BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebersihan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam kehidupan dan melaksanakan ibadah antara hubungan manusia dengan
Alloh.Bersih didalam Islam dimaksudkan bersih lahir dan batin, demikian juga
sehat yang dikehendaki Islam adalah sehat lahir dan batin. Karena dengan bersih
yang berada dalam badan dan jiwa maka kita dapat berfikir dengan jernih
sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga dapat
menghantarkan selamat dunia dan akhirat. Dengan bersih lahir dan batin pulalah
akhlak baik akan tercipta dalam diri kita.
Dengan kekuatan Akhlak dapat melahirkan kesejukan dan
kedamaian. Tidaklah suatu negara menjadi sempit karena penduduknya,tetapi
Akhlak manusialah yang menjadi sempit. Jika Akhlak suatu kaum tidak meluas,maka
negeri yang luaspun menjadi sempit baginya (Kalam Hikmah). Dengan Akhlak pula
bangsa-bangsa akan tetap hidup selama mereka memiliki Akhlak yang baik. Jika
lenyap Akhlak mereka,maka merekapun akan binasa. Alam adalah lingkungan hidup
dan sahabat dalam kehidupan. Alam akan bersahabat bila kita :
1. Memelihara kebersihan,kesehatan,dan keindahan
2. Menciptakan lingkungan yang sejuk dan nyaman
3. Memperdayakan potensi alam untuk kemaslahatan
4. Menghindari perkara yang menyebabkan rusaknya alam
Pemilik
akhlak yang mulia ialah Rasulullah seperti firman Allah dalam Qs Al Ahzab ayat
21 :
“ Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.”
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan Kebersihan Lahir dan Batin?
1.2.2
Apa sajakah penyakit Lahir dan Batin?
1.2.3
Bagaimana cara mengobati penyakit Lahir dan Batin?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan
kebersihan Lahir dan Batin.
1.3.2
Untuk menjelaskan apa saja yang termasuk dalam penyakit Lahir dan Batin.
1.3.3
Untuk menjelaskan cara mengobati penyakit Lahir dan Batin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Rosululloh bersabda dalam sebuah hadist yang
diriwayatnya oleh Abi Hurairoh :
Artinya :Dari Abi hurairoh aku mendengar
rosululloh SAW beresabda : fitrah itu ada lima perkara yaitu : khitan, mencukur
rambut sekitar kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut rambut
ketiak (HR. Muttafaq Alayh)
Pada hadist di atas Rosulloh mengajarkan kebersihan
pada manusia yang sesuai dengan karakter manusia dan menjadi sunah para nabi
yaitu yang disebut dengan fitrah yang diciptakan Allah secara fisik telah di
bekalkan manusia sejak lahir dan fitrah yang telah disebutkan dalam hadist dan
tidak boleh di rubah oleh manusia diantaranya :
a)
Khitan.
Khitan adalah wajib bagi laki-laki dan sunah atau sebagai penghormatan bagi
perempuan dan khitan hubungannya dengan kesucian karena dengan khilan dapat
menghilangkan sisa air kencing yang tertinggal pada kemaluan seorang laki-laki.
b)
Mencukur
rambut sekitar kemaluan . Termasuk disunahkan mencabut atau mencukur rambut
pada sekitar kemaluan.
c)
Mencukur
kumis. Dengan di cukur sehingga bersih dan rapi.
d)
Memotrong
kuku. Kuku disunahkan di potong sehingga tidak melebihi daging pada jari-jari.
e)
Mencabut
bulu ketiak. Memotong bulu ketiak adalah fitrah atau disunahkan oleh Nabi.[1]
2.2
Penyakit Lahir dan Batin
Dalam
menjaga kebersihan lahir dan batin maka kita harus bersih dari
penyakit-penyakit lahir maupun penyakit batin. Ada dua macam penyakit yang biasa hadir pada diri manusia yaitu penyakit
lahir dan penyakit batin. Jika ada bakteri lahir, virus batin pun ada.
2.2.1
Penyakit Lahir
Penyakit lahir
yaitu penyakit hati yang terlihat oleh mata kepala kita dan berupa perbuatan
yang dilakukan oleh anggota badan kita. Seperti:
Ø Tawuran
Tawuran
yaitu perkelahian antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Tawuran
sekarang sudah menjadi kebiasaan bagi kaum muda. Tawuran kebanyakan dilakukan
oleh pelajar baik SMP maupun SMA. Sebenarnya tawuran itu luapan dari penyakit
hati yaitu marah atau tidak terima akan suatu permasalahan yang kemudian
diluapkan melelui perbuatan dalam bentuk tawuran.
Ø Bertengkar
Bertengkar
merupakan salah satu pelampiasan antara sesama manusia, yang sering menimbulkan
perkelahian dengan adu fisik. Orang dapat bertengkar karena memperebutkan suatu
barang atau karena merasa dilecehkan serta mungkin merasa diolok-olok dan
sebagainya. Rasulullah melarang agar manusia menjauhi penyakit ini, dalam suatu
Hadits Rasulullah bersabda:
من جادلفى خصومة بغير علم لم يزل فى سخط الله حتى
ينزع. رواه ابو الذنيا عن ابي هريرة
Artinya:”Barang siapa yang bertengkar tanpa menyadari keburukannya, maka ia berada pada posisi kebencian (kemurkaan)
Allah hingga ia berhenti (bertengkar). (H.R. Abu Al-Dun-ya yang bersumber dari
Abu Hurairah.)[2]
2.2.2
Penyakit Batin atau penyakit rohani
Dr.
Hamzah Ya’cub dalam bukunya “Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu’min”
memberikan pengertian tentang penyakit rohani ini sebagai berikut:
1.
Penyakit rohani ialah sifat buruk dan merusak dalam batin manusia
yang mengganggu kebahagiaan.
2.
Penyakit rohani adalah sikap mental yang buruk, merusak dan
merintangi pribadi memperoleh keridhaan Allah.
3.
Penyakit rohani ialah sifat dan sikap dalam hati yang tidak dirihoi
Allah, sifat dan sikap mental yang cenderung mendorong pribadi melakukan
perbuatan buruk dan merusak.
Secara
singkat dapat dikatakan, bahwa penyakit rihani ialah adanya sifat dan sikap
(budi pekerti) yang buruk dalam rohani seorang manusia, yang mendorongnya untuk
berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan terganggunya kebahagiaannya dan
terhalangnya dia dari memperoleh keridhaan Allah[3].
Adapun macam-macam penyakit bati yaitu:
a.
Nifak
Menurut
bahasa kata nifaq berarti lubang tempat keluarnya yarbu dari sarangnya. Adapun
menurut istilah nifak adalah menampakkan islam dan kebaikan, tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Orang yang memiliki sifat ini disebut
orang yang munafik. Munafik dalam dalam arti populernya ialah orang yang suka
berpura-pura atau “lain dimulut lain dihati”. Nifak dibagi menjadi dua yaitu nifak
i’tiqadi dan nifak amali.
Nifak
i’tiqadi ialah nifak besar yang pelakunya menampakkan keislaman, tetapi
menembunyikan kekufuran dalam hatinya. Jenis nifak ini membuat pelakunya keluar
dari agama islam dan abadi dalam neraka. Nifak i’tiqadi ada enam macam, yaitu
sebagai berikut:
·
Mendustakan Rasulullah SAW;
·
Mendustakan sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW;
·
Membenci Rasulullah SAW;
·
Membenci sebagian apa yang dibawa Rasulullah SAW;
·
Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah SAW;
·
Membenci kemenangan agama Rasulullah SAW.
Nifak
amali yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik
tetapi dalam hatinya masih terdapat iman. Nifak jenis ini tidak mengeluarkannya
dari agama islam, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian.
Jika perbuatan nifaknya lebih banyak, hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya
ke dalam nifak sesungguhnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
أَرْبَعُمَنْكُنَّفِيْهِكَانَمُنَافِقًاخَالِصًاوَمَنْكَانَفِيْهِخَصْلَةٌمِنْهُنَّكَانَتْفِيْهِخَصْلَةٌمِنَالنِّفَاقِحَتَّىيَدَعَهَاإذاحَدَثَكَذَبَوَإذَاعَاهَدَغَدَرَوَإذَاوَعَدَأخْلَفَوَإذَاخَاصَمَفَجَرَ.{رواهمسلم}
Artinya:
“Ada empat hal yang jika ada pada diri
seseorang, ia menjadi seorang munafik sesungguhnya. Jika seseorang memiliki
salah satu darinya, berarti ia memiliki satu ciri nifak sampai ia
meninggalkannya: (1) jika dipercaya ia berkhianat; (2) jika berbicara ia bohong;
(3) jika berjanji ia ingkar; (4) jika bertengkar ia berkata kotor.”
{H.R.Muslim}[4]
b.
Riya’
Kata
riya’diambil dari kata dasar ar-ru’yah, yang artinya memancing perhatian
orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya’ merupakan salah satu sifat
tercela yang harus dibuang jauh-jauh dalam jiwa kaum muslim karena riya’ dapat
menggugurkan amal ibadah. Riya’ adalah memperhatikan diri sendiri kepada orang
lain. Maksudnya beramal bukan karena Allah SWT., tetapi karena manusia. Riya’
ini erat hubungannya dengan sifat takabur.
Orang
riya’ beramal bukan ikhlas karena Allah SWT., tetapi semata-mata mengharapkan
pujian dari orang lain. Oleh sebab itu, orang riya’ hanya melakukan amal ibadah
apabila ada orang lain yang melihatnya.
Sifat
riya’ dapat muncul dalam beberapa bentuk kegiatan, diantaranya:
·
Riya’ dalam beribadat;
·
Riya’ dalam berbagai kegiatan;
·
Riya’ dalam berderma atau bersedekah;
·
Riya’ dalam berpakaian.[5]
c.
Sombong
Sombong
(takabur) adalah merasa bangga pada diri sendiri, merasa paling baik atau
paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran dan
merendahkan orang lain.
tA$s%urãNà6/uþÎTqãã÷$#ó=ÉftGór&ö/ä3s94¨bÎ)úïÏ%©!$#tbrçÉ9õ3tGó¡oô`tãÎAy$t6Ïãtbqè=äzôuytL©èygy_úïÌÅz#yÇÏÉÈ
Artinya:
Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
الكبربطرالحقوغمطالناس
Artinya: “Takabur itu ialah menolak kebenaran dan
menghinakan orang lain” (H.R.Muslim).[6]
d.
Dengki (Hasad)
Hasad
merupakan sikap batin, keadaan hati, atau rasa tidak senang, benci dan antipati
terhadap orang lain yang mendapatkan kesenangan, nikmat, memiliki kelebihan
darinya. Sebaliknya ia merasa senang jika orang lain mendapatkan kemalangan
atau kesengsaraan. Sikap ini termasuk sikap kaum Yahudi yang dibenci Allah (maghdhub).
Hal itu sudah
dijelaskan dalam beberapa ayat al-Qur’an:
bÎ)öNä3ó¡|¡øÿsC×puZ|¡ymöNèd÷sÝ¡s?bÎ)uröNä3ö7ÅÁè?×pt¤Íhy(#qãmtøÿt$ygÎ/(bÎ)ur(#rçÉ9óÁs?(#qà)Gs?urwöNà2ÛØtöNèdßøx.$º«øx©3¨bÎ)©!$#$yJÎ/cqè=yJ÷ètÔÝÏtèCÇÊËÉÈ
Artinya:
“Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”[7]
e.
Dusta
Dusta
ialah pemberitahuan atau pernyataan tentang sesuatu yang berlainan dengan
kejadian atau kenyataan yang sesungguhnyah. Berkata dusta merupakan salah satu
ciri kaum munafik, selain mengkhianati kepercayaan dan mengingkari janji.Larangan
menjauhi dusta terdapat pada firman Allah Q.S.Al-Hajj:
y7Ï9ºs`tBuröNÏjàyèãÏM»tBããm«!$#uqßgsù×öyz¼ã&©!yYÏã¾ÏmÎn/u3ôM¯=Ïmé&urãNà6s9ãN»yè÷RF{$#wÎ)$tB4n=÷FãöNà6øn=tæ((#qç6Ï^tFô_$$sù[ô_Íh9$#z`ÏBÇ`»rO÷rF{$#(#qç6Ï^tFô_$#ur^öqs%Ír9$#ÇÌÉÈ
Artinya:
"Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah[989] Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Tuhannya. dan telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu keharamannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang
najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.[8]
f.
Kikir
Kikir
adalah penyakit hati. Sifat kikir ini bersumber dari ketamakan, cinta dunia,
atau suka kemegahan. Orang yang terbebas dari sifat kikir termasuk orang
beruntung.
Sifat
dan sikap kikir ini banyak sekali dibicarakan oleh Al-qur’an dan As-Sunnah,
terutama dalam bentuk celaan terhadapnya. Hal ini memberi pengertian, bahwa
agama islam sangat anti terhadap sifat dan sikap kikir itu. Al-Qur’an
menetapkan, bahwa kejayaan itu baru mau dicapai oleh manusia, apabila jiwa
mereka telah terpelihara dari sifat dan sikap kikir itu. Allah berfirman:
tûïÏ%©!$#urrâä§qt7s?u#¤$!$#z`»yJM}$#ur`ÏBö/ÅÏ=ö7s%tbq7Ïtäô`tBty_$ydöNÍkös9Î)wurtbrßÅgsÎûöNÏdÍrßß¹Zpy_%tn!$£JÏiB(#qè?ré&crãÏO÷sãur#n?tãöNÍkŦàÿRr&öqs9urtb%x.öNÍkÍ5×p|¹$|Áyz4`tBurs-qã£x䩾ÏmÅ¡øÿtRÍ´¯»s9'ré'sùãNèdcqßsÎ=øÿßJø9$#ÇÒÈ
Artinya:
“dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.[9]
g.
Marah
Marah
sesungguhnya nyala api yang bersumber dari api Allah yang menyala dan
berkobar-kobar serta menjulang tinggi sampai ke ulu hati. Marah adalah semacam
bara api yang berada dalam lubuk jantung. Marah itu disebabkan oleh sifat
kecongkakan dan kesombonganyang terpendang dalam kalbu setiap orang yang curang
dan durhaka.[10]
h.
Dendam
Dendam
merupakan buah dari kemarahan. Kemarahan yang telah meluap-luap dan bergejolak
hebat tanpa dapat dilenyapkan seketika, maka kemarahan tersebut akan masuk
kedalam batin dan terus bergejolak didalam hati. Dari gejolak dalam hati inilah
muncullah dendam.
Dendam
adalah keinginan keras untuk membalas perlakuan yang diterimanya atau yang
menyebabkan kemarahannya memuncak. Hati orang yang tengah dirasuki dendam ini
akan merasa berat serta benci menghadapi dan berusaha menjauh dari orang yang
didendami. Perasaan ini terus menerus ada dan tetap sifatnya.
Seorang mukmin
tidak memiliki atau berusaha menjauhi sifat dendam. Sesuai dengan sabda
Rasulullah:
ألمُؤمِنُ لَيْسَ بِحَقُودٍ
“Orang mukmin itu bukanlah pendendam”.[11]
2.3
Cara Mengobati Penyakit Lahir dan Batin
Ada beberapa
metode untuk mengobati penyakit lahir maupun batin diantaranya yaitu:
a)
Penyadaran:
Menurut
Dr.S.Gazalba, sadar ialah mengerti dan menghayati. Mengerti terjadi setelah
dipelajari dengan baik dan mendalam, sedang penghayatan terjadi setelah
diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Karena itu penyadaran berarti
memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang suatu, kemudian memberikan
tutunan pengamalannya agar dapat diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh,
sehingga sesuatu itu disadari.
b)
Waspada (mawas diri)
Waspada
artinya selalu memandang diri sendiri didalam setiap gerak geriknya , baik
gerak gerik jasmani maupun gerak gerik batin. orang-orang yang waspada akan selalu mencurahkan pengamatan dan
perhatianya kepada dirinya sendiri dalam saat apapun dan dalam melakukan
perbuatan apapun. Orang-orang yang seperti itu akan selalu tampak olehnya
perbuatan apa yang sedang dilakukanya. Dan karena itu ia tidak akan berani
melakukan suatu perbuatan jahat yang bagaimanapun kecilnya. Karena itulah nabi
bersabda:
طوبىلمنشغلهعيبهعنعيوبالناس." رواهالبزار"
Artinya: berbahagialah orang yang cacatnya melalaikan dia dari memperhatikan
cacat-cacat manusia. (H.R. Bazar).
c)
Tobat
Setiap
manusia mesti pernah mengalami/diserang oleh penyakit rohani. Jika seseorang
sudah pernah diserang penyakit rohani,
maka pengobatanya haruslah dimulai dengan tobat. Tobat artinya penyesalan atas
sifat dan sikap buruk yang kita punyai. Diantaranya yaitu:
Ø Menyesal atas
sifat dan sikap buruk itu
Ø Membuang segala
sifat dan sikap buruk dari diri kita jauh-jauh
Ø Mengganti sifat
dan sikap buruk dengan sifat dan sikap baik
Ø Jika
berhubungan dengan manusia masalah buruknya, maka meminta maaf kepada orang
yang telah kita dholimi.
Ø Kemudian
mengganti segala kerugian yang ditimbulkan oleh sifat dan sikap buruk.
d)
Membetulkan iman dan memperbanyak amal soleh.
Iman
yang betul menurut islam ialah keyakinan yang mantap dalam hati, diucapkan
dengan lidah dan diamalkan dengan anggota badan. Jadi memperbanyak amal soleh
adalah salah satu metode pengobatan penyakit rohani. Kalau keduanya sudah baik,
Allah menyatakan bahwa kebahagiaan pasti diperoleh baik lahir batin maupun
dunia akhirat. Seperti firman Allah dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 29:
úïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãurÏM»ysÎ=»¢Á9$#4n1qèÛóOßgs9ß`ó¡ãmur5>$t«tBÇËÒÈ
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik”.
e)
Berdo’a
Berdo’a
artinya memohon sesuatu kepada Allah dengan cara menyatakan kerendahan diri dan
ketundukan kepadaNya. Islam mengharuskan kita berdo’a kepada Allah karena:
Ø Manusia makhuk
yang lemah
Ø Manusia makhluk
yang hanya punya ilmu sedikit
Ø Segala usaha
manusia, ketentuan akhirnya adalah di tangan Allah.
Allah hanya menerima do’a orang-orang yang mematuhi perintahNya
sebagaimana fiman Allah:
Ceritakanlah kepada
mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata
(Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya
Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".[12]
f)
Menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik
Budi
pekerti yang buruk, seperti telah kita ungkapkan di atas, adalah penyakit
rohani. Karena itu budi pekerti yang baik adalah menyehatkan rohani. Budi
pekerti yang baik yaitu:
Ø Selalu berkata
atau berbuat yang benar atau jujur.
Ø Selalu berkata
baik atau lemah lembut.
Ø Selalu bekerja
dengan sungguh-sungguh, rajin, ulet, dan tekun.
Ø Selalu bekerja
dengan ikhlas.
Ø Pemaaf
Ø Suka
menolong/dermawan dan Pandai bersyukur.
Ø Sabar/tabah.
Ø Malu berbuat
yang kurang baik.
Ø Tawakkal dan Zuhud.
Ø Selalu ingat
tuhan dan ingat mati.
Ø Selalu
mengoreksi diri.
Ø Berani dalam
kebenaran.
Ø Merasa cukup
dengan apa yang ada.
Ø Mencintai
sesama manusia.
Ø Pandai
menghormati/menghargai orang lain.
Ø Berbakti kepada
orang tua serta takwa kepada Allah.
g)
Sabar
Sabar
yaitu tabah menahan hawa nafsu, sehingga ia tidak tersalur pada hal-hal yang
buruk dan menahan segala macam musibah yag menimpa diri. Sabar dibagi menjadi
tiga macam yaitu:
Ø Sabar dari
maksiat,artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang
agama. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kesabaran dalam menahan hawa nafsu.
Allah berfirman:
53. dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Ø Sabar karena
taat kepada Allah SWT artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi segala larangaNya dengan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepadaNya.
Allah berfirman:
120. jika kamu memperoleh
kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana,
mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya
mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
Ø Sabar karena
musibah artinya sabar ketika di timpa kemalangan dan ujian, serta cobaan dari
Allah. Allah berfirman
155. dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.
156.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
157.
mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.[13]
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kebersihan
lahir dan batin sangat penting bagi manusia. Bersih lahir dan batin yaitu
bersih dari penyakit. Ada dua macam penyakit yang biasa hadir pada diri manusia
yaitu penyakit lahir dan penyakit batin. Jika ada bakteri lahir, virus batin
pun ada.
Ø Penyakit lahir
·
Tawuran
·
Bertengkar
Ø Penyakit batin
·
Nifak
·
Riya’
·
Sombong
·
Dengki
·
Dusta
·
Kikir
·
Marah
·
Dendam
Jika
ada macam penyakit pasti ada cara pengobatannya, cara mengobati penyakit hati
yaitu:
Ø Penyadaran
Ø Waspada(Mawas
diri)
Ø Tobat
Ø Membetulkan
iman dan memperbanyak amal sholeh
Ø Berdo’a
Ø Menghias diri
dengan budu pekerti yang baik
Ø Sabar
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali,
Imam.2003. Manajemen Qalbu. Yogyakarta: Harapan Utama (HARUM).
Anwar,
Rosihon.2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Mahjuddin.2000.Pendidikan
Hati kajian Tasawuf amali.Jakarta: Kalam Mulia.
Mas’ud,
Ali.2012. Akhlak Tasawuf. Sidoarjo:
Dwi Pustaka Jaya.
Zaini,
Syahminan.1994. Penyakit Rohani dan Pengobatannya. Surabaya:Al-Ikhlas.
http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kebersihan-dalam-islam.
[1]http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kebersihan-dalam-islam.
[2]Mahjuddin, Pendidikan Hati kajian Tasawuf amali, Jakarta: Kalam
Mulia, hal.31.
[3]Syahminan Zaini, Penyakit Rohani dan Pengobatannya, Surabaya:Al-Ikhlas,
hal.29-30
[4] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, hal.128
[5] Ibid, hal.137-139
[6] Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya, hal.83-84.
[7] Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya,
hal.76-78.
[8] Ibid, hal.81-82.
[9] Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Sidoarjo: Dwi Pustaka Jaya,
hal.79-80.
[10] Imam Al-Ghazali, Manajemen Qalbu, Yogyakarta: Harapan Utama
(HARUM), hal.309
[11] Ibid, hal.347.
[12] Syahminan Zaini, Penyakit Rohani dan Pengobatannya, Surabaya:Al-Ikhlas,
hal.124.
[13] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia,
hal.96-98.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar