesejukan dan kedamaian. Tidaklah suatu negara menjadi sempit karena penduduknya,tetapi Akhlak manusialah yang menjadi sempit. Jika Akhlak suatu kaum tidak meluas,maka negeri yang luaspun menjadi sempit baginya (Kalam Hikmah). Dengan Akhlak pula bangsa-bangsa akan tetap hidup selama mereka memiliki Akhlak yang baik. Jika lenyap Akhlak mereka,maka merekapun akan binasa. Alam adalah lingkungan hidup dan sahabat dalam kehidupan. Alam akan bersahabat bila kita :
1.  Memelihara kebersihan,kesehatan,dan keindahan
2.  Menciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman
3.  Memperdayakan potensi alam untuk kemaslahatan
4.  Menghindari perkara yang menyebabkan rusaknya alam
Pemilik akhlak yang mulia ialah Rasulullah seperti firman Allah dalam Qs Al Ahzab ayat 21 :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan Kebersihan Lahir dan Batin?
1.2.2        Apa sajakah penyakit Lahir dan Batin?
1.2.3        Bagaimana cara mengobati penyakit Lahir dan Batin?
1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan kebersihan Lahir dan Batin.
1.3.2        Untuk menjelaskan apa saja yang termasuk dalam penyakit Lahir dan Batin.
1.3.3        Untuk menjelaskan cara mengobati penyakit Lahir dan Batin.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
Rosululloh bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatnya oleh Abi  Hurairoh :
 Artinya :Dari Abi hurairoh aku mendengar rosululloh SAW beresabda : fitrah itu ada lima perkara yaitu : khitan, mencukur rambut sekitar kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut rambut ketiak (HR. Muttafaq Alayh)
Pada hadist di atas Rosulloh mengajarkan kebersihan pada manusia yang sesuai dengan karakter manusia dan menjadi sunah para nabi yaitu yang disebut dengan fitrah yang diciptakan Allah secara fisik telah di bekalkan manusia sejak lahir dan fitrah yang telah disebutkan dalam hadist dan tidak boleh di rubah oleh manusia diantaranya :
a)      Khitan. Khitan adalah wajib bagi laki-laki dan sunah atau sebagai penghormatan bagi perempuan dan khitan hubungannya dengan kesucian karena dengan khilan dapat menghilangkan sisa air kencing yang tertinggal pada kemaluan seorang laki-laki.
b)      Mencukur rambut sekitar kemaluan . Termasuk disunahkan mencabut atau mencukur rambut pada sekitar kemaluan.
c)      Mencukur kumis. Dengan di cukur sehingga bersih dan rapi.
d)     Memotrong kuku. Kuku disunahkan di potong sehingga tidak melebihi daging pada jari-jari.
e)      Mencabut bulu ketiak. Memotong bulu ketiak adalah fitrah atau disunahkan oleh Nabi.[1]
2.2  Penyakit Lahir dan Batin
Dalam menjaga kebersihan lahir dan batin maka kita harus bersih dari penyakit-penyakit lahir maupun penyakit batin. Ada dua macam penyakit yang biasa hadir pada diri manusia yaitu penyakit lahir dan penyakit batin. Jika ada bakteri lahir, virus batin pun ada.
2.2.1                Penyakit Lahir
Penyakit lahir yaitu penyakit hati yang terlihat oleh mata kepala kita dan berupa perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan kita. Seperti:
Ø  Tawuran
Tawuran yaitu perkelahian antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Tawuran sekarang sudah menjadi kebiasaan bagi kaum muda. Tawuran kebanyakan dilakukan oleh pelajar baik SMP maupun SMA. Sebenarnya tawuran itu luapan dari penyakit hati yaitu marah atau tidak terima akan suatu permasalahan yang kemudian diluapkan melelui perbuatan dalam bentuk tawuran.
Ø  Bertengkar
Bertengkar merupakan salah satu pelampiasan antara sesama manusia, yang sering menimbulkan perkelahian dengan adu fisik. Orang dapat bertengkar karena memperebutkan suatu barang atau karena merasa dilecehkan serta mungkin merasa diolok-olok dan sebagainya. Rasulullah melarang agar manusia menjauhi penyakit ini, dalam suatu Hadits Rasulullah bersabda:
من جادلفى خصومة بغير علم لم يزل فى سخط الله حتى ينزع. رواه ابو الذنيا عن ابي هريرة
Artinya:”Barang siapa yang bertengkar tanpa menyadari keburukannya, maka ia berada pada posisi kebencian (kemurkaan) Allah hingga ia berhenti (bertengkar). (H.R. Abu Al-Dun-ya yang bersumber dari Abu Hurairah.)[2]
2.2.2                Penyakit Batin atau penyakit rohani
Dr. Hamzah Ya’cub dalam bukunya “Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu’min” memberikan pengertian tentang penyakit rohani ini sebagai berikut:
1.      Penyakit rohani ialah sifat buruk dan merusak dalam batin manusia yang mengganggu kebahagiaan.
2.      Penyakit rohani adalah sikap mental yang buruk, merusak dan merintangi pribadi memperoleh keridhaan Allah.
3.      Penyakit rohani ialah sifat dan sikap dalam hati yang tidak dirihoi Allah, sifat dan sikap mental yang cenderung mendorong pribadi melakukan perbuatan buruk dan merusak.
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa penyakit rihani ialah adanya sifat dan sikap (budi pekerti) yang buruk dalam rohani seorang manusia, yang mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan terganggunya kebahagiaannya dan terhalangnya dia dari memperoleh keridhaan Allah[3]. Adapun macam-macam penyakit bati yaitu:

a.       Nifak
Menurut bahasa kata nifaq berarti lubang tempat keluarnya yarbu dari sarangnya. Adapun menurut istilah nifak adalah menampakkan islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Orang yang memiliki sifat ini disebut orang yang munafik. Munafik dalam dalam arti populernya ialah orang yang suka berpura-pura atau “lain dimulut lain dihati”. Nifak dibagi menjadi dua yaitu nifak i’tiqadi dan nifak amali.
Nifak i’tiqadi ialah nifak besar yang pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menembunyikan kekufuran dalam hatinya. Jenis nifak ini membuat pelakunya keluar dari agama islam dan abadi dalam neraka. Nifak i’tiqadi ada enam macam, yaitu sebagai berikut:
·         Mendustakan Rasulullah SAW;
·         Mendustakan sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW;
·         Membenci Rasulullah SAW;
·         Membenci sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW;
·         Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah SAW;
·         Membenci kemenangan agama Rasulullah SAW.
Nifak amali yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik tetapi dalam hatinya masih terdapat iman. Nifak jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama islam, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Jika perbuatan nifaknya lebih banyak, hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya ke dalam nifak sesungguhnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
أَرْبَعُمَنْكُنَّفِيْهِكَانَمُنَافِقًاخَالِصًاوَمَنْكَانَفِيْهِخَصْلَةٌمِنْهُنَّكَانَتْفِيْهِخَصْلَةٌمِنَالنِّفَاقِحَتَّىيَدَعَهَاإذاحَدَثَكَذَبَوَإذَاعَاهَدَغَدَرَوَإذَاوَعَدَأخْلَفَوَإذَاخَاصَمَفَجَرَ.{رواهمسلم}
Artinya:
“Ada empat hal yang jika ada pada diri seseorang, ia menjadi seorang munafik sesungguhnya. Jika seseorang memiliki salah satu darinya, berarti ia memiliki satu ciri nifak sampai ia meninggalkannya: (1) jika dipercaya ia berkhianat; (2) jika berbicara ia bohong; (3) jika berjanji ia ingkar; (4) jika bertengkar ia berkata kotor.” {H.R.Muslim}[4]
b.      Riya’
Kata riya’diambil dari kata dasar ar-ru’yah, yang artinya memancing perhatian orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya’ merupakan salah satu sifat tercela yang harus dibuang jauh-jauh dalam jiwa kaum muslim karena riya’ dapat menggugurkan amal ibadah. Riya’ adalah memperhatikan diri sendiri kepada orang lain. Maksudnya beramal bukan karena Allah SWT., tetapi karena manusia. Riya’ ini erat hubungannya dengan sifat takabur.
Orang riya’ beramal bukan ikhlas karena Allah SWT., tetapi semata-mata mengharapkan pujian dari orang lain. Oleh sebab itu, orang riya’ hanya melakukan amal ibadah apabila ada orang lain yang melihatnya.
Sifat riya’ dapat muncul dalam beberapa bentuk kegiatan, diantaranya:
·         Riya’ dalam beribadat;
·         Riya’ dalam berbagai kegiatan;
·         Riya’ dalam berderma atau bersedekah;
·         Riya’ dalam berpakaian.[5]
c.       Sombong
Sombong (takabur) adalah merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
tA$s%urãNà6š/uþÎTqãã÷Š$#ó=ÉftGór&ö/ä3s94¨bÎ)šúïÏ%©!$#tbrçŽÉ9õ3tGó¡oô`tãÎAyŠ$t6Ïãtbqè=äzôuytL©èygy_šúï̍Åz#yŠÇÏÉÈ
Artinya:
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".

الكبربطرالحقوغمطالناس
Artinya: “Takabur itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan orang lain” (H.R.Muslim).[6]

d.      Dengki (Hasad)
Hasad merupakan sikap batin, keadaan hati, atau rasa tidak senang, benci dan antipati terhadap orang lain yang mendapatkan kesenangan, nikmat, memiliki kelebihan darinya. Sebaliknya ia merasa senang jika orang lain mendapatkan kemalangan atau kesengsaraan. Sikap ini termasuk sikap kaum Yahudi yang dibenci Allah (maghdhub).
Hal itu sudah dijelaskan dalam beberapa ayat al-Qur’an:
bÎ)öNä3ó¡|¡øÿsC×puZ|¡ymöNèd÷sÝ¡s?bÎ)uröNä3ö7ÅÁè?×pt¤ÍhŠy(#qãmtøÿtƒ$ygÎ/(bÎ)ur(#rçŽÉ9óÁs?(#qà)­Gs?urŸwöNà2ŽÛØtƒöNèdßøx.$º«øx©3¨bÎ)©!$#$yJÎ/šcqè=yJ÷ètƒÔÝŠÏtèCÇÊËÉÈ
Artinya:
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”[7]

e.       Dusta
Dusta ialah pemberitahuan atau pernyataan tentang sesuatu yang berlainan dengan kejadian atau kenyataan yang sesungguhnyah. Berkata dusta merupakan salah satu ciri kaum munafik, selain mengkhianati kepercayaan dan mengingkari janji.Larangan menjauhi dusta terdapat pada firman Allah Q.S.Al-Hajj:
y7Ï9ºsŒ`tBuröNÏjàyèãƒÏM»tBããm«!$#uqßgsù׎öyz¼ã&©!yYÏã¾ÏmÎn/u3ôM¯=Ïmé&urãNà6s9ãN»yè÷RF{$#žwÎ)$tB4n=÷FãƒöNà6øn=tæ((#qç6Ï^tFô_$$sùš[ô_Íh9$#z`ÏBÇ`»rO÷rF{$#(#qç6Ï^tFô_$#urš^öqs%Ír9$#ÇÌÉÈ
Artinya: "Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah[989] Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. dan telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.[8]



f.       Kikir
Kikir adalah penyakit hati. Sifat kikir ini bersumber dari ketamakan, cinta dunia, atau suka kemegahan. Orang yang terbebas dari sifat kikir termasuk orang beruntung.
Sifat dan sikap kikir ini banyak sekali dibicarakan oleh Al-qur’an dan As-Sunnah, terutama dalam bentuk celaan terhadapnya. Hal ini memberi pengertian, bahwa agama islam sangat anti terhadap sifat dan sikap kikir itu. Al-Qur’an menetapkan, bahwa kejayaan itu baru mau dicapai oleh manusia, apabila jiwa mereka telah terpelihara dari sifat dan sikap kikir itu. Allah berfirman:
tûïÏ%©!$#urrâä§qt7s?u#¤$!$#z`»yJƒM}$#ur`ÏBö/ÅÏ=ö7s%tbq7Ïtäô`tBty_$ydöNÍköŽs9Î)ŸwurtbrßÅgsÎûöNÏdÍrßß¹Zpy_%tn!$£JÏiB(#qè?ré&šcrãÏO÷sãƒur#n?tãöNÍkŦàÿRr&öqs9urtb%x.öNÍkÍ5×p|¹$|Áyz4`tBurs-qャx䩾ÏmÅ¡øÿtRšÍ´¯»s9'ré'sùãNèdšcqßsÎ=øÿßJø9$#ÇÒÈ
Artinya: “dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.[9]
g.      Marah
Marah sesungguhnya nyala api yang bersumber dari api Allah yang menyala dan berkobar-kobar serta menjulang tinggi sampai ke ulu hati. Marah adalah semacam bara api yang berada dalam lubuk jantung. Marah itu disebabkan oleh sifat kecongkakan dan kesombonganyang terpendang dalam kalbu setiap orang yang curang dan durhaka.[10]
h.      Dendam
Dendam merupakan buah dari kemarahan. Kemarahan yang telah meluap-luap dan bergejolak hebat tanpa dapat dilenyapkan seketika, maka kemarahan tersebut akan masuk kedalam batin dan terus bergejolak didalam hati. Dari gejolak dalam hati inilah muncullah dendam.
Dendam adalah keinginan keras untuk membalas perlakuan yang diterimanya atau yang menyebabkan kemarahannya memuncak. Hati orang yang tengah dirasuki dendam ini akan merasa berat serta benci menghadapi dan berusaha menjauh dari orang yang didendami. Perasaan ini terus menerus ada dan tetap sifatnya.
Seorang mukmin tidak memiliki atau berusaha menjauhi sifat dendam. Sesuai dengan sabda Rasulullah:
ألمُؤمِنُ لَيْسَ بِحَقُودٍ
“Orang mukmin itu bukanlah pendendam”.[11]

2.3  Cara Mengobati Penyakit Lahir dan Batin
Ada beberapa metode untuk mengobati penyakit lahir maupun batin diantaranya yaitu:
a)      Penyadaran:
Menurut Dr.S.Gazalba, sadar ialah mengerti dan menghayati. Mengerti terjadi setelah dipelajari dengan baik dan mendalam, sedang penghayatan terjadi setelah diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Karena itu penyadaran berarti memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang suatu, kemudian memberikan tutunan pengamalannya agar dapat diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh, sehingga sesuatu itu disadari.

b)      Waspada (mawas diri)
Waspada artinya selalu memandang diri sendiri didalam setiap gerak geriknya , baik gerak gerik jasmani maupun gerak gerik batin. orang-orang yang waspada  akan selalu mencurahkan pengamatan dan perhatianya kepada dirinya sendiri dalam saat apapun dan dalam melakukan perbuatan apapun. Orang-orang yang seperti itu akan selalu tampak olehnya perbuatan apa yang sedang dilakukanya. Dan karena itu ia tidak akan berani melakukan suatu perbuatan jahat yang bagaimanapun kecilnya. Karena itulah nabi bersabda:
طوبىلمنشغلهعيبهعنعيوبالناس." رواهالبزار"
Artinya: berbahagialah orang yang cacatnya melalaikan dia dari memperhatikan cacat-cacat manusia. (H.R. Bazar).

c)      Tobat
Setiap manusia mesti pernah mengalami/diserang oleh penyakit rohani. Jika seseorang sudah pernah diserang  penyakit rohani, maka pengobatanya haruslah dimulai dengan tobat. Tobat artinya penyesalan atas sifat dan sikap buruk yang kita punyai. Diantaranya yaitu:
Ø  Menyesal atas sifat dan sikap buruk itu
Ø  Membuang segala sifat dan sikap buruk dari diri kita jauh-jauh
Ø  Mengganti sifat dan sikap buruk dengan sifat dan sikap baik
Ø  Jika berhubungan dengan manusia masalah buruknya, maka meminta maaf kepada orang yang telah kita dholimi.
Ø  Kemudian mengganti segala kerugian yang ditimbulkan oleh sifat dan sikap buruk.
d)     Membetulkan iman dan memperbanyak amal soleh.
Iman yang betul menurut islam ialah keyakinan yang mantap dalam hati, diucapkan dengan lidah dan diamalkan dengan anggota badan. Jadi memperbanyak amal soleh adalah salah satu metode pengobatan penyakit rohani. Kalau keduanya sudah baik, Allah menyatakan bahwa kebahagiaan pasti diperoleh baik lahir batin maupun dunia akhirat. Seperti firman Allah dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 29:
šúïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãurÏM»ysÎ=»¢Á9$#4n1qèÛóOßgs9ß`ó¡ãmur5>$t«tBÇËÒÈ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”.

e)      Berdo’a
Berdo’a artinya memohon sesuatu kepada Allah dengan cara menyatakan kerendahan diri dan ketundukan kepadaNya. Islam mengharuskan kita berdo’a kepada Allah karena:
Ø  Manusia makhuk yang lemah
Ø  Manusia makhluk yang hanya punya ilmu sedikit
Ø  Segala usaha manusia, ketentuan akhirnya adalah di tangan Allah.
Allah hanya menerima do’a orang-orang yang mematuhi perintahNya sebagaimana fiman Allah:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".[12]
f)       Menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik
Budi pekerti yang buruk, seperti telah kita ungkapkan di atas, adalah penyakit rohani. Karena itu budi pekerti yang baik adalah menyehatkan rohani. Budi pekerti yang baik yaitu:
Ø  Selalu berkata atau berbuat yang benar atau jujur.
Ø  Selalu berkata baik atau lemah lembut.
Ø  Selalu bekerja dengan sungguh-sungguh, rajin, ulet, dan tekun.
Ø  Selalu bekerja dengan ikhlas.
Ø  Pemaaf
Ø  Suka menolong/dermawan dan Pandai bersyukur.
Ø  Sabar/tabah.
Ø Malu berbuat yang kurang baik.
Ø Tawakkal dan Zuhud.
Ø Selalu ingat tuhan dan ingat mati.
Ø Selalu mengoreksi diri.
Ø Berani dalam kebenaran.
Ø Merasa cukup dengan apa yang ada.
Ø Mencintai sesama manusia.
Ø Pandai menghormati/menghargai orang lain.
Ø Berbakti kepada orang tua serta takwa kepada Allah.

g)      Sabar
Sabar yaitu tabah menahan hawa nafsu, sehingga ia tidak tersalur pada hal-hal yang buruk dan menahan segala macam musibah yag menimpa diri. Sabar dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Ø  Sabar dari maksiat,artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kesabaran dalam menahan hawa nafsu. Allah berfirman:
53. dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Ø  Sabar karena taat kepada Allah SWT artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangaNya dengan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepadaNya. Allah berfirman:
120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
Ø  Sabar karena musibah artinya sabar ketika di timpa kemalangan dan ujian, serta cobaan dari Allah. Allah berfirman
155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.[13]

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Kebersihan lahir dan batin sangat penting bagi manusia. Bersih lahir dan batin yaitu bersih dari penyakit. Ada dua macam penyakit yang biasa hadir pada diri manusia yaitu penyakit lahir dan penyakit batin. Jika ada bakteri lahir, virus batin pun ada.
Ø  Penyakit lahir
·         Tawuran
·         Bertengkar
Ø  Penyakit batin
·         Nifak
·         Riya’
·         Sombong
·         Dengki
·         Dusta
·         Kikir
·         Marah
·         Dendam
Jika ada macam penyakit pasti ada cara pengobatannya, cara mengobati penyakit hati yaitu:
Ø  Penyadaran
Ø  Waspada(Mawas diri)
Ø  Tobat
Ø  Membetulkan iman dan memperbanyak amal sholeh
Ø  Berdo’a
Ø  Menghias diri dengan budu pekerti yang baik
Ø  Sabar
 DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam.2003. Manajemen Qalbu. Yogyakarta: Harapan Utama (HARUM).
Anwar, Rosihon.2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Mahjuddin.2000.Pendidikan Hati kajian Tasawuf amali.Jakarta: Kalam Mulia.
Mas’ud, Ali.2012. Akhlak Tasawuf.  Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya.
Zaini, Syahminan.1994. Penyakit Rohani dan Pengobatannya. Surabaya:Al-Ikhlas.
http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kebersihan-dalam-islam.



[1]http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kebersihan-dalam-islam.

[2]Mahjuddin, Pendidikan Hati kajian Tasawuf amali, Jakarta: Kalam Mulia, hal.31.
[3]Syahminan Zaini, Penyakit Rohani dan Pengobatannya, Surabaya:Al-Ikhlas, hal.29-30
[4] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, hal.128
[5] Ibid, hal.137-139
[6] Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya, hal.83-84.
[7] Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya, hal.76-78.
[8] Ibid, hal.81-82.
[9] Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya, hal.79-80.
[10] Imam Al-Ghazali, Manajemen Qalbu, Yogyakarta: Harapan Utama (HARUM), hal.309
[11] Ibid, hal.347.
[12] Syahminan Zaini, Penyakit Rohani dan Pengobatannya, Surabaya:Al-Ikhlas, hal.124.
[13] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, hal.96-98.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar