BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan pelajaran yang akan mendidik siswa untuk
dapat berkomunikasi dengan baik dan benar, maka dari itu kita sebagai guru
harus mampu mengemas mata pelajaran Bahasa dengan baik supaya anak didik kita
lebih tertarik dan menyukai mata pelajaran Bahasa, salah satu cara supaya
pembelajaran Bahasa lebih menyenangkan adalah dengan bantuan alat peraga yang
tepat dan juga menggunakan pendekatan yang tepat pula.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus
diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia
ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung
tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan
tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat
menerima pelajaran dengan baik.
Ketika ahli bahasa
berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa, mereka sering mengacu pada prinsip
dan teori umum tentang bagaimana bahasa dipelajari, bagaimana pengetahuan
bahasa direpresentasikan dan diorganisasikan dalam ingatan, atau bagaimana
bahasa di dalam strukturnya sendiri. Mengklarifikasi perbedaan
pendapat-pendapat ahli bahasa, seorang linguis terapan Edward Anthony pada 1963
mengajukan skema yang ia konseptualisasi
dan organisasi menjadi tiga level, yaitu pendekatan, metode dan teknik.
Dalam proses
pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
adalah: pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, teknik
penyajian pelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah
tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah
tersebut.
II.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan adalah sebagai berikut.
1.
Apa pengertian dari pendekatan dalam pembelajaran bahasa dan apa saja
macam-macamnya?
2.
Apa pengertian dari metode dalam dalam pembelajaran bahasa dan apa saja
macam-macamnya?
3.
Apa pengertian dari teknik ?
4.
Apa pengertian dari teknik penyajian bahasa dan apa saja pembagiannya?
II.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dan macam-macamnya dalam
pembelajaran bahasa.
2. Untuk
mengetahui pengertian metode dan macam-macamnya dalam
pembelajaran bahasa.
3. Untuk mengetahui pengertian teknik.
4. Untuk mengetahui pengertian
dari teknik penyajian bahasa serta macam-macamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENDEKATAN
Pendekatan (
Madkhal/ approach ) adalah
seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan belajar mengajar bahasa.[1]
Sifatnya aksiomatik ( filosofis). [2]
2.2 MACAM-MACAM PENDEKATAN
A. Pendekatan Formal
Pendekatan formal merupakan pendekatan
klasik dalam pembelajaran bahasa bahwa pembelajaran bahasa sebagai suatu
kegiatan rutin yang konvensional dan proses pembelajarannya hanya berdasarkan
pengalaman pengajar dan apa yang dianggap baik oleh umum.
Pembelajaran dimulai dengan rumusan
teoritis kemudian diaplikasikan dengan contoh, serta dengan jalan
penjabarannya. Pendekatan ini sering disebut pendekatan informatif, karena
kecenderungan menyampaikan informasi tentang bahasa tanpa memperdulikan
pengetahuan praktis atau kemampuan berbahasa.
Pendekatan formal
digunakan dalam dua metode pembelajaran bahasa, yaitu
a) Metode terjemahan tatabahasa
mengutamakan pemberian pola-pola tatabahasa dengan menerjemahkan contoh-contoh
pemakaiannya.metode ini berkecenderungan menghasilkan lulusan yang tahu tentang
bahasa, tetapi tidak berkemampuan untuk menggunakan dalam berkomunikasi.
b) Metode membaca. Metode ini mengunakan
teks sebagai sarana belajar bahasa sehingga bisa menimbulkan bosan. Metode ini
mungkin lebih mudah, tapi akhirnya dapat mengurangi motivasi, serta kosa kata
yang diajarkan dalam jumlah banyak tanpa menghiraukan kemampuan mengingat dan
menggunakannya.
B. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini menyarankan apabila
mempelajari bahasa sebaiknya melakukan kontak langsung dengan masyarakat atau
orang yang menggunakan bahasa tersebut. Dengan demikian, mereka dengan
sendirinya merasakan fungsi bahasa tersebut dalam komunikasi langsung.
Pendekatan ini memunculkan berbagai
metode mengajar bahasa, yaitu:
a) Metode langsung
Pengajaran
bahasa yang langsung menggunakan bahasa tanpa melakukan terjemahan dan tanpa
mempersoalkan kaidah-kaidah tatabahasa.
b) Metode pembatasan
Pengajaran
bahasa dengan menggunakan langsung bahasa yang sedang dipelajari, tetapi dengan
seleksi kosakata dan seleksi tatabahasa; yang ditekankan adalah unsur-unsur
bahasa yang amat penting.
c)
Metode intensif
Pengajaran
untuk jumlah peserta yang terbatas sehingga pengulangan pengucapan kalimat
lebih sering, dan perbaikan ucapan dilakukan segera. Metode ini menuntut
kemampuan belajar bahasa yang tinggi dengan motivasi yang tinggi pula.
d) Metode audio-visual
Pengajaran
dengan menggunakan alat pandang dengar, seperti video, kartu, tape-recorder,
sehingga pengajaran lebih hidup dan menarik. Kecenderungan metode ini adalah
peserta didik berkemampuan dalam bahasa lisan.
e) Metode linguistik
Pengajaran
bahasa yang mempertimbangkan segi-segi objektif dan subjektif dengan tahapan
belajar yang jelas. Bahan pengajaran yang digunakan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan peserta didik dan tujuan yang ditetapkan. Peran linguistik hanya
bersifat membantu.
C. Pendekatan Integral
Pendekatan integral menganut pengertian
bahwa pengajaran bahasa harus merupakan sesuatu yang multidimensional, artinya,
banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengajaran. Oleh sebab itu
pengajaran harus fleksibel dan dengan metodologi yang terbuka. Bantuan ilmu
lain bagi kelancaran pengajaran bahasa perlu mendapat tempat,.
D. Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan sosiolinguistik adalah studi
tentang gejala masyarakat dengan gejala bahasa. Sosiolinguistik telah
merumuskan konsep tertentu yang berharga bagi pengembangan pengajaran bahasa.
Konsep itu antara lain, sebagai berikut
a)
bahasa
adalah suatu sistem yang mempunyai variasi dan ragam. Artinya, setiap ragam
mempunyai gejala bahasa tertentu, peranan dan fungsi tertentu, serta kawasan
pemakaian tertentu pula.
b)
Bahasa
sebagai identitas kelompok. Artinya, bahasa yang dikuasainya tidak terlepas
dari identitas dan sikap masyarakat pemakainya.
c)
Bahasa
sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat menyatakan pikiran dan perasaan.
Dalam hal ini, seseorang dapat dikatakan dapat berbahasa apabila ia mampu
berkomunikasi, bukan hanya mampu menghafalkan kaidah-kaidah tatabahasa.
Faham
sosiolinguistik mempunyai implikasi terhadap pengajaran bahasa, yaitu
a)
Pengajaran
bahasa harus diarahkan pada penguasaan kompetensi komunikatif oleh peserta
dididk.
b)
Salah
satu cara menganalisis komunikasi melalui bahasa adalah memeriksa fungsi-fungsi
bahasa yang khas dan tujuan pemakaian.
c)
Analisis
fungsional kegiatan komunikasi adalah menemukan fungsi bahasa. Hal ini mencakup
pengajaran fungsi bahasa.
d)
Analisis
linguistik atas kegiatan komunikasi ialah menemukan bentuk linguistik yang
diperlukan dalam setiap jenis kegiatan komunikasi. Analisis ini diperlukan
untuk melakukan pemilahan bahan pengajaran.
e)
Analisis
bahasa yang berkembang dalam masyarakat perlu dipetakan dengan mengarahkan pada
kajian bahasa yang hidup untuk melihat dinamika bahasa tersebut.
E. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi bahasa
berkaitan dengan ilmu yang menelaah bagaimana peserta didik belajar sebagai
individu yang kompleks. Premis dan asumsi dimanfaatkan dalam pendekatan ini,
terutama dalam penyusunan strategi mengajar. Asumsi-asumsi itu antara lain.
a) Teori bahaviorisme
Segala tingkah laku atau kegiatan
seseorang merupakan respons terhadap adanya stimulus. Proses belajar tidak lain
adalah mekanisme stimulus-respons itu.
·
Proses
belajar bergantung pada factor luar sehingga memerlikan stimulus dari pengajar
·
Hasil
belajar banyak ditentukan dari proses peniruan, pengulangan, dan penguatan
·
Belajar
melalui tahap – tahap tertentu.
b) Teori gestalt
Teori ini beranggapan bahwa setiap
individu mempunyai kajian mendalam yang berfungsi mereka objek yang sedang
diamati, sehingga objek diterima secara utuh. Dalam pengajaran bahasa teori ini
sering dianjurkan agar bahan ajar tidak diberikan sepotong-potong. Melainkan
harus diberikan secara menyeluruh dan dalam struktur yang bermakna.
c) Teori kognitif
Menurut teori ini segala aktivitas
manusia dilakukan dengan sadar bersumber pada otak dan digerakan oleh kognitif
yang meliputi segala aspek kegiatan mulai dari menyadari adanya masalah ,
mengidentifikasi, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi atau data,
mengambil simpulan, menevaluasi simpulan, sampai pada strategi mencapai tujuan.
F. Pendekatan Psikolinguistik
Pendekatan ini bertumpu pada pemikiran
tentang bagaimana proses yang terjadi dalam benak anak ketika mulai belajar
bahasa, serta bagaimana pula perkembangannya. Persoalan ini merupakan bidang
yang ditekuni studi psikolinguistik, yaitu ilmu yang mempelajari latar belakang
psikologis kemampuan berbahasa manusia. [3]
G. Pendekatan Pengelolahan Kelas
a) Pendekatan otoriter
Merupakan proses
belajar untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas, dengan
demikian, pengelolaan kelas dipandang sebagai proses untuk mengontrol tingkah
laku peserta didik. Bila timbul masalah, maka perlu pendekatan seperti berikut:
· Perintah dan larangan
·
Penekanan
dan penguasaan
·
Penghukuman
dan pengancaman.
Pendekatan
ini memerlukan ketegasan dari pengajar. Tidak semua pengajar mudah melakukan
pendekatan ini. Terminologi kata ‘ otoriter ’ memberikan nuansa ‘ keras’ pada
pendekatan ini.
Tidak
sedikit pengajar yang mengaplikasikan pendekatan ini, namun mereka tidak
memberikan batasan dan lebih menyukai terminologi pendekatan ‘ tegas ‘.
b) Pendekatan permisif
Merupakan serangkaian kegiatan pengajar
yang mengoptimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Kebebasan
yang dimaksud adalah kebebasan akademik, termasuk didalamnya adalah kebebasan
mengemukakan pendapat. Dengan demikian fungsi pengajar di kelas adalah menjadi
fasilitator di antara para peserta didik.
Pendekatn ini bukan tanpa kelemahan,
karena apabila pengelolaan kelas kurang dilakukan dengan baik maka akan
menimbulkan kegiatan akademik yang kurang terbimbing.
c) Pendekatan pengubahan perilaku
Pendekatan ini berdasarkan pada
teori bahwa semua perilaku pembelajar,
baik yang disukai atau tidak disukai adalaha hasil belajar. Hasil belajar yang
menjadi milik peserta didik dan pengajar.
d) Pendekatan iklim sosio-emosional
Pendekatan ini berpandangan bahwa
pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang baik antara
pengajar dengan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya. Hubungan ini diharapkan menjadi hubungan kearah hubungan antarpribadi
yang dipengaruhi oleh:
·
Sikap
keterbukaan di antara pengajar dan peserta didik;
·
Penerimaan
dan kepercayaan pengajar kepada peserta didik dan sebaliknya.
Tugas belajar dalam pengelolaan kelas
adalah membuka kemungkinan sebesar-besarnya bagi pembelajar untuk bertindak dan
menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang
dirinya sebagai individu yang berharga. Para pengajar berusaha menghindari
kemungkinan-kemungkinan yang mengakibatkan kegagalan dan timbulnya tingkah laku
menyimpang.
Kelas yang diliputi oleh hubungan
personal yang baik merupakan iklim yang sehat. Menjadikan pembelajar merasa
aman dan tentram. Penekatan ini mengutamakan hubungan saling menerima, sikap
empati sebagai sesama manusia. Sehingga pembelajar benar-benar merasakan bahwa
pengajar penuh pengabdian dalam membina dan membimbing belajarnya. Dan
memungkinkan tingkat ketercapaian optimal dari pengajarannya.
e) Pendekatan proses kelompok.
Anggapan dasar
pengolaan kelas ini bertumpu pada dua segi:
1) Kegiatan pembelajar di sekolah
berlangsung dalam suatu kelompok tertentu;
2) Kelas adalah suatu sistem sosial yang
memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
Pendekatan ini menekankan pentingnya
ciri-ciri kelompok yang sehat yang terdapat di kelas, denga adanya saling
hubungan antarpembelajar . peran pengajar adalah mengembangkan dan
mempertahankan keeratan antar pembelajar. Orientasi tujuan kelompok bukan hanya
memikirkan dirinya sendiri dan memikirkan bagaimana memikirkan kelompoknya
berhasil.
Tujuan utama pendekatan ini adalah
membantu kelompok bertanggung jawab atas perilakunya dan anggotanya. Kelompok
yang berfungsi efektif dapat mengawasi anggotanya dengan mantap.
Dalam melakukan pendekatan ini ada dua
upaya yang harus diperhatikan oleh pengajar:
a. Meningkatkan daya tarik dan ikatan bagi
anggota-anggotanya melalui penumbuhan sikap saling menghargai dan komunikasi
yang tepat;
b. Mengembangkan aturan dan norma kelompok
yang mengembangkan produktivitas, diterima oleh semua anggota, bersatu dan
bertanggung jawab;
c. Memunculkan kemampuan individual
untuk kepentingan kelompok.
H. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan
ini mencul akibat adanya ketidak puasan para praktisi bahasa atas hasil yang
dicapai oleh metode tatabahasa-terjemahan yang mengesampingkan kemampuan
berkomunikasi.
Menurut Littlewood (1981) pemikiran
pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa:
(1)Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih
luas tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa
tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada fungsi
komunikatif bahasa.
(2)Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas
dalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan
bahasa. tidak cukup dengan memberikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk
bahasa asing, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan.[4] bentuk-bentuk itu sesuai
dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang
tepat.
Pendekatan komunikatif memiliki ciri
sebagai berikut:
1. Acuan berpijaknya adakah kebutuhan peserta didik dan fungsi
bahasa;
2. Tujuan belajar adalah membimbing peserta didik agar mampu berkomunikasi
dalam situasi yang sebenarnya;
3. Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian
bahasa;
4. Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui;
5. Tujuan utama adalah komunikasi yang bertujuan;
6. Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing perserta
didik dalam berkomunikasi diperluas;
7. Kegiatan belajar dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.
Dengan
pendekatan ini bahasa makin ditegaskan fungsinya sebagai alat komunikasi. Oleh
karena itu pembelajar harus mampu berinteraksi secara lisan maupun tulisan.
Pembelajar harus menguasai kaidah kebahasaan dan harus mampu mengunakannya.[5]
2.3 METODE
Metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena
tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Metode pembelajaran
adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal
ini berlaku baik bagi guru ( dalam memilih metode mengajar) maupun bagi peserta
didik( dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian semakin baik metode,
akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar.[6]
2.4 MACAM-MACAM METODE
Metode pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa yaitu sebagai berikut :
A. Metode Terjemahan Tatabahasa
Metode
ini sangat sangat kuat berpegang pada disiplin mental dan pengembangan
intelektual. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a) Pengahafalan kaidah-kaidah dan
fakta-fakta tentang tatabahasa agar dapat dipahami dan diterapkan pada morfologi
dan kalimat yang digunakan peserta didik.
b) Penekanannya pada membaca, menulis, dan
terjemahan, sehingga berbicara dan menyimak diabaikan.
c) Seleksi kosakata berdasarkan teks bacaan
yang dipakai.
d) Unit mendasar adalah kalimat, tatabahasa
diajarkan secara deduktif, dan
e) Bahasa daerah digunakan sebagai
pengantar dalam terjemahan, keterangan, perbandingan, dan pengahafalan kaidah
bahasa.
Metode
ini dapat membantu pembelajar untuk lebih memahami bahasa yang dipelajarinya
dengan cara menganalisis tatabahasa dan terjemahan bahasa yang menjadi
sasarannya. Hal ini memungkinkan pembelajar mengeksplorasi kedalam bahasa
bacaan.
B. Metode Membaca
Metode
ini bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang
diperlukan dalam belajar. Mereka harus mampu memahami teks yang mereka baca dan
mampumenjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut.
dalam kaitannya dengan kemampuan membaca, dikenal enam pertanyaan tradisional
pascabacaan, yaitu : Apa? Siapa? Mengapa? Di mana? Kapan? Bagaimana?. Keenam
pertanyyan tersebut harus mampu dijawab oleh seorang pembaca ketika selesai
membaca sebuah teks.
C. Metode Audio-Lingual
Metode
ini mengutamakan pengulangan. Cara itu dilakukan untuk efisiensi waktu dalam
belajar bahasa. Dalam metode ini pembelajaran bahasa difokuskan pada lafal
kata, dan pelatihan pola-pola kalimat, berulang-ulang secara intensif.
Metode
audio-lingual adalah hasil perpaduan antara linguistic struktural dengan
psikologi behavioris yang memandang proses pembelajaran dari sudut conditioning.
Metode berkembang sekitar tahun 40-an.
D. Metode Reseptif dan Produktif
Metode
reseptif mengarah pada proses penerimaan isi bacaan, baik yang tersurat maupun
yang tersirat. Metode tersebut sangat cocok dan produktif diterapkan kepada
peserta didik yang telah dianggap telah cukup banyak menguasai kosakata, frasa,
maupun kalimat. Yang dipentingkan dalam metode reseptif ialah bagaimana isi
bacaan dapat diserap dengan baik oleh peserta didik.
Dengan
metode ini pembaca dilarang bersuara, mengobrol, bergerak-gerak ketika membaca
atau menyimak. Artinya, metode ini membetuhkan konsentrasi tinggi dalam
menerima makna bacaan dan ujaran.
E. Metode Langsung
Metode
langsung berasumsi bahwa belajar bahasa yang baik adalah belajar laangsung
menggunakan bahasa, secara intensif dalam komunikasi. Orientasi metode ini
adalah penggunaan bahasa di masyarakat. Penggunaannya di kelas harus seperti
penutur aasli. Peserta didik diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan
kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimic
secara langsung.
F. Metode Komunikatif
Metode
komunikatif penuh bercirikan masukan yang minimal. Peserta didik tidak terlalu
diperhatikan. Yang diperhatikan adalah proses pembelajarannya. Desain atau
rencana pembelajaran hanya bersifat kerangka, yang terpenting adalah
komunikasinya.
Metode
ini menitikberatkan pada terjadinya komunikasi selama proses belajar
berlangsung dan factor pengajar memegang posisi penting selam proses belajar.
G. Metode Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi
menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Materi kebahasaan diintegrasikan
dengan keterampilan berbahasa.
H. Metode Tematik
Dalam
metode tematik semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah
tujuan, tetapi alat yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tema
tersebut harus disajikan secara kontekstual, mutakhir, konkrit, dan konseptual.
Tema
yang telah ditentukan diolah dengan perkembangan lingkungan peserta didik yang
terjadi saat itu. Tema budaya, social, dan keagamaan sering menjad perhatian.
I. Metode Kuantum
Metode
ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara keikutsertaan peserta didik
dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Berdasarkan metode
ini proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya
dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh
mana pengajar mengubah lingkungan, penyajian, dan rancangan pengajaran, maka
sejauh itulah proses belajar berlangsung.
J. Metode Konstruktivistik
Dalam
madzhab konstruktivisme peserta didik diberi tugas-tugas yang kompleks, sulit,
namun realistis. Kemudian, mereka diberi bantuan atau bimbingan secukupnya
untuk menyelesaikan tugas. Tugas kompleks itu misalnya, berupa proyek,
simulasi, penyelidikan di masyarakat, menulis untuk disajikan kepada para
pendengar sesungguhnya, dan tugas-tugas otentik lainnya.
Makna
“konstruktif” berarti pula bahwa para peserta didik diajak menyusun kembali
rencana kerja, mensimulasikan sebuah proyek kerja, dan lain-lain.
K. Metode Partisipatori
Metode
Partisipatori menekankan keterlibatan atau keikutsertaan peserta didik secara
penuh. Peserta didik dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Mereka
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, maka peserta
didik dapat menemukan hasil belajar. Pengajar hanya menjadi pemandu atau
fasilitator. Partisipasi peserta didik menjadi kata kunci keberhasilan metode
ini. Dalam pengajaran bahasa sikap partisipatif peserta didik menjadi sikap
sentral karena berkaitan langsung dengan kemampuan berbahasa.
L. Metode Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu pengajar menghubungkan
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata serta pembelajaran yang memotivasi
peserta didik agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
M. Metode Pembelajaran Bahasa Komunitas
Dalam
kegiatan pembelajaran dengan metode ini pengajar menyapa peserta didik,
memperkenalkan diri, kemudian meminta pembelajar memperkenalkan diri. Prinsip
proses pembelajarannya adalah membina hubungan antara pengajar dengan
pembelajar, pembelajar dengan pembelajar. Prinsip itu sangat penting dalam
pelaksanaan metode ini.
N. Metode Respon Fisik Total
Dalam
menggunakan metode ini, para pengajar harus dapat berperan sebagai pengarah
semua tingkah laku peserta didik. Peserta didik tidak boleh dipaksa untuk
mengungkapkan sesuatu apabila mereka belum siap. Kemampuan menyimak memegang
peranan penting dalam kegiatan berbahasa.
Fase
proses pembelajaran dengan metode respon fisik total seperti tertera di bawah
ini:
1) Pengajar memberi perintah kepada
beberapa peserta didik kemudian memperagakannya secara bersama-sama.
2)
Peserta
didik mendemonstrasikan perintah tanpa pembelajar.
3)
Peserta
didik belajar membaca dan menulis perintah.
4)
Peserta
didik belajar memberikan perintah.
O. Metode Cara Diam
Metode
ini dilakukan dengan cara pengajar tidak banyak berbicara atau diam. Setelah
memberikan beberapa petunjuk yang diperlukan, pengajar lebih banyak diam dan
para peserta didik bekerja. Sikap ini memang sulit dilakukan karena selalu ada
pertanyaan dari peserta didik. Sikap diam dalam metode ini dianggap sebagai
sikap positif agar peserta didik dapat mandiri dan tidak selalu menunggu
pengajar.
P. Metode Sugestopedia
Metode
ini menentukan sugesti kepada peserta didik agar mereka memiliki kepercayaan
diri. Pengajar menekan perasaan negatif, misalnya perasaan rendah diri, malu,
kurang spontan, dan lain-lain.[7]
Q. Role playing ( sosiodrama)
Adalah suatu cara mengajar yang
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah
laku atau penghayatannya seseorang, seperti yang dilakukannya dalam dalam
hubungan sosial dalam masyarakat. Yang penting diingat adalah semua tugas yang
diserahkan kepada siswa harus dilaksanakan dengan sewajarnya, jangan
berlebihan.[8]model
ini bertujuan untuk membantu siswa memnemukan jati diri dalam lingkungan sosial
dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok.[9]
2.5 TEKNIK
Teknik adalah cara
sistematis mengerjakan sesuatu (KBBI, 1995). Teknik merupakan suatu
kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta
menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik الأسلوب yaitu apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas dan
merupakan pelaksanaan dari metode, sifatnya implementatif[10].
Teknik harus konsisten dengan metode. Oleh karena itu, teknik harus selaras dan
serasi dengan pendekatan.
Kemampuan pengajar
sangat menetukan dalam memilih teknik mengajar yang akan keterbatasan
pengetahuan dan penguasaan dalam disiplin ilmu maupun tentang cara mengajar
yang baik, tentu ia akan berkutat dengan teknik yang sama, atau tidak
berkembang, dan tanpa variasi. Dengan demikian, pembelajaran akan terkesan
monoton dan membosankan.
Setiap teknik mempunyai
kekurangan dan kelebihan. Pengajar perlu mengkaji teknik mengajar yang sesuai
dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang paling banyak bagi
peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan
pembelajaran atau kompetensi tertentu. .[11]
.[12]
2.6 TEKNIK PENYAJIAN PELAJARAN
Ada
beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengajar, di antaranya
adalah pemahaman dan penguasaan teknik penyajian mengajar. Agar peserta didik
dapat belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan,
para pengajar harus memahami dan menetukan strategi pembelajaran dengan tepat.
Untuk menguasai strategi itu, seorang pengajar harus menguasai teknik-teknik
penyajian mengajar. Roestiyah (2001) mengemukakan:
“teknik penyajian
pengajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh pengajar atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai
teknik penyajian yang dikuasai pengajar untuk mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat
ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh peserta didik dengan baik.”
Dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, teknik penyajian yang digunakan pengajar untuk
menyampaikan informasi akan berbeda dengan teknik penyajian yang digunakan
untuk mengajarkan ketrampilan dan sikap. Roestiyah (2001) menulis “E perlu
dipahami bahwa setiap jenis teknik penyajian hanya sesuai atau tepat untuk
mencapai suatu tujuan yang tertentu pula. Jadi untuk tujuan yang berbeda
pengajar harus menggunakan teknik penyajian yang berbeda pula.”
2.7 MACAM-MACAM TEKNIK
PENYAJIAN
Macam-macam teknik
penyajian itu adalah teknik penyajian diskusi, kerja kelompok, penemuan,
simulasi, unit teaching, sumbang saran, inquiry, eksperimen,
demonstrasi, karya wisata, kerja lapangan, cara kasus, cara system regu,
latihan tubian, dan ceramah.
A.Teknik penyajian
diskusi
Dalam teknik pembelajaran ini setiap
pengajar menciptakan terjadinya kegiatan atau interaksi antara dua atau lebih
individu yang terlibat, saling tukar informasi, pengalaman, memecahkan masalah,
sehingga terjadi suasana yang aktif diantara peserta didik. Teknik yang hampir
sama dengan teknik ini adalah teknik interaksi massa. Dalam teknik interaksi
massa bentuk diskusi yang digunakan berupa diskusi panel, symposium, seminar,
dan sebagainya. Teknik ini sudah dikenal secara luas oleh pengajar dan peserta
didik. Yang perlu diingatkan dalam pelaksanaan teknik adalah bagaimana menjaga
lalu lintas diskusi di antara peserta didik. Untuk kalangan peserta didik dari
sekolah menengah hal ini perlu dijelaskan dengan baik karena keterbatasan
pengalaman mereka
B. Teknik penyajian kerja kelompok
Dalam pelaksanaan teknik pembelajaran
ini pengajar membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok terdiri atas lima
atau tujuh orang. Mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksnakan
tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yag telah ditetapkan.
C. Teknik
penyajian penemuan
Teknik pembelajaran ini member
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan sendiri atau mengalami proses
mental, seperti mengamati, mencerna mengklasifikasikan, dan lain-lain. Dalam
teknik ini engajar hanya membimbing dan memberikan instruksi serta berusaha
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses belajar teknik yang hampir
sama adalah teknik nondirektif.
D. Teknik penyajian simulasi
Teknik pembelajaran ini member
kesempatan kepada peserta didik untuk berperan seperti orang-orang yang
terlibat atau dalam keadaan yang dikehendaki. Peserta didik berlatih memegang
peran sebagai orang lain. Bentuk plaksanaan simulasi ialah peer teaching, sosiodrama,
psikodrama, permaian simulasi, dan bermain peran.
E. Teknik penyajian unit teaching
Teknik pembelajaran ini memberi
kesempatankepada peserta didik untuk aktif
dalam
pengajaran unit yang terdiri atas tiga tahap, yaitu perencanaan, pengerjaan
unit, dan kulminasi sehingga peserta didik dapat belajar secara komprehensif.
F. Teknik penyajian sumbang saran (brain
storming)
Teknik pembelajaran ini melontarkan
masalah kepada peserta didik yang harus dijawab atau ditanggapi oleh mereka
sehingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.
G. Teknik penyajian inquiry
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar
peserta didik terangsang oleh tugas dan mencari sendiri pemecahan masalah itu,
mencari sumber sendiri dan belajar bersama dalam kelompoknya.
H. Teknik penyajian eksperimen
Teknik pembelajaran ini mengaktifkan
peserta didik untuk melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya,
serta membuat laporannya.
I. Teknik penyajian demonstrasi
Teknik pembelajaran ini memperlihatkan
aktivitas pengajar melakukan suatu kegiatan atau percobaan sehingga percobaan
sehingga proses penerimaan pesrta didik terhadap pelajaran lebih mendalam,
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
J. Teknik penyajian karya wisata
Teknik pembelajaran ini berlangsug di
luar kelas. Peserta didik diajak ke suatu objek tertentu untuk meneliti atau
meninjau guna memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dikunjunginya.
K. Teknik penyajian kerja lapangan
Teknik pembelajaran ini mengajak peserta
didik ke suatu tempat di luar sekolah. Tujuannya tidak hanya sekedar untuk
megadakan observasi, tetapi terjun langsung aktif, berpartisipasi ke lapangan
kerja agar peserta didik dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan
sera bekerja sendiri dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.
L. Teknik
penyajian secara kasus
Teknik pembelajaran ini menyajikan bahan
pelajaran berdasarkan kasus yang ditemui peserta didik. Masalah dibahas bersama
untuk mendapat penyelesaian.
M. Teknik penyajian secara system regu
(team teaching)
Teknik pembelajaran ini melibatkan beberapa
orang pengajar untuk membahas satu topic pelajaran. Teknik ini dapat dipadukan
dengan teknik antardisiplin.
N. Teknik penyajian latihan tubian (drill)
Teknik pembelajarn ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatatan-kegiatan latihan
agar memiliki ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
O. Teknik penyajian ceramah
Teknik pembelajaran ini merupakan teknik
tradisional, tetapi masih cocok digunakan terutama bila mengajar pada kelas
yamg jumlah peserta didiknya banyak. Teknik ini digunakan bila tujuan
pembelajaran untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik secara lisan.
Teknik ini dapat dipadukan dengan teknik Tanya jawab atau dialog.[13]
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian pendekatan adalah seperangkat
asumsi mengenai hakekat bahasa dan hakekat belajar-mengajar bahasa. Sifatnya aksiomatik
( filosofis). Dan macam-macamnya adalah Pendekatan
Formal, Pendekatan Fungsional, Pendekatan Integral, Pendekatan Sosiolinguistik,
Pendekatan Psikologi, Pendekatan Psikolinguistik, Pendekatan Pengelolahan Kelas,
Pendekatan Komunikatif.
2.Pengertian metode adalah rencana
menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak
ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semua berdasarkan atas pendekatan yang telah dipilih dalam dalam pembelajaran bahasa dan macam-macamnya
adalah Metode Terjemahan Tatabahasa, Metode Membaca, Metode Audio-Lingual, Metode Reseptif dan
Produktif, Metode
Langsung, Metode Komunikatif, Metode Integratif, Metode Tematik, Metode Kuantum, Metode Konstruktivistik, Metode Partisipatori, Metode Kontekstual, Metode Pembelajaran
Bahasa Komunitas, Metode
Respon Fisik Total, Metode
Cara Diam, Metode
Sugestopedia, Role
playing ( sosiodrama).
3.
Pengertian teknik adalah suatu
kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta
menyempurnakan suatu tujuan langsung
4.
Pengertian dari teknik penyajian bahasa adalah teknik penyajian yang
dikuasai pengajar untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta
didik di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan
digunakan oleh peserta didik dengan baik.
Dan Macam-macam teknik penyajian itu adalah teknik
penyajian diskusi, kerja kelompok, penemuan, simulasi, unit teaching, sumbang
saran, inquiry, eksperimen, demonstrasi, karya wisata, kerja lapangan,
cara kasus, cara system regu, latihan tubian, dan ceramah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Abu.
1997. strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Arsyad, Azhar.
2004. Bahasa dan metode pengajarannya. Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Hamzah, 2008, model
pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandarwassid,
dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyono. 2011. Strategi
pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press.
Semi, Atar.
1993. Rancangan pengajaran bahasa & sastra Indonesia. Bandung:
Angkasa.
http://blog.iain-tulungagung.ac.id/fatoni/2014/10/06/pendekatan-metode-strategi-dan-teknik-dalam-pembelajaran/.
Diakses tanggal 20 februari 2015.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_PENMETTEK_SMP.pdf.
diakses tanggal 20 februari 2015.
[1]http://blog.iain-tulungagung.ac.id/fatoni/2014/10/06/pendekatan-metode-strategi-dan-teknik-dalam-pembelajaran/
[3] Atar. Semi, Rancangan
pengajaran bahasa & sastra Indonesia. (Bandung: angkasa, 1993).
[4] http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_PENMETTEK_SMP.pdf
[5]
Iskandarwassid, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2013), hal 41.
[6] Mulyono. Strategi
pembelajaran ( Malang: Uin maliki press. 2011), Hal 123.
[7] Iskandarwassid,
dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2013), hal 56.
[8] Abu ahmad, strategi belajar mengajar ( Bandung: Pustaka
setia, 1997).hal 74.
[10] Azhar arsyad. Bahasa
dan metode pengajarannya (Yogjakarta: pustaka pelajar, 2004),hal 19.
[11] Iskandarwassid,
dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2013), hal 66.
[12] Iskandarwassid,
dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2013), hal 66.
[13] Iskandarwassid,
dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2013), hal 67.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar