Senin, 27 Juli 2015

Pendekatan studi islam




BAB I
PENDAHULUAN

A.        LATAR BELAKANG
Dari sejak dulu hingga sekarang, agama telah menyatakan eksistensinya, yang berarti agama telah memiliki peran dan fungsi dalam masyarakat. Kenyataan ini menimbulkan adanya minat ilmiah terhadap agama, termasuk Islam. Kemudian muncullah studi Islam, dan studi Islam ini menjadi penting karena Islam termasuk kategori agama yang juga memiliki peran dan fungsi dalam masyarakat.
Dalam studi Islam diperlukan adanya pendekatan agar tujuan studi Islam itu tercapai. Secara umum studi islam bertujuan untuk menggali kembali dasar- dasar dan pokok- pokok ajaran islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi untuk dihadapkan dengan budaya dan dunia modern agar mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia.
Dengan tujuan tersebut maka studi islam akan menggunakan cara pendekatan yang sekiranya relevan, yaitu pendekatan normative, antropologis, sosiologis, teologis, fenomenologis, historis, filosofis, politis, psikologis dan interdisipliner. Namun pada makalah ini hanya membahas tentang pendekatan secara filosofis, historis, semiotika, dan fenomenologis.
B.         RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengertian pendekatan?
Apa saja macam-macam pendekatan study islam?
Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi islam?
Bagaimana pendekatan historis dalam studi islam?
Bagaimana pendekatan semiotika dalam studi islam?
Bagaimana pendekatan fenomenologis dalam studi islam?
 
C.     TUJUAN
Dengan adanya permasalahan diatas maka penulis mengangkat judul ini dengan tujuan agar para pembaca dapat memahami bagaimana model pendekatan dan model yang ada dalam studi islam.

D.        MANFAAT
  • Agar mengetahui dan memahami tentang metodelogi dan pendekatan studi islam.
  • Agar ajaran pendidikan islam yang kita kaji tersampaikan dengan baik.
  • Terealisasikannya ajaran islam dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian  Pendekatan

Dalam KBBI pendekatan adalah “1.) proses perbuatan, cara mendekati,2.) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti.
Pendekatan adalah suatu sikap ilmiah (persepsi) ari seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah.[1] Dengan kata lain pendekatan berarti cara pandang atau paradigm yang terdapat dalam suatu bidang Ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Jalaluddin rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma.

Untuk lebih jelasnya, berbagai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
  1. PENDEKATAN TEOLOGIS
Suatu pendekatan yang normative dan subjektif terhadap agama adalah pendekatan
Teologis. Pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan atau metode tekstual, atau pendekatan itadi maka ia selalu menampakkan sifatnya yang apologis dan deduktif.[2] Secara harfiah pendekatan teologis normative dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunkan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
            Pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya yang paling benar, sedangkan yang lainnya salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah yang benar, sedangkan paham lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain keliru.
            Merupakan tugas mulia bagi para teolog dari berbagai agama untu memperkecil kecenderungan tersebut dengan cara mengformulasikan kembali khazanah pemikiran teologi mereka untuk lebih mengacu pada titik temu antar umat beragama.[3]
            Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah sifat kritis ini ditunjukkan pertama-pertama pada agamanya sendiri(agama sebagai institusi social kemudian pada situasi yang dihadapinya). Teologi masa kritis yaitu suatu usaha manusia untuk memahami penghayatan imannya atau penghayatan agamanya, suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya.[4]

  1. PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak aktab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain, cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi alam melihat sutu masalah yang digunakan pula untuk memahami agama.
Sejalan dengan pendekatan tersebut, dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan postif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya lebih tertrik oada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat messianic yang menjanjikan perubahan tatanan social kemasyarakatan. Adapun golonga orang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya. Karl Marx (1818-1883) sebagai contoh melihat agama sebagai  opium atau candu masyarakat tertentu sehingga mendorongnya untuk memeperkenalakan teori konflik atau yang biasa disebut dengan teori pertentengan kelas. Menurutnya, agama bisa disalah fungsikan oleh kalangan tertentu untuk melestarikan status quo peran tokoh-tokoh agama yang mendukung system kapitalis di eropa yang beragama Kristen.
Selanjutnya, melalui pendekatan antroplogis ini, kita dapat melihat agama adalah hubungan dengan mekanisasi pengorganisasian(social organization) juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti

      Melalui pendekatan antropologis, sebagaimana tersebut diatas, terlihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula, agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fonemena kehiupan manusi  Pendekatan antropologis itu diperlukan,sebab banyak hal yang dibicarakan agama bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis
     Dengan demikian, penekatan antropologi sangat dibutukan dalam memahami ajaran agama tersebut dalam uraian an informasi yang dapat dijelaskan melalui bantuan ilmu antropologi denagan cabang-cabangnya
C. PENDEKATAN SOSIOLOGIS
          Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manuasia yang menguasai hiupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat  dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta kepercayaan, kayakianan yang memberisifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu, Soejono soekanto menagartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatau seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijakan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Di dalam ilmu ini jugadibahas tentang proses sosial, mengingat bahwa ilmu pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambar yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia.
       Dari segi sosiologi ini, pendekatan terhaap agama telah melahirkan berbagai teori. Di antara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah teori tingkatan. Teori ini dikemukakan oleh August Comte (1798-1857). Dalam mukany, Cours de Philosophie Positive; ia menerangkan pandangannya tentang paham positivisme yang alamiah dan menjabarkan tingkatan-tingkatan alam evolusi pemikiran manusia sebagai berikut:
        Tingkatan pertama, yaitu tingkatan yang disebut tingkatan teologi.
         Tingkatan keua, yaitu tingkatan yang mata fisika.
         Tingkatan ketiga, yaitu tingkatan positif.
         Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama dapat dipahami karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Besarnya perhatian agama terhadap sosial ini sebagai alat untuk memahami agamanya. Alam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama, dalam hal ini islam, terhaap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan.
       pertama, dalam al-qur’an atau kitab-kitab hais, proporsi terbesar sumberislam itu berkenaan dengan urusan muamalah. Menurut ayatullah khomaeni dalam bukunya Al-Hukamah Al-Islamiyah yang dikutip Jalaluddin Rahmat mengemukakan bahwa perbandinagan antara ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu banding seratus-untuk ayat ibadah, dan dan seratus ayat muamalah(masalah sosial).
      Kedua, ditekankannya masalah muamalah (sosial) dalam islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), tetapi tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
       Ketiga, ibaah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dari pada ibadah perorangan.
Keempat, dalam islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, kifaratnya (tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan masalah sosial.
            Kelima, dalam islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran yang lebih besar dari ibadah sunah. Dalam hubungan ini, kita misalnya membaca hadis yang artinya sebagai berikut “ Orang yang bekerja keras untuk menyantuni janda dan orang miskin, adalah seperti diperjuangan Allah (atau aku kira beliau berkata) dan seperti orang yang terus-menerussholat malam dan terus-menerus berpuasa.”
            Melalui pendekatan sosiologis, agama dapat dipahami dengan mudah karena agama itu sendiri diturunan untuk kepentingan social.
D. PENDEKATAN FILOSOFIS
                Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang mempersoalkan hakikat dari segala yang ada. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia yang berarti cinta kepada pengetahuan atau cita epada kebjaksanaan1. Dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu. Dari definisi tersebut, apat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formannya. Filsaat mencari sesuatu yag mendasar, asas da inti , hakikat,atau hikmah mengeni sesuatu ang berada di balik proyek formanya filsfat mencari sesuatu yang mendasar,asas dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah.louis o.kattsof mengatakan bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung akan tetapi,merenu bukanlah melamun,melainkan melakukan secara mendalam,radikal,sistematis,dan universal
Berfiir secara filosofis dapat menggunakan dalam memenuhi ajaran agama,dengan maksud agar hikmah,hakikat,aau inti dri ajara agama dapat dimengerti da dipahami secara seksama dengan menggunakan pendekatan filosofis ini,seseorang dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya;dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya.karena demikian pentingnya pendekatan filosofis ini,kita menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk memahami berbagai bidang selain islam
            Melalui pendekatan filosofis ini,seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama formalistik,yakni mengamalkan agama dengan susah payah ,tetapi tidak memiliki makna apa apa,kosog tanpa arti.
E .PENDEKATAN HISTORIS
            Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya di bahas berbagai peristiwa dengam memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku peristiwa tersebut. Pendekatan historis ini di gunakan sebagai upaya untuk menelusuri asal-usul serta pertumbuhan pmikiran dan lembaga keagamaan melalui periode perkembangan sejarah tertentu,serta untuk memahami peranan kekuatan yang dierlihatkan oleh agama dalam periode periode tersebut.Penelitian semacam ini harus dimulai dari masa yang paling awal yang dapat diketahui dalam sejarah manusia.[5]Menurut Hasan Usman,metodologi sejarah adalah suatu periodisasi atau tahapan-tahapan yang ditempuh untuk suatu penelitian sehingga dengan kemampuan yang ada dapat mencapai hakikat sejarah.Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan mendunia. Kuntowijoyo teah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari al-quran, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnyakndunga al-quran itu terbagi menjadi dua bagian. Bagi yang pertama, berisi konsep-konsep dan bagian kedua, brisi kisah-kisah sejarah an perumpamaan,
            Dalam bagian pertama yang berisi konsep-konsep, kita mendapati banyak sekali istilah alquran yang merujuk pada pengertian-pengertian normatif yang khusus doktrin-doktrin etik, aturan-aturan legal dan ajaran-ajaran keagamaan pada umumnya. Pada bagian kedua yang bersi kisah-kisah dan perumpamaan al-quran ingin mengajak umat islam untuk melakukan perenungan untk memperoleh hikmah, melalui kontemlasi tehadap kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa historis ataupun menyagkut simbol-simbol. Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.
F. PENDEKATAN KEBUDAYAAN
            Dalam kamus umum ahasa indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat dan berarti pula kegiaan (usaha) bati (akal dan sebagainya) untuk mecipaka sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan1. Sutan Takdi Alihjabana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari nsur-nsur yang berbda seperti pengetauan, kepercayaan, sen, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain yang dperoleh mausa sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia denga menggunakan dan mengerahka segenap potensi batin yang dilikinya. Di dalam kebudayaan terdapat pengeahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan lain sebagainya dengan demikian kebudayaan tampil seperti pranata yang secar terus menerus dipelihara oleh para pengikutnya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.[6]
            Keudayaan selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami apa yang terdapat pada dataran empirisnya atau agama yang tampil dalam bentuk  formal yang menggenjala dimasyarakat.melalui pemahaman tehadap kebudayaan tersebut,sesorang akan mendapat mengamalkn ajaran agama.
B.     Metode dalam Pendidikan Islam
Metode dalam pendidikan islam (Umum dan Agama Islam) mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat membantu siswa memahami bahan-bahan pelajaran untuk mereka. Arifin Muzayin mengingatkan, bahwa tanpa metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat memproses secara efisien dan efektik dalam pendidikan.
Ada tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis, filosofis, dan sosiologis. Pendekatan historis adalah pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendidikan ini di komparasikan dengan fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu un tuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan pendekatan filosofis adalah pendekatan yang berhubungan dengan kehidupan sosial ketiga pendekatan ini sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan pendidikan.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, setidaknya ada 15 metode, yaitu : ceramah, tanya jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan, diskusi, mmemberi perumpamaan, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, memberi pemahaman, memberikan pengalaman, mempermudah, dan mengembirakan. Arifin Muzain, membagi metode-metode pendidikan Islam menjadi 16 macam, yaitu : berfikir, induktif deduktif, praktik, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan penyuluhan, pemberian contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab, imstal, khitbah, targhib dan tarhieb, dan acquistion selaf education, serta taubat dan ampunan.
Dari dua teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan islam cukup banyak, namun dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainnya memiliki kesamaan. Jika dikombinasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode pendidikan Islam dan dibagi kedalam 11 macam, sesuai dengan metode-metode tersebut adalah :
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.
Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun jawaban.
Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran.
Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik.
Metode mukatabah adalah pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
Metode tafhim adalah pen.didikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya.
Metode cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik.
Metode aquistion atau self education adalah metode pendidikan diri sendiri. Pendidikan dengan metode Self Education dilakukan dengan memberikan dorongan agar peserta didik dapat belajar dan membina diri mereka sendiri, setelah itu barulah dapat membina orang lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam.

BAB III
PENUTUP
1.1.      Kesimpulan
          Jadi,untuk melakukan penyebaran agama islam dalam kehidupan bermasyarakat kita harus terlebih dahulu mengenal dan menerapkan pendekatan dan metodelogi yang akan kita gunakan untuk memperkenalkan dan mengajarkan bagaimana materi dalam agama islam itu sendiri.

1.2.    Saran
          Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.


DAFTAR PUSAKA

1.      Prof.DR. MUHAIMIN,M.A ET AL., Studi Islam Ragam Dimensi Dan Pendekatan,Jakarta:kencana,2012
2.      Prof.DR.Anwar Rosihon,M.Ag:Pengantar Studi Islam,Jakarta:Pustaka Setia,2012
3.      K.H. Zainal Arifin Djamaris,Islam Aqidah  dan Syariah jilid1 Jakarta :PT Raja Grafindo persada,1996.


[1] Adeng Muchtar Ghazali, ilmu Perbandingan Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm.27
[2] Zakiah Daradjat, op. cit., hlm. 37.
[3] Ibid., hlm. 30
[4] Abuddin Nata, op.cit., hlm. 31.
[5] Ibbid.,hlm.46.
[6] Abuddin Nata,op.cit.,hlm.49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar