Rabu, 29 Juli 2015

Landasan evaluasi pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan penddidikan didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat islam.[1] Untuk mengetahui tercapaian suatu tujuan kegiatan evaluasi. Dengan evaluasi maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya.[2]Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan  evaluasi  terhadap output yang dihasilkannya.[3]Mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan oleh pesrta didik diperoleh melalui evaluasi. Dengan kata lain penilain atau evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan islam dan proses pembelajaran. Dalam makalah ini akan penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan Islam, dari mulai pengertian, tujuan, prinsip, fungsi, dan perannya.[4]

B.     RumusanMasalah
1.      Apa yang menjadi landasan evaluasi pendidikan Islam ?
2.      Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan Islam ?
3.      Apa objek evaluasi pendidikan Islam ?
4.      Apa fungsi evaluasi pendidikan Islam ?
5.      Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam ?
6.      Apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam ?

C.    TujuanPenulisan
1.      Mengetahui dan memahami landasan evaluasi pendidikan Islam.
2.      Mengetahui dan memahami evaluasi pendidikan Islam.
3.      Mengetahui dan memahami objek pendidikan Islam.
4.      Mengetahui fungsi pendidikan Islam.
5.      Mengetahui dan memahami prinsip –prinsip pendidikan Islam.
6.      Mengetahui jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan Evaluasi Pendidikan Islam
1.      Dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 Allah Swt berfirman:
يَااَيُّهَااّلذِيْنَ اَمَنُوْا التَّقُوااللهَ وَلْتَنْظُرْنَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ وَا اتًقُوا اللهَ انَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ
"Hai orang orang yang beriman, brtkwalah kepda Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat ). Dan bertakwalah kepada Allah , sesungguhnya Allah maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS Al Hasyr : 18)
      Ayat diatas diawali dengan seruan terhadap umat beriman. Biasanya, ketika suatu ayat diawali dengan seruan terhadap orang yang beriman, akan terdapat beberapa perintah atau larangan. Dalam konteks ayat ini, perintah yang pertama dikemukakan adalah perintah untuk bertakwa kepada Allah, bahkan dalam ayat tersebut perintah bertakwa dikatakan secara berulang ulang. Dalam hal ini bertakwa kepada Allah pada redaksi pertama dikaitkan dengan suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia beriman agar senantiasa melakukan evaluasi terhadap perbuatannya yang telah lalu yang akan menjadi dasar dalam melakukan perbuatan selanjutnya. Sementara perintah takwa yang kedua dikaitkan dengan satu kenyataan bahwa Allah senantiasa Maha Mengetahui apa yang dikerjakan setiap manusia.
2.      Di dalam hadist Nabi disebutkan :
حَاسِبُوْاقَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا
 “evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi.”
Statement ini berkaitan dengan kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasari statement tersebut adalah bahwa Allah mengutus dua malaikat, yaitu Raqib dan Atid sebagai supervisor dan evaluator manusia. Kedua malaikat tersebut mencatat semua perbuatan manusia. Berdasarkan catatan tersebut Allah mengevaluasinya. Hasil penilaian yang baik mendapatkan surga sedangkan hasil penilaian yang buruk mendapatkan neraka. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya agar kehidupannya kelak tidak merugi.
3.      Allah juga berfirman di dalam al-Qur’an:
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
Artinya : "kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka." (QS: Al Ghasiyah :26(
4.      Dan di dalam Q.S al-Zilzalah Allah berfirman :
 خَيْرًايَرَهُ. و مَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّايَرَه  فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(Q.S Al-Zilzalah: 7-8)
Dari kedua ayat diatas dapat dipahami bahwasannya setiap manusia akan dihisab sesuai dengan amal perbuatannya, baik dari kebaikan maupun kejelekannya walaupun seberat dzarrah. Maka sepantasnya setiap manusia untuk selalu mengevaluasi dirinya sendiri.

B.     Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi berasal dari to evaluate yang berarti menilai yang dalam bahasa arab disebut qimat. Dalam psikologi pendidikan artinya penilaian terhadap timgkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program[5].
Evaluasi  pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan islam.[6]Evaluasi pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu kegiatan untuk  menentukan kemajuan suatu pekerjaan dalam proses pendidikan islam.
Program evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran,menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan baik berkaitan dengan materi ,metode, fasilitas, dan sebagainya.
A.    Objek Evaluasi Pendidikan Islam
Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang betalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut..[7]
Objek evaluasi pendidikan dalam arti yang umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti yang khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata, melainkan juga sebagai subjek evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi pendidikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi diri sendiri (self evaluation/introspeksi) dan evaluasi terhadap orang lain (pesertadidik).
1.    Evaluasi Diri Sendiri (self evaluation/introspeksi)
Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan mengadakan introspeksi atau perhitungan terhadap diri sendiri. Evaluasi  ini tentunya berdasarkan kesadaran internal yang bertujuan meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal saleh) pribadi. Apabila dalam evaluasi tersebut ditemukan beberapa keberhasilan, keberhasilan itu hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan. Akan tetapi, bila ditemukan beberapa kelemahan dan kegagalan, hendaknya hal tersebut segera diperbaiki dengan cara meningkatkan ilmu, iman, dan amal.
2.    EvaluasiTerhadap Orang Lain (Peserta Didik)
Evaluasi terhadap orang lain, dalam hal ini peserta didik, merupakan bagian dari kegiatan pendidikan. Kegiatan ini merupakan sebuah keharusan. Keharusan ini tentunya berdasarkan niat amar ma’ruf nahi munkar yang bertujuan ishlah (perbuatan sesame umat). Syarat evaluasi harus bersifat objektif, segera, tidak dibiarkan berlarut-larut, dan menyeluruh sehingga peserta didik tidak tenggelam kedalam kebimbangan, kebodohan, kezaliman, dan dapat melakukan perubahan secara cepat dan tepat kearah yang lebih baik dari perilaku sebelumnya.[8]

B.     Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi berfungsi sebagai  feed back (umpan balik) terhadap kegiatan pembelajaran. Umpan balik ini berguna untuk hal-hal berikut.
1.    Ishlah
Yaitu, perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik.
2.    Tazkiyah
Yaitu, penyucian terhadap semua komponen pendidikan. Artinya, melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah program tersebut penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik.
3.    Tajdid
Yaitu, memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak relevan untuk kepentingan internal maupun eksternal perlu diubah dan dicarikan penggantinya yang lebih baik.
4.    Ad-Dakhil
Yaitu, masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik, berupa rapor, ijazah, piagam, dan sebagainya.[9]

C.    Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Prinsip-prinsip evaluasi yang dilandasi oleh nilai-nilai universal ajaran Islam antara lain sebagai berikut.
1.    Kontinuitas
Evaluasi tidak hanya dilakukan setahun sekali, per semester, atau sebulan sekali. Evaluasi dilaksanakan secara terus-menerus, baik pada proses pembelajaran maupunsetelah proses pembelajaran berhasil. Prinsip evaluasi ini diperlukan atas pemikiran bahwa pemberian materi pendidikan pada peseta didik tidak sekaligus, tetapi secara gradual dan berproses seiring dengan kemampuan dan perkembangan psikofisik peserta didik.
2.    Komprehensif
Evaluasi dilakukan pada semua aspek-aspek kepribadian peserta didik, yaitu aspek inteligensi, pemahaman, sikap, kedisiplinan, tanggung jawab, pengamalan ilmu yang diperoleh, dan sebagainya.
3.    Objektivitas
Evaluasi dilakukan secara adil bukan subjektif. Artinya, pelaksanaan evaluasi berdasarkan keadaan  sesungguhnya dan tidak dicampuri oleh hal-hal yang bersifat emosional atau irasional.
4.    Validas
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya dievaluasi, yaitu meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang ingin diketahui dan diselidiki.
5.    Reliabilitas
Pelaksanaan evaluasi dapat dipercaya, artinya, memberikan evaluasi kepada peserta didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan yang sesungguhnya.
6.    Efisiensi
Evaluasi dilaksanakan secara cermat dan tepat pada sasarannya.
7.    Ta’abbudiyah dan ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan penuh ketulusan dan pengabdian kepada Allah apabila prinsip ini dilakukan, upaya evaluasi akan membuahkan kesan husnudzan (baik sangka), terjadi perbaikan tingkah laku secara positif, dan menutupi rahasia-rahasia buruk pada diri sendiri.[10]

D.    Jenis-Jenis Evaluasi
Ada banyak jenis evaluasi yang pada dasarnya jenis-jenis evaluasi tersebut  juga telah tersirat. Berkaitan dengan evaluasi apa yang telah dikerjakan berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah maka terdapat beberapa waktu evaluasi sebagai berikut:
1.Evaluasi Harian
Pada surah Al Hasyr ayat 18 disebutkan bahwa kita diperintah untuk mengevaluasi diri setiap hari sebagai acuan atau pertimbangan apa yang akan kita perbuat hari esok. Tanpa mencoba melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dikerjakan, kemungkinan besar tidak aka ada perubahan yang signifikan di hari esok.
2.Evaluasi Mingguan
Evaluasi ini dilaksanakan pada setiap hari jum’at. Dalam beberapa sumber disebutkan pada hari jum’at bahwa pada hari tersebut para sahabat selalu ke masjid jauh sebeum sholat jum’at dilaksanakan. Tentu kedatangannya ke masjid bukan sekadar untuk menggugurkan kewajiban melainkan untuk melakukan perenungan terhadap perbuatan yang telah dialkukan selama satu minggu sehingga ia bisa mengukur  apa saja kekurangannya dan dengan cara apa pula ia harus memperbaikinya. Kita biasanya menyebut istilah perenungan di masjid terebut dengan istilah I’tikaf.          
3.Evaluasi tahunan
Evaluasi ini dilakukan pad setiap bulan Romadhon. Evaluasi tersebut dilakukan dengan berpuasa.
واذاسالك عبادي عنني فاني قريب اجيب دعوة الداع اذا دعان فايستجيبوا لي وليؤمنوبي لعلهم يرشدون       
Dan apabila hamba hamba-Ku bertanya kepada-Mu tentang Aku,maka jawablah ,bahwasanya Aku adalah dekat aku mengabulkan permohonan orang yang berda apabila ia memohon kepada-Ku,maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku ,agar mereka selalu berada dalam kebenaran(QS Al-Baqarah :186)
                    Secara tersirat,ayat diatas menuntut orang yang berpuasa agar senantiasa melakukan pengkajian terhadp Al-qur’an dan terhadap dirinya sendiri yang akan menjadikannya tersadar kembali bahwa ia hanyalah hamba yang fakir dihadapan-Nya .ia menyadari kalu dirinya itu hanyalah sebatang ilalang ditengah bentangan alam semesta.eksistensi eksistesi hidunpnya sangat bergantung pada curahan kasih sang pencipta. Kesadarn ini akan menjadikan dirinya erus menerus mencoba mendekatkan diri pada Allah dengan berdoa.dalm hal ini, berdoa merupakan indicator ke-tawadu-an manusiapada Tuhan,yang menunjukan bahwa dirinya menyadari betul kalau ia hanyalah manusia fakir yang tidak mmpunyai apa-apa dihadapan-Nya.
                        Lebih lanjut,pada akhir ramadhan Rasuluallah menganjurkan umatya agar melakukan iktikaf, yaitu disepuluh hari terakhir bahkan, pada sepuluh hari terakhir inilah  Rasulullah senatiasa melakukan muhadarah dengan jibril guna mengevaluasi hafalan Al-Qur’an beliau. Dalam kontek pendidikan, evaluasi Qur’anic tersebut mempunyai karakter yang sama dengan evaluasi-evaluasi pendikan dibawah ini.
1.Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksankan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu mata pelajaran tertentu. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa manusia (peserta didik) diciptakan dengan beberapa kelemahan semula tidak mengetahui apa – apa sehingga memiliki pengetahuan, dalam kontek ini evaluasi formatif merupakan bagian dari pembiasaan. Uuntuk itu, upaya pembentukan sikap dan ketrampilan peserta didik tidak akan terbangun apabila tidak melalui pembiasan dan pengulangan.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam setengah semester, satu semester, atau akhir tahun untuk menentukan jenjang pendidikan berikutnya.
3.Evaluasi Diagnostik
Adalah penilaian yang dilakukan terhadap hasil analisis hasil keadaan belajar peserta didik meliputi kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan yang ditemui dalam pembelajaran. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah pengalaman pahit masa lalu dapat dijadikan “guru” untuk memperbaiki masa depan .
4. Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dilakukan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran untuk kepentingan penempatan pada jurusan atau fakultas yang diinginkan. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa setiap peserta didik memiliki perbedaan dan potensi khusus. Perbedaan tersebut bisa merupakan kelebihannya dan juga kelemahannya.[11]
 BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1)      Landasan evaluasi pendidikan Islam terdapat dalam: (Q.S Al Hasyr : 18), (hadist Nabi) dan (Q.S Al Ghatsiyah: 26).
يَااَيُّهَااّلذِيْنَ اَمَنُوْا التَّقُوااللهَ وَلْتَنْظُرْنَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ وَا اتًقُوا اللهَ انَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ
حَاسِبُوْاقَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
2)      Evaluasi  pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan islam. Evaluasi pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu kegiatan untuk  menentukan kemajuan suatu pekerjaan dalam proses pendidikan islam.
Objek evaluasi pendidikan Islam meliputi evaluasi terhadap diri sendiri dan orang lain(peserta didik)
3)      Fungsi evaluasi pendidikan Islam, diantaranya :
·         Ishlah
·         Tazkiyah
·         Tajdid
·         Ad-dakhil
4)      Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam, diantaranya :
·         Kontinuitas
·         Komprehensif
·         Objektivitas
·         Validas
·         Reliabilitas
·         Evisiensi
·         Ta’abbudiyah dan ikhlas
5)      Jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam:
                               I.            Menurut waktu pelaksanaannya di dalam al-Qur’an:
·         Evaluasi harian
·         Evaluasi mingguan
·         Evaluasi tahunan
                            II.             jenis evaluasi pendidikan:
·         Evaluasi formatif
·         Evaluasi sumatif
·         Evaluasi diagnostik
·         Evaluasi penempatan

DAFTAR PUSTAKA
Al-rasyidin, dkk. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Press.
Nata, Abudin. 2008. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mujib, Abdul.dkk.2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ramayuli. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Thabrani, Abd. Muis. 2012. Paradigma Kependidikan. Mangli: STAIN Jember Press












[1] Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008)cet ke-3 hal. 173
[2] Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010)cet I hal. 307
[3] Al-rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis(Jakarta: Ciputat Press, 2005)hal. 77
[4] Ramayuli, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2008)cet ke 10 hal. 220
                                              
[5] Muhibbin syah , Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013)hal 139
[6] Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Surabaya:Usaha Nasional,198)hal 139
[7] Abd. Muis Thabrani, Paradigma Kependidikan (Mangli: STAIN Jember Press, 2012) hal 153.
[8] Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 232-233.
[9] Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 235
[10] Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 236.
[11] Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 243

Tidak ada komentar:

Posting Komentar