Rabu, 29 Juli 2015

Metode pendidikan islam



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                  Pendidikan islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya kearah tujuan pendidikan islam yang dicita-citakan yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan islam, ia tidk akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidak tepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas kependidikan islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat. Materi yang benar dan baik, tanpa menggunakan metode yang baik maka akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang oleh kebaikan metode juga.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah pengertian metode pendidikan islam?
1.2.2. Apa saja ragam metode pendidikan?
1.2.3. Apa saja faktor yang mendasari perbedaan penggunaan ragam metode?
1.2.4. Apa saja  metode-metode tradisional pesantren?
1.2.5. Apakah pengertian PAIKEM?
1.3  Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian metode pendidikan islam.
1.3.2. Mengetahui pelajaran ragam metode pendidikan.
1.3.3. Mengetahui faktor yang mendasari perbedaan penggunaan ragam metode.
1.3.4. Mengetahui metode-metode tradisional pesantren.
1.3.5. Mengetahui pengertian PAIKEM.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1          Pengertian Metode Pendidikan Islam
            Metode dalam bahasa arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
            Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran.[1]
            Metode adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Metode pendidikan islam adalah cara-cara yang ditempuh dan dilaksanakan dalam pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan.[2]
2.2          Landasan Islami dari penggunaan metode:
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#þqäótGö/$#ur Ïmøs9Î) s's#Åuqø9$# (#rßÎg»y_ur Îû ¾Ï&Î#Î6y öNà6¯=yès9 šcqßsÎ=øÿè? ÇÌÎÈ  
            Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang    mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat         keberuntungan. (QS. Al-Maidah :35)
2.3 Ragam Metode Pendidikan
            Ada beberapa ragam metode pendidikan diantaranya adalah metode ceramah, diskusi,           resitasi, dll yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Metode ceramah
            Metode ceramah  ialah, penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik  terhadap peserta didik. Dengan kata lain dapat pula dimaksudkan, bahwa metode ceramah atau lecturing itu adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan penuturan secara lisan. Metode ceramah dikenal juga sebagai metode kuliah karena umumnya banyak dipakai di perguruan tinggi . E.Mulyasa menyatakan bahwa metode ceramah merupakan metode  yang paling umum  digunakan dalam pembelajaran  pada metode ini guru menyajikan bahan melalui penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik.[3]
A.    Keuntungan yang dapat diperoleh dengan mempergunakan metode ceramah.
1)    Suasana kelas berjalan dengan tenang  karena peserta didik melakukan aktifitas yang sama, sehingga pendidik dapat mengawasi peserta didik sekaligus.
2)      Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat peserta didik dapat menerima pelajaran sekaligus.
3)      Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
4)      Pleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja, sedangkan bila materi sedikit sedangkan waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.

B.     Kelemahan metode ceramah
1)      Interaksi cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada pendidik).
2)      Pendidik kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauhmana  peserta didik telah menguasai bahan ceramah.
3)      Sering sukar ditangkap maksudnya, bila ceramah berisi istilah-istilah yang tidak /kurang dimengerti peserta didik.
4)      Bilamana pendidik menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam tempo yang terbatas, menimbulkan pemompaan atau pemaksaan terhadap kemampuan penerimaan peserta didik.
5)      Kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kecakapan untuk mengeluarkan pendapat sendiri.
6)      Cenderung membosankan dan perhatian peserta didik berkurang, karena pendidik kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis peserta didik, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur hati mereka.

C.     Untuk mengatasi kelemahan tersebut diusahakan hal-hal sebagai berikut:
1)       Untuk menghilangkan kesalahpahaman peserta didik terhadap materi yang             diberikan, diberi penjelasan dengan memberikan keterangan-keterangan, dengan gerak- gerik, dengan memberikan contoh.
2)       Selingilah metode ceramah dengan metode yang lain untuk menghilangkan            kebosanan anak-anak.
3)       Susunlah ceramah itu secara sistematis.
4)       Dalam menerangkan pelajaran  hendaknya digunakan kata-kata yang sederhana,    jelas, dan mudah dipahami oleh para peserta didik.[4]

2.      Metode Diskusi
               Kata  diskussi  berasal dari bahasa latin yaitu discussus  yang berarti to examine, investigate (memeriksa, menyelidik). Dalam pengertian umum , diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal  dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi ( information sharing), mempertahankan pendapat ( self maintenance), atau pemecahan masalah ( problem solving).
            Metode diskusi dalam pendidikan adalah suatu cara penyajian / penyampaian bahan pelajaran, dimana pendidik memberikan kesempatan kepada para peserta didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
A. Kelebihan-kelebihannya
Seperti juga metode-metode yang lain , metode diskusi mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain yaitu :
1)      Suasana kelas hidup, sebab peserta didik mengarahkan pemikiranya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi peserta didik  dalam metode ini lebih baik.
2)      Peserta didik dilatih berfikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temanya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak, atau tidak berpendapat sama sekali.
3)      Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi, sikap demokratis. Sikap kritis, berfikir sistematis dan sebagainya.
4)      Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi.
5)      Merupakan latihan untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.

B.     Kelemahan-kelemahannya
Disamping kelebihannya  yang telah dikemukakan tersebut, metode  diskusi tidak luput dari kelemahan-kelemahanya, seperti:
1)      Diskusi pada umumya dikuasai oleh peserta didik yang gemar berbicara.
2)      Bagi peserta didik yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
3)      Banyak waktu terpakai, tapi hasilnya kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan.
4)      Sukar digunakan ditempat rendah pada sekolah dasar, tetapi bukan tidak mungkin.

C.     Cara-cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode diskusi
Ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi kelemahan metode diskusi, antara lain:
1)      Dalam menggunakan metode diskusi perhatikan persyaratan berikut:
a.       Taraf kemempuan peserta didik
b.      Tingkat kesukaran yag memerlukan pemecahan yang serius agar dipimpin langsung oleh pendidik.
2)      Kalau pimpinan diskusi itu diberikan kepada peserta didik, hendaknya diatur secara bergiliran.
3)      Pendidik tidak boleh sepenuhnya  mempercayakan pimpinan diskusi pada peserta didik. Perlu adanya bimbingan dan control (pengawasan).
4)      Diusahakan supaya peserta didik mendapat giliran berbicara dan peserta didik lain belajar bersabar mendengarkan pendapat temanya.
3.      Metode Resitasi
           Metode pemberian tugas belajar (resitasi) sering disebut metoe pekerjaan rumah, adalah metode dimana peserta didik diberi tugas khusus diluar jam pelajaran.[5] Dalam pelaksanaan metode ini peserta didik dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi laboratorium, rumah praktikum dan lain sebagainya untukmdapat dipertanggungjawabkan kepada pendidik.
A.    Kelebihan-kelebihannya
Metode pemberian tugas mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1)       Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan, yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat dan yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik.
2)      Mereka berkesempatan memupuk perkembangan dan mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
3)      Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari pendidik, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.
4)      Metode ini membut peserta didik bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

B.     Kelemahan-kelemahannya
1)      Seringkali peserta didik melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa melakukan proses belajar.
2)      Adakalanya tugas itu di kerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3)      Apabila tugas terlalu diberikan, apabila  tugas-tugas itu sukar dilaksanakan ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.
4)      Jika tugas diberikan secara umum, mungkin seseorang peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas karena adanya perbedaan individual dalam memahami bahan pelajaran.
C.     Cara mengatasi  kelemahan-kelemahan metode resitasi
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode resitasi ini, antara lain:
1)      Tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya jelas sehingga mereka mengerti apa yang harus dikerjakan.
2)      Tugas yang diberikan kepada peseeta didik dengan memperlihatkan perbedaan individu masing-masing.
3)      Waktu untuk menyelesaikan tugas harus cukup.
4)      Adakan control atau pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga mendorong peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh.   
5)      Tugas yang diberkan hendaknya menarik minat dan perhatian peserta didik, mendorong peserta didik untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan, diusahakan agar tugas itu bersifat praktis dan ilmiah dan bahan pelajaran yang ditugaskan dari hal-hal yang sudah dikenal peserta didik.

4.      Metode Demonstrasi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (pendidik, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
           Dalam mengajarkan praktek-praktek agama, Nabi Muhammad sebagai pendidik agung banyak mempergunakan metode ini. Seperti mengajarkan cara-cara wudhu, sholat, haji, dan sebagainya. Seluruh cara-cara ini dipraktekkan oleh Nabi Muhammad, kemudian barulah dikerjakan oleh umatnya.
A.    Kebaikan Metode Demonstrasi
1)      Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik diikutsertakan.
2)      Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.
3)      Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh pendidik tetapi juga memperhatikannya bahkan.
B.     Kelemahan Metode Demonstrasi
1)      Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik, untuk itu perlu persiapan yang matang.
2)      Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan peralatan yang cukup.[6]
5.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu  cara mengajar dimana seorang pendidik mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik.
Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta.  Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah pendidik memberikan jawabannya.
A.    Macam-MacamPertanyaan
1.      Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi dua :
a)      Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
b)      Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar, yang dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.
c)      Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan  untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.
2.      Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran :
a)      Pertanyaan ingatan  dimaksudkan untuk mengetahui sampai  sejauh mana pengetahuan sudah dikuasai oleh pelajar.
b)      Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir pelajar dalam menanggapi suatu persoalan.
c)      Pertanyaan permintaan (comphence question), yakni pertanyaan yang mengharapkan agar peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
d)     Pertanyaan retoris (rhetorical question), yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh pendidik.
e)      Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada peserta didik dalam proses berfikirnya.
f)       Pertanyaan menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong peserta didik untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan pertama.
3.      Dilihat dari segi teknik pertanyaan dapat dibedakan :
a)      The Mixed Strategy, yakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis pertanyaan.
b)      The Speaks Strategy, yakni mengajukan pertanyan yang saling bertalian satu sama lain.
c)      The Inductive Strategy, yakni dengan berbagai pertanyaan peserta didik didorong untuk dapat menarik generalisasi dari hal-hal khusus kepada hal-hal yang umum atau dari berbagai fakta menuju hukum-hukum.
d)     The Deductive Strategy, yakni dari suatu generalisasi yang dijadikan sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan dapat menyatakan pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.
B.     Kewajaran Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab akan wajar digunakan untuk :
1)      Menyimpulkan pelajaran yang telah lalu.
2)      Melanjutkan pelajaran yang telah lalu.
3)      Menarik perhatian peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
4)      Memimpin pengamatan atau pemikiran peserta didik.
5)      Menyelingi pembicaraan untuk merangsang perhatian peserta didik dalam belajar.
6)      Meneliti kemampuan peserta didik dalam memahami suatu bacaan yang dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.
C.     KetidakWajaran Metode Tanya Jawab
1)      Menilai taraf kemampuan peserta didik mengenai pelajaran mereka.
2)      Persoalannya sangat komplek sedangkan jawabannya dibatasi oleh pendidik.
3)      Pertanyaan yang diajukan jangan hendaknya terbatas pada jawaban “Ya” atau “Tidak” semata, tetapi hendaknya jawabannya dapat mendorong pemikiran peserta didik untuk memikirkan jawaban yang tepat.
4)      Memberikan giliran hanya kepada peserta didik tertentu saja.
D.    Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
1)      Kehangatan dan Keantusiasan
Untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, pendidik perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban peserta didik. Sikap tersebut termasuk suara, ekspresi wajah, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
2)      Kebiasaan yang perlu dihindari
a)      Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila peserta didik tidak mampu menjawabnya.
b)      Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik karena hal ini akan membuang waktu.
c)      Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
d)     Usahakan agar peserta didik tidak menjawab secara serentak.
e)      Jangan menetukan siapa yang akan menjawab, sebaiknya pertanyaan ditujukan kepada semua peserta didik dalam kelas.
E.     Langkah-Langkah dalam Pelaksanaannya
1)      Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas-jelasnya.
2)      Pendidik harus menyelidiki apakah metode tanya jawab satu-satunya metode yang paling tepat dipakaikan.
3)      Pendidik harus meneliti untuk apa metode ini dipakaikan, apakah :
a)      Dipakaikan untuk menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru.
b)      Untuk mendorong peserta didik supaya mempergunakan pengetahuan untuk pemechan suatu masalah.
c)      Untuk menyimpulkan suatu uraian.
d)     Untuk mengingatkan kembali terhadap apa yang dihafalkan peserta didik.
e)      Untuk menuntun pemikirannya.
f)       Untuk memusatkan perhatiannya.
4)      Kemudian pendidik harus meneliti pula, apakah :
a)      Corak pertanyaan itu mengandung banyak permasalahan atau tidak.
b)      Terbatasnya jawaban atau tidak.
c)      Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong peserta didik berpikir untuk menjawabnya.
5)      Pendidik memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak itu dapat diterima.
6)      Pendidik harus mengajarkan cara-cara pembuktian jawaban, dengan :
a)      Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah, harian dan lain sebagainya.
b)      Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.
c)      Dengan menjelaskan dipapan tulis dengan berbagai argumentasi.
d)     Membandingkan dengan apa yang pernah dilihat peserta didik.
e)      Menguji kebenarannya terhadap orang-orang yang ahli.
f)       Melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran.
F.      Keuntungan Metode Tanya Jawab
1)      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
2)      Pendidik dapat dengan segera mengetahui kemajuan peserta didiknya dari bahan yang telah diberikan.
3)      Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari peserta didik dapat mendorong pendidik untuk memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.
G.    Kelemahan Metode Tanya Jawab
1)      Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah.
2)      Mungkin terjadi perbedaan pendapat antara pendidik dan peserta didik.
3)      Sering terjadi penyelewengan dari masalah pokok.
4)      Apabila peserta didik terlalu banyak, tidak cukup waktu member giliran kepada setiap peserta didik.


2.4           Faktor yang Mendasari Perbedaan Penggunaan Ragam Metode
     Dalam pelaksanaan proses pendidikan, terutama dalam memberikan pengajaran, terdapat berbagai ragam metode yang dikemukakan oleh para ahli. Hal ini menurut Zuhaerini dkk, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing. Misalnya dari segi tujuan dan sifat pelajaran tauhid yang membicarakan masalah keimanan tentunya lebih bersifat filosofis, daripada pelajaran fiqih yang bersifat praktis dan menekankan pada aspek keterampilan. Oleh karena itu cara atau metode yang dipakai juga harus berbeda.
2.       Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya. Oleh karena itu cara atau metode mengajar agama pada tingkat perguruan tinggi tidak dapat disamakan dengan mengajar disekolah dasar.
3.      Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung dengan pengertian di samping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah) masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial kultural ikut menentukan metode yang dipakai oleh guru.
4.      Perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing. Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai mimik, gerak lagu tekanan suara akan lebih berhasil dengan menggunakan metode ceramah dari pada guru lain yang karena pembawaannya, dia tidak pandai berbicara dan berakting di muka kelas.
5.      Karena adanya sarana dan fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Suatu sekolah yang sudah lebih lengkap peralatan sekolahnya, baik sarana pergedungan, kelas dan alat pelajaran untuk praktikum relatif lebih mudah melaksanakan metode demonstrasi dan eksperimen dari pada sekolah-sekolah yang serba kekurangan sarana pendidikannya.
                  Oleh karena itu dalam pendidikan islam, tidak ada jalan untuk memaksakan metode tertentu harus dipergunakan oleh seorang guru. Bahkan guru dalam pendidikan islam adalah pencipta metode mengajar. Oleh karena itu, guru berhak memilih atau menolak penggunaan suatu metode tetentu yang disesuaikan dengan kemampuan dan tujuan serta jenis materi yang diajarkan.

2.5           PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
1.     Pembelajaran Aktif                           
               Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12) artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendir.
sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:

1)Keterlekatan pada tugas (Commitment)

               Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal).

2) Tanggung jawab (Responsibility)

               Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.

3) Motivasi (Motivation)

               Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang¬geng diban¬dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.

Kriteria Pembelajaran Aktif:

Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti:
• Menulis
• Berdiskusi
• Berdebat
• Memecahkan masalah
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan
• Menjelaskan
• Menganalisis
• Mensintesa
• Mengevaluasi

2. Pembelajaran Inovatif   

               Inovasi adalah sebagai: “something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.

               Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.

               Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara system atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.

                Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.


3. Pembelajaran Kreatif 
 
    Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa

Kriteria Kreatif:

• Berpikir kritis
• Memecahkan masalah secara konstruktif
• Ide/ gagasan yang berbeda
• Berfikir konvergen (pemecahan masalah yang “benar” atau “terbaik”).
• Berfikir divergen (beragam alternative pemecahan masalah)
• Fleksibelitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
• Berfikir terbuka

4. Pembelajaran Efektif   

               Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.

               Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar.

Kriteria Efektif:

Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
• Siswa menguasai konsep
• Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
• Siswa menghasilkan produk tertentu
• Siswa termotivasi untuk giat belajar

5. Pembelajaran Menyenangkan 

               Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.

3        METODE-METODE TRADISIONAL PESANTREN
a.       Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan suatu metode yang ditempuh dengan cara guru menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual, biasanya disamping dipesantren juga dilangsungkan dilanggar (musholla), masjid atau terkadang malah dirumah-rumah. Penyampaian pelajaran kepada santri secara bergilir ini biasanya dipraktekkan pada santri yang jumlahnya sedikit.
Dipesantren, sasaran metode ini adalah kelompok santri pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Al-Qur’an. Melalui sorogan, perkembangan intelektual santri dapat ditangkap oleh kiai secara utuh.

b.      Metode Wetonan
Metode wetonan, atau disebut bandongan adalah metode yang paling utama dilingkungan pesantren. Zamakhsyari Dhofier menerangkan bahwa metode wetonan (bandongan) ialah suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menterjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-buku islam dalam bahasa Arab sedang sekelompok santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit.
Penerapan metode tersebut mengakibatkan santri bersikap pasif. Sebab kreativitas dalam proses belajar-mengajar didominasi ustadz atau kiai, sementara santri hanya mendengarkan dan memperhatikan keterangannya. Dengan kata lain, santri tidak dilatih mengekspresikan daya kritisnya guna mencermati kebenaran suatu pendapat. [7]
 BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Metode pendidikan islam adalah cara-cara yang ditempuh dan dilaksanakan dalam pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan.
2.      Ragam metode pendidikan diantaranya adalah metode ceramah, diskusi, resitasi, demonstrasi  dan sebagainya.
3.      Faktor yang mendasari perbedaan penggunaan ragam metode
a.       Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing.
b.      Perbedaan situasi dan kondisi
c.       Perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing..
d.      Karena adanya sarana dan fasilitas yang berbeda
4.     PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
5.     Metode-metode tradisional pesantren yaitu metode sorogan dan metode wetonan
 DAFTAR PUSTAKA
            Ramayulis. 2012. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia      
            Saebani, Beni Ahmad dan Hendra Akhdiyat. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung :                          CV. Pustaka Setia
            Qomar, Mujamil. 1996. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi            Institusi. Jakarta : Erlangga
            http://anwarmyla.blogspot.com/2013/10/ilmu-pendidikan-islam-metode-dalam.html



[1] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia), hal.2-3
[2] Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islma,( Bandung, CV. Pustaka Setia), hal.260
[3] E. Mulyasa, menjadi guru professional, ( bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 114.
[4] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia), hal.299-303

[5] Zuhairini, dkk., Metodik khusus pendidikan
[6] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia), hal.313-314

[7] Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi  Institusi, (Jakarta : Erlangga, 1996), hal.142

Tidak ada komentar:

Posting Komentar