BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
yang selalu menjadi perdebatan para ahli baik ahli pendidikan, psikologi,
biologi, maupun ahli sosial adalah hal yang menyangkut pembawaan dan lingkungan
yang mempengaruhi anak dalam pendidikan. Apakah perilaku yang ditampilkan oleh
seorang anak itu merupakan pembawaan dari orang tuanya atau pengaruh dimana
lingkungan itu berada.
Banyak
kasus yang terjadi pada anak seperti anak memiliki kebiasaan mencuri
barang-barang teman atau orang lain. Setelah diamati ternyata orang tuanya
terkenal biasa mencuri, hal ini apakah sifat mencuri anak tersebut merupakan
keturunan atau pembawaan atau karena meniru kebiasaan mencuri dari lingkungan,
tentunya butuh pengkajian yang teliti dan mendalam.
Untuk
mempermudah memahaminya akan dibahas masing-masing konsep tentang pembawaan dan
lingkungan dalam pendidikan .
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan pembawaan?
2.
Apa yang dimaksud dengan lingkungan?
3.
Bagaimana pembawaan dan lingkungan dalam pendidikan?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan tentang pembawaan.
2. Menjelaskan tentang lingkungan.
3. Menjelaskan pembawaan dan lingkugan
dalam pendidikan.
D.
Manfa’at
1. Mengetahui tentang pembawaan dalam
pendidikan.
2. Mengetahui tentang lingkungan dalam
pendidikan.
3. Mengetahui tentang pembawaan dan
lingkugan dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembawaan
Pembawaan ialah
seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat dalam suatu
individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan
(direalisasikan).[1]
Pembawaan tersebut
berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga
yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan
berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik.
Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat
adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Pembawaan yang
bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri, yang satu terlepas dari yang
lain. Seluruh pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan
keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan,
mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan
dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri,
tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah
yang mungkin terjadi pada seseorang.
Demikianlah, kita dapat
mengatakan bahwa anak atau manusia itu sejak dilahirkan telah mempunyai
kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi untuk berkata-kata dan lain-lain.
Kesanggupan-kesanggupan
itu sendiri sebenarnya sudah ada dalam pembawaan, tidak dapat amat-amati. Hanya
dengan memperhatikan prestasi-prestasi, bentuk-bentuk wataknya, dan tingkah
laku suatu individu sajalah kita dapat mengambil kesimpulan tentang suatu
pembawaan tertentu yang ada pada individu itu.
Itulah sebabnya
maka dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang mengartikan pembawaan itu
ialah kesanggupan-kesanggupan untuk mencapai prestasi yang tinggi(actual ability)
saja. Seorang anak dikatakan mempunyai pembawaan ilmu pasti, jika ia telah
menunjukkan kesanggupan-kesanggupan yang nyata dalam ilmu pasti dan melebihi
anak-anak yang lain. Kemampuan khusus yang sampai mencapai prestasi
yang tinggi biasa disebut berbakat atau bakat khusus. Sehingga ada yang dinamai
bakat matematika, bakat seni, bakat menggambar dan seterusnya semua itu mengacu
pada kemampuan yang paling tinggi atau mencapai prestasi yang tinggi.[2]
Pembawaan atau
bakatnya terkandung dalam sel benih(kiemcel) yaitu keseluruhan kemungkinan yang
tertentu oleh keturunan. Inilah yang dalam arti terbatas kita namakan
pembawaan(aanleg).
Struktur Pembawaan
Disamping kita memahami bahwa pembawaan yang
bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat
dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari
potential ability menjadi actual ability), kita hendaklah selalu ingat bahwa
sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti : potensi untuk
belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan
struktur pembawaan anak-anak.
Perlu
pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut :
1) Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan
jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya,
intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang
khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2) Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam
perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan
mengenai ras.
3) Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan
jenis kelamin masing-masing.
4) Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang
sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual
(pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah
pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
B.
Lingkungan
Lingkungan
dalam pengertian umum, berarti situasi di sekitar kita. Dalam lapangan
pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali yaitu segala sesuatu yang berada di
luar diri anak, dalam alam semesta ini.
Lingkungan ini
mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara
lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbah balik, artinya lingkungan
mempengaruhu manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan di
sekitarnya.
Lingkungan
tempat anak mendapatkan pendidikan disebut dengan lingkungan pendidikan. Agar
tidak menimbulkan salah pengertian, lingkungan sering pula disebut sebagai
faktor dalam. Lingkungan sering pula disebut dengan milieu, envioronment.[3]
Secara umum
fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Lingkungan sekitar dalam konteks pendidikan
yang dikutip dari Ngalim membagi lingkungan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) lingkungan
alam atau luar (external or physical environment), ialah segala sesuatu
yang ada di dunia ini, selain manusia.
2) lingkungan
dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah masuk ke
dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, misalnya
makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
3) lingkungan social (social environment), ialah
semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
C. Pembawaan dan Lingkungan dalam Pendidikan
Teori-teori Pembawaan dan Lingkungan dalam Pendidikan
1.Empirisme
Empirisme
adalah suatu aliran atau paham yang menganggap bahwa segala kecakapan dan
pengetahuan manusia timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui indera,
Menurut penganut aliran ini, pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan
sehari-hari terdiri dari stimulan-stimulan dari alam bebas dan yang diciptakan
oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Jadi, yang menentukan
perkembangan anak (manusia) adalah semata mata faktor eksternal (lingkungan).
John Locke
(1632-1714 M), salah seorang tokoh aliran emprisme, terkenal dengan Teori
Tabularasanya. Menurut teori ini, anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan
sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid
of all characters). Artinya bahwa anak sejak lahir tidak mempunyai pembawaan
apa-apa (netral), tidak punya kecenderungan untuk menjadi baik atau menjadi
buruk. Dengan demikian anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Dengan kata
lain, hanya pendidikan (atau lingkungan) yang berperan atas pembentukan anak.[4]
Pengaruh aliran
ini tampak juga pada salah satu mazhab psikologi yang disebut sebagai
behaviorisme (aliran tingkah laku). Para tokoh aliran ini, seperti Thorndike,
I. Pavlov, J.B. Watson, dan F. Skinner berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku.
Mereka memandang manusia sebagaimakhluk reaktif (tidak aktif). Manusia hanyalah
objek, benda hidup yang hanya dapat memberi respons kepada perangsang yang
berasal dari lingkungannya. Jadi dalam hubungannya dengan lingkungan, seseorang
hanya dapat bersifat autoplastis, tidak dapat bersifat alloplastis.
Dengan demikian empirisme berpandangan bahwa
pendidik memegang peranan yang sangat menentukan dalam proses pendidikan.
Pendidiklah yang menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak didik dan akan
diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Kemudian dari
pengalaman-pengalaman akan dapat terbentuk susunan kebiasaan yang membentuk
pribadi seseorang.
2.Nativisme
Sebagai reaksi
terhadap empirisme, muncul nativisme. Istilah nativisme berasal dari kata
nativus (latin) yang berarti karena kelahiran. Aliran nativisme berpendapat
bahwa tiap-tiap anak dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi (pembawaan)
yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Tokoh nativisme, Schopenhauer (1788-1860)
berpendapat bahwa bayi lahir beserta pembawaannya, baik atau buruk. Seorang anak
yang mempunyai pembawaan baik, maka dia akan menjadi baik. Sebaliknya, kalau
anak mempunyai pembawaan buruk, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang jahat.
Pembawaan-pembawaan itu tidak akan dapat diubah oleh kekuatan luar (lingkungan).
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa aliran ini berpandangan bahwa keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh hal-hal yang bersifat internalpada anak didik sendiri. Dengan
kata lain, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa
sejak lahir. Pendidikan yang tidak sesuai dengan pembawaan atau bakat anak
didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak tersebut. Oleh karena itu,
pendidikan sebenarnya tidak diperlukan, dan inilah yang disebut sebagai
pesimisme pedagogis.
3.Naturalisme
Pandangan yang
mirip dengan pandangan nativisme dikemukakan oleh para penganut paham
naturalisme. Sesuai dengan akar kata naturalisme, yakni nature ‘alam’ atau ‘apa
yang dibawa sejak lahir’, aliran ini berpandangan bahwa seorang anak telah mempunyai
pembawaan sejak lahir.
Meskipun kedua
aliran sepakat dalam hal adanya pembawaan pada manusia, namun J.J. Rousseau
(1712—1778) (tokoh utama naturalisme), berbeda pendapat dengan Schopenhauer
(nativisme) tentang pembawaan tersebut. Schopenhauer berpendapat bahwa bayi
lahir dengan dua kemungkinan pembawaan, yakni baik atau buruk, sedangkan
Rosseau menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan hanya mempunyai
pembawaan baik.
Kalau dalam hal keberadaan pembawaan manusia pandangan antara naturalisme dengan nativisme ada kesamaan, maka dalam hal besarnya peranan lingkungan dalam mempengaruhi perkembangan anak, justru pandangan naturalisme memiliki unsur kesamaan dengan empirisme. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan J.J. Rousseau bahwa “semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia”.
Jadi, walaupun manusia lahir dengan potensi pembawaan baik, tetapi bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh itubaik, akan menjadi baiklah ia, tetapi bilamana pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya.
Kalau dalam hal keberadaan pembawaan manusia pandangan antara naturalisme dengan nativisme ada kesamaan, maka dalam hal besarnya peranan lingkungan dalam mempengaruhi perkembangan anak, justru pandangan naturalisme memiliki unsur kesamaan dengan empirisme. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan J.J. Rousseau bahwa “semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia”.
Jadi, walaupun manusia lahir dengan potensi pembawaan baik, tetapi bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh itubaik, akan menjadi baiklah ia, tetapi bilamana pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya.
Dengan
berasumsi pada teori di atas, maka dalam hal pendidikan Rosseau berpendapat
bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan
anak yang baik itu. Karena pendapat inilah maka naturalisme juga disebut
sebagai negativisme. Mereka berpandangan bahwa pendidik wajib membiarkan
pertumbuhan anak pada alam, inilah yang disebut sebagai “pendidikan alam”.
Dengan pendidikan alam, anak dibiarkan berkembang menurut alam (nature)-nya,
manusia atau masyarakat jangan mencampurinya agar pembawaan yang baik itu tidak
menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan yang
dilakukan oleh manusia.
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa naturalisme, sebagaimana nativisme, tidak menganggap perlu
diadakannya pendidikan (oleh manusia) bagi manusia. Bahkan dengan anggapan
bahwa pendidikan dapat merusak pembawaan baik anak, naturalisme justru dapat
dianggap menentang pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh manusia.
4.HukumKonvergensi
Nyatalah kedua
pendirian yang baru ditemukan itu kedua-duanya ekstrim, tdak dapat
dipertahankan. Karena itu adalah sudah sewajarnya kalau diusahakan adanya
pendirian yang dapat mengatasi keberatsebelahan itu. Paham dianggap dapat
mengatasi keberatsebelahan itu ialah paham Konvergensi, yang biasanya dianggap
dirumusan secara baik untuk pertama kalinya oleh W. Stern.
Paham
Konvergensi in berpendapat, bahwa di dalam perembangan individu itu baik dasar
atau pembawaan maupun lingkungan memankan peranan penting. Bakat sebagai
kemungkinan telah ada pada masing-masing individu; Akan tetapi bakat yang sudah
tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang.
Misalnya : Tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak di
atas kedua kaki; Akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi actual(menjadi
kenyataan) jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan
masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh oleh serigala tak akan
dapat berdiri tegak di atas dua kakinya ; mungkin dia kan berjalan di atas
tangan dan kakinya( jadi seperti serigala). Di samping bakat sebagai
kemungkinan yang harus di jawab dengan lingkungan yang sesuai, perlu pula
dipertimbangkan soal kematangan( readiness). Bakat yang sudah ada sebagai
kemungkinan kalau mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu dapat
berkembang, kecuali kalau bakat itu memang sudah matang. Misalnya saja anak
yang normal umur enam bulan, walaupun hidup di tengah-tengah manusia-manusia
lain, tak akan dapat berjalan karena belum matang. Dewasa ini sebagian besar
dari para ahli mengikuti konsepsi ini, dengan variasi yang bermacam-macam, ada
yang pratiknya menganggap bahwa yang lebih dominan itu dasar, yaitu ahli-ahli
psikologi konstitusional; adapula yang menganggap yang lebih dominant itu
lingkungan. Kelompok yang kedu pada dewasa ini lebih banyak
pengikut-pengikutnya terutama di Inggris dan Amerika Serikat. Salah satu tokoh
yang cukup populer yang mengikuti pendirian yang semacam dikemukakan paling
akhir itu ialah Alfred Adler. Adler dengan pengikut-pengikutnya misalnya telah
mengadakan studi yang mendalam mengenai sifat-sifat has anak dalam hubungan
dengan kedudukanya dalam struktur keluarga: seperti misalnya anak sulung, anak
bungsu, anak tunggal, anak yang semua saudaranya berlainan jenis dengan dia
sendiri, dan sebagainya; mereka itu menunjukkan sifat-sifat yang khas bukan
karena keturunan tetapi justru karena kedudukan mereka dalam struktur keluarga
yang khas, yang menyebabkan adanya sikap yang khas dari orang-orang tua mereka
serta anggota-anggota keluarga yang lain yang lebih dewasa. Juga mereka
beranggapan bahwa kemiripan –kemiripan yang ada antara anak-anak dengan orang
tua mereka tidaklah berakar pada dasar atau keturunan. Melainkan berakar pada
lingkungan, yaitu peniruan; dalam perkembangannya anak meniru orang-orang yang
lebih dewasa, dank arena pergaulannya terutama dengan orang tuanya, maka yang
dijadikan obyek atau model peniruan adalah terutama orang tuanya.
5. Tut Wuri
Handayani
Istilah tut
wuri handayani berasal dari bahasa Jawa. Tut wuri berarti mengikuti dari
belakang dan Handayani berarti mendorong, memotivasi, atau membangkitkan
semangat. Tut wuri handayani pada awalnya merupakan inti salah satu dari “Asas
1922”, yakni tujuh buah asas dari Perguruan Taman Siswa (didirikan pada tanggal
3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantoro). Asas pertama Perguruan Taman Siswa
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Asas inilah yang
mendorong Taman Siswa untuk mengganti sistem pendidikan cara lama
yangmenggunakan perintah, paksaan, dan hukuman dengan sistem khas Taman Siswa
yang didasarkan pada perkembangan kodrati. Dari asas ini pulalah lahir sistem
Among, di mana guru memperoleh sebutan pamong, yaitu sebagai pemimpin yang
berdiri di belakang dengan semboyan tut wuri handayani, yaitu tetap
mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri,
dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah, dan dipaksa. Pamong hanya wajib
menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya
bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka
sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman
keselamatan atau gerak majunya. Jadi, sistem Among adalah cara pendidikan yang
dipakai dengan maksud mewajibkan pada guru supaya memperhatikan dan
mementingkan kodrat-iradat para siswa dengan tidak melupakan segala keadaan
yang mengelilinginya.
Dengan menyimak
uraian di atas, dapat dipahami bahwa konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantoro ini
mengakui adanya bakat, pembawaan, ataupun potensi-potensi yang ada pada anak
sejak dilahirkan. Potensi-potensi tersebut saling mempengaruhi dengan
lingkungan dalam proses perkembangan anak. Purwanto menyatakan bahwa kalau
dibandingkan dengan aliran-aliran pendidikan yang berkembang di Barat, tut wuri
handayani lebih mirip dengan aliran konvergensi dari William Stern. Penganut
aliran ini berpandangan bahwa perkembangan anak (manusia) ditentukan oleh
proses interaksi antara pembawaan anak dengan lingkungan, termasuk pendidikan,
yang mempengaruhi anak dalam perkembangannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembawaan
adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu
individu dan yang selama masa perkembangan benar benar dapat diwujudkan atau
direalisasikan. Sedangkan lingkungan dalam
pengertian umum, berarti situasi di sekitar kita. Dalam lapangan pendidikan,
arti lingkungan itu luas sekali yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri
anak, dalam alam semesta ini.
Berdasarkan uraian tentang pembawaan dan
lingkungan sebagaimana diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembawaan dan
keturunan memiliki hubungan yang penting dalam pendidikan. Pembawaan dan
lingkungan menjadi modal dasar yang harus dikembangkan dalam pendidikan. Dengan
demikian pendidikan akan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki individu
dengan memberikan pendidikan yang baik agar pembawaan dan lingkungan tersebut
berkembang secara maksimal dan baik.
Pendidikan
yang diberikan sebenarnya tetap mengacu kepada pembawaan dan lingkungan.
Pendidikan akan berhasil bila terdapat pembawaan dan lingkungan yang baik, dan
sebaliknya sebaik apapun pendidikan yang diberikan bila tidak didukung oleh
lingkungan dan pembawaan maka pendidikan kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003, Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Purwanto,
Ngalim. 2011, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Rodliyah, Siti. 2013, Pendidikan & Ilmu
Pendidikan, Jember : STAIN Jember Press.
Sulthon, 2011, Ilmu
Pendidikan, Kudus: Nora Media Enterprise.
[1] DRS. M. Ngalim Purwanto. MP., Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 66.
[2] Sulthon, Ilmu Pendidikan, (Kudus : Nora Media
Enterprise, 2011), hal 102.
[3] Drs. H. Abu Ahmadi., Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2003)
hal 64.
[4] Dr. Hj. St. Rodliyah, M.Pd., Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Jember
: STAIN Jember Press, 2013), hal 117.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)