BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan islam dalam pelaksanaannya membutuhkan
metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya kearah tujuan
pendidikan islam yang dicita-citakan yaitu terbentuknya pribadi yang beriman
yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Bagaimanapun baik dan
sempurnanya suatu kurikulum pendidikan islam, ia tidk akan berarti apa-apa,
manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya
kepada peserta didik. Ketidak tepatan dalam penerapan metode secara praktis
akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan
tenaga secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya
aktivitas kependidikan islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan
yang esensial, karena tujuan pendidikan islam itu akan tercapai secara tepat
guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.
Materi yang benar dan baik, tanpa menggunakan metode yang baik maka akan
menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang oleh
kebaikan metode juga.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1.
Apakah pengertian metode pendidikan islam?
1.2.2.
Apa saja ragam metode pendidikan?
1.2.3.
Apa saja faktor yang mendasari perbedaan penggunaan ragam metode?
1.2.4.
Apa saja metode-metode tradisional
pesantren?
1.2.5.
Apakah pengertian PAIKEM?
1.3
Tujuan
1.3.1.
Mengetahui pengertian metode pendidikan islam.
1.3.2.
Mengetahui pelajaran ragam metode pendidikan.
1.3.3.
Mengetahui faktor yang mendasari perbedaan penggunaan ragam metode.
1.3.4.
Mengetahui metode-metode tradisional pesantren.
1.3.5.
Mengetahui pengertian PAIKEM.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metode
dalam bahasa arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila
dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam
proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar
peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna
dengan baik.
Metode mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan
peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian,
metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran.[1]
Metode adalah cara yang ditempuh
untuk mencapai tujuan. Metode pendidikan islam adalah cara-cara yang ditempuh
dan dilaksanakan dalam pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan
pendidikan.[2]
2.2
Landasan Islami dari penggunaan metode:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#þqäótGö/$#ur Ïmøs9Î) s's#Åuqø9$# (#rßÎg»y_ur Îû ¾Ï&Î#Î6y öNà6¯=yès9 cqßsÎ=øÿè? ÇÌÎÈ
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah :35)
2.3 Ragam Metode Pendidikan
Ada beberapa ragam metode pendidikan
diantaranya adalah metode ceramah, diskusi, resitasi, dll yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Metode
ceramah
Metode ceramah ialah, penerangan dan penuturan secara lisan
oleh pendidik terhadap peserta didik.
Dengan kata lain dapat pula dimaksudkan, bahwa metode ceramah atau lecturing
itu adalah suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui
penerangan dan penuturan secara lisan. Metode ceramah dikenal juga sebagai
metode kuliah karena umumnya banyak dipakai di perguruan tinggi . E.Mulyasa
menyatakan bahwa metode ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran pada metode ini guru menyajikan bahan melalui
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik.[3]
A.
Keuntungan
yang dapat diperoleh dengan mempergunakan metode ceramah.
1)
Suasana kelas berjalan dengan tenang karena peserta didik melakukan aktifitas yang
sama, sehingga pendidik dapat mengawasi peserta didik sekaligus.
2)
Tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat
peserta didik dapat menerima pelajaran sekaligus.
3)
Pelajaran
bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan
bahan yang banyak.
4)
Pleksibel
dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas
dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja, sedangkan bila materi
sedikit sedangkan waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.
B.
Kelemahan
metode ceramah
1)
Interaksi
cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada pendidik).
2)
Pendidik
kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauhmana
peserta didik telah menguasai bahan ceramah.
3)
Sering
sukar ditangkap maksudnya, bila ceramah berisi istilah-istilah yang tidak
/kurang dimengerti peserta didik.
4)
Bilamana pendidik menyampaikan bahan
sebanyak-banyaknya dalam tempo yang terbatas, menimbulkan pemompaan atau
pemaksaan terhadap kemampuan penerimaan peserta didik.
5)
Kurang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kecakapan untuk
mengeluarkan pendapat sendiri.
6)
Cenderung
membosankan dan perhatian peserta didik berkurang, karena pendidik kurang
memperhatikan faktor-faktor psikologis peserta didik, sehingga bahan yang
dijelaskan menjadi kabur hati mereka.
C.
Untuk
mengatasi kelemahan tersebut diusahakan hal-hal sebagai berikut:
1)
Untuk
menghilangkan kesalahpahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan, diberi penjelasan dengan
memberikan keterangan-keterangan, dengan gerak-
gerik, dengan memberikan contoh.
2)
Selingilah
metode ceramah dengan metode yang lain untuk menghilangkan kebosanan anak-anak.
3)
Susunlah
ceramah itu secara sistematis.
4)
Dalam
menerangkan pelajaran hendaknya
digunakan kata-kata yang sederhana, jelas,
dan mudah dipahami oleh para peserta didik.[4]
2.
Metode
Diskusi
Kata diskussi berasal dari bahasa latin yaitu discussus
yang berarti to examine, investigate (memeriksa, menyelidik). Dalam
pengertian umum , diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih
individu yang berintegrasi secara verbal
dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu
melalui cara tukar menukar informasi ( information sharing),
mempertahankan pendapat ( self maintenance), atau pemecahan masalah (
problem solving).
Metode
diskusi dalam pendidikan adalah suatu cara penyajian / penyampaian bahan
pelajaran, dimana pendidik memberikan kesempatan kepada para peserta
didik/kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas sesuatu masalah.
A. Kelebihan-kelebihannya
Seperti juga metode-metode yang lain , metode
diskusi mempunyai kelebihan-kelebihan, antara lain yaitu :
1) Suasana kelas hidup, sebab peserta didik mengarahkan pemikiranya kepada
masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi peserta didik dalam metode ini lebih baik.
2) Peserta didik dilatih berfikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat
teman-temanya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak, atau tidak
berpendapat sama sekali.
3) Dapat menaikkan prestasi
kepribadian individual, seperti toleransi, sikap demokratis. Sikap kritis,
berfikir sistematis dan sebagainya.
4) Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi.
5) Merupakan latihan untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang
berlaku dalam musyawarah.
B. Kelemahan-kelemahannya
Disamping kelebihannya yang telah dikemukakan tersebut, metode diskusi tidak luput dari
kelemahan-kelemahanya, seperti:
1) Diskusi pada umumya dikuasai oleh peserta didik yang gemar berbicara.
2) Bagi peserta didik yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskan
diri dari tanggung jawab.
3) Banyak waktu terpakai, tapi hasilnya kadang-kadang tidak seperti yang
diharapkan.
4) Sukar digunakan ditempat rendah pada sekolah dasar, tetapi bukan
tidak mungkin.
C. Cara-cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode diskusi
Ada beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi kelemahan
metode diskusi, antara lain:
1)
Dalam
menggunakan metode diskusi perhatikan persyaratan berikut:
a.
Taraf
kemempuan peserta didik
b.
Tingkat
kesukaran yag memerlukan pemecahan yang serius agar dipimpin langsung oleh
pendidik.
2)
Kalau
pimpinan diskusi itu diberikan kepada peserta didik, hendaknya diatur secara
bergiliran.
3)
Pendidik
tidak boleh sepenuhnya mempercayakan
pimpinan diskusi pada peserta didik. Perlu adanya bimbingan dan control
(pengawasan).
4)
Diusahakan
supaya peserta didik mendapat giliran berbicara dan peserta didik lain belajar
bersabar mendengarkan pendapat temanya.
3.
Metode
Resitasi
Metode pemberian
tugas belajar (resitasi) sering disebut metoe pekerjaan rumah, adalah metode
dimana peserta didik diberi tugas khusus diluar jam pelajaran.[5]
Dalam pelaksanaan metode ini peserta didik dapat mengerjakan tugasnya tidak
hanya di rumah, tetapi laboratorium, rumah praktikum dan lain sebagainya
untukmdapat dipertanggungjawabkan kepada pendidik.
A.
Kelebihan-kelebihannya
Metode pemberian tugas mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1)
Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari
hasil belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan, yang banyak berhubungan
dengan minat atau bakat dan yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap,
tahan lama dan lebih otentik.
2)
Mereka
berkesempatan memupuk perkembangan dan mengambil inisiatif, bertanggung jawab
dan berdiri sendiri.
3)
Tugas
dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari pendidik, lebih
memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari.
4)
Metode
ini membut peserta didik bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan
belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
B.
Kelemahan-kelemahannya
1)
Seringkali
peserta didik melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain, tanpa melakukan proses belajar.
2)
Adakalanya
tugas itu di kerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3)
Apabila
tugas terlalu diberikan, apabila
tugas-tugas itu sukar dilaksanakan ketenangan mental mereka dapat
terpengaruh.
4)
Jika
tugas diberikan secara umum, mungkin seseorang peserta didik akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas karena adanya perbedaan individual dalam
memahami bahan pelajaran.
C.
Cara
mengatasi kelemahan-kelemahan metode
resitasi
Ada beberapa cara untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dari metode resitasi ini, antara lain:
1) Tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya jelas sehingga mereka
mengerti apa yang harus dikerjakan.
2)
Tugas
yang diberikan kepada peseeta didik dengan memperlihatkan perbedaan individu
masing-masing.
3)
Waktu
untuk menyelesaikan tugas harus cukup.
4)
Adakan
control atau pengawasan yang sistematis atau tugas yang diberikan sehingga
mendorong peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
5) Tugas yang diberkan hendaknya menarik minat dan perhatian peserta didik,
mendorong peserta didik untuk mencari, mengalami, dan menyampaikan, diusahakan
agar tugas itu bersifat praktis dan ilmiah dan bahan pelajaran yang ditugaskan
dari hal-hal yang sudah dikenal peserta didik.
4.
Metode
Demonstrasi
Istilah
demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar
yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian
peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu
telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang
mendemonstrasikan (pendidik, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan
sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
Dalam mengajarkan praktek-praktek
agama, Nabi Muhammad sebagai pendidik agung banyak mempergunakan metode ini.
Seperti mengajarkan cara-cara wudhu, sholat, haji, dan sebagainya. Seluruh
cara-cara ini dipraktekkan oleh Nabi Muhammad, kemudian barulah dikerjakan oleh
umatnya.
A.
Kebaikan
Metode Demonstrasi
1)
Keaktifan
peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik diikutsertakan.
2)
Pengalaman
peserta didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu
demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan
kecakapannya.
3)
Pelajaran
yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, peserta didik bukan
saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh pendidik tetapi juga
memperhatikannya bahkan.
B.
Kelemahan
Metode Demonstrasi
1)
Metode
ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidik, untuk itu perlu persiapan
yang matang.
2)
Sulit
dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan peralatan yang cukup.[6]
5.
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu
cara mengajar dimana seorang pendidik mengajukan beberapa pertanyaan
kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan
yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta
didik.
Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan
berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab,
pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik (dalam hal ini pendidik atau
peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah
pendidik memberikan jawabannya.
A.
Macam-MacamPertanyaan
1.
Dilihat
dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi dua :
a)
Pertanyaan
awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan
yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima
pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
b)
Pertanyaan
di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar, yang dimaksudkan untuk
mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.
c)
Pertanyaan
akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk mengulang, atau menyimpulkan materi
pembelajaran.
2.
Dilihat
dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu
pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran :
a)
Pertanyaan
ingatan dimaksudkan untuk mengetahui
sampai sejauh mana pengetahuan sudah
dikuasai oleh pelajar.
b)
Pertanyaan
pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir pelajar
dalam menanggapi suatu persoalan.
c)
Pertanyaan
permintaan (comphence question), yakni pertanyaan yang mengharapkan agar
peserta didik mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
d)
Pertanyaan
retoris (rhetorical question), yakni pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh pendidik.
e)
Pertanyaan
mengarahkan atau menuntun (prompting question), yaitu pertanyaan yang
diajukan untuk memberi arah kepada peserta didik dalam proses berfikirnya.
f)
Pertanyaan
menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong
peserta didik untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan pertama.
3.
Dilihat
dari segi teknik pertanyaan dapat dibedakan :
a)
The
Mixed Strategy, yakni
mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis pertanyaan.
b)
The
Speaks Strategy, yakni
mengajukan pertanyan yang saling bertalian satu sama lain.
c)
The
Inductive Strategy, yakni dengan
berbagai pertanyaan peserta didik didorong untuk dapat menarik generalisasi
dari hal-hal khusus kepada hal-hal yang umum atau dari berbagai fakta menuju
hukum-hukum.
d)
The
Deductive Strategy, yakni dari
suatu generalisasi yang dijadikan sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan
dapat menyatakan pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.
B.
Kewajaran
Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab akan wajar digunakan untuk :
1)
Menyimpulkan
pelajaran yang telah lalu.
2)
Melanjutkan
pelajaran yang telah lalu.
3)
Menarik
perhatian peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
4)
Memimpin
pengamatan atau pemikiran peserta didik.
5)
Menyelingi
pembicaraan untuk merangsang perhatian peserta didik dalam belajar.
6)
Meneliti
kemampuan peserta didik dalam memahami suatu bacaan yang dibacanya atau ceramah
yang sudah didengarnya.
C.
KetidakWajaran
Metode Tanya Jawab
1)
Menilai
taraf kemampuan peserta didik mengenai pelajaran mereka.
2)
Persoalannya
sangat komplek sedangkan jawabannya dibatasi oleh pendidik.
3)
Pertanyaan
yang diajukan jangan hendaknya terbatas pada jawaban “Ya” atau “Tidak” semata,
tetapi hendaknya jawabannya dapat mendorong pemikiran peserta didik untuk memikirkan
jawaban yang tepat.
4)
Memberikan
giliran hanya kepada peserta didik tertentu saja.
D.
Hal-Hal
yang Perlu Diperhatikan
1)
Kehangatan
dan Keantusiasan
Untuk
meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, pendidik perlu
menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima
jawaban peserta didik. Sikap tersebut termasuk suara, ekspresi wajah, dan
posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
2)
Kebiasaan
yang perlu dihindari
a)
Jangan
mengulang-ulang pertanyaan bila peserta didik tidak mampu menjawabnya.
b)
Jangan
mengulang-ulang jawaban peserta didik karena hal ini akan membuang waktu.
c)
Jangan
menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh
kesempatan untuk menjawabnya.
d)
Usahakan
agar peserta didik tidak menjawab secara serentak.
e)
Jangan
menetukan siapa yang akan menjawab, sebaiknya pertanyaan ditujukan kepada semua
peserta didik dalam kelas.
E.
Langkah-Langkah
dalam Pelaksanaannya
1)
Tujuan
pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas-jelasnya.
2)
Pendidik
harus menyelidiki apakah metode tanya jawab satu-satunya metode yang paling
tepat dipakaikan.
3)
Pendidik
harus meneliti untuk apa metode ini dipakaikan, apakah :
a)
Dipakaikan
untuk menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru.
b)
Untuk
mendorong peserta didik supaya mempergunakan pengetahuan untuk pemechan suatu
masalah.
c)
Untuk
menyimpulkan suatu uraian.
d)
Untuk
mengingatkan kembali terhadap apa yang dihafalkan peserta didik.
e)
Untuk
menuntun pemikirannya.
f)
Untuk
memusatkan perhatiannya.
4)
Kemudian
pendidik harus meneliti pula, apakah :
a)
Corak
pertanyaan itu mengandung banyak permasalahan atau tidak.
b)
Terbatasnya
jawaban atau tidak.
c)
Hanya
dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong peserta didik berpikir
untuk menjawabnya.
5)
Pendidik
memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak itu dapat diterima.
6)
Pendidik
harus mengajarkan cara-cara pembuktian jawaban, dengan :
a)
Mengemukakan
suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah, harian dan lain sebagainya.
b)
Meneliti
setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.
c)
Dengan
menjelaskan dipapan tulis dengan berbagai argumentasi.
d)
Membandingkan
dengan apa yang pernah dilihat peserta didik.
e)
Menguji
kebenarannya terhadap orang-orang yang ahli.
f)
Melakukan
eksperimen untuk membuktikan kebenaran.
F.
Keuntungan
Metode Tanya Jawab
1)
Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
2)
Pendidik
dapat dengan segera mengetahui kemajuan peserta didiknya dari bahan yang telah
diberikan.
3)
Pertanyaan-pertanyaan
yang sulit dan agak baik dari peserta didik dapat mendorong pendidik untuk
memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.
G.
Kelemahan
Metode Tanya Jawab
1)
Pemakaian
waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah.
2)
Mungkin
terjadi perbedaan pendapat antara pendidik dan peserta didik.
3)
Sering
terjadi penyelewengan dari masalah pokok.
4)
Apabila
peserta didik terlalu banyak, tidak cukup waktu member giliran kepada setiap
peserta didik.
2.4
Faktor yang Mendasari
Perbedaan Penggunaan Ragam Metode
Dalam pelaksanaan
proses pendidikan, terutama dalam memberikan pengajaran, terdapat berbagai
ragam metode yang dikemukakan oleh para ahli. Hal ini menurut Zuhaerini dkk,
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis,
sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing. Misalnya dari segi tujuan dan
sifat pelajaran tauhid yang membicarakan masalah keimanan tentunya lebih
bersifat filosofis, daripada pelajaran fiqih yang bersifat praktis dan menekankan
pada aspek keterampilan. Oleh karena itu cara atau metode yang dipakai juga
harus berbeda.
2. Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan,
tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya. Oleh karena itu cara atau
metode mengajar agama pada tingkat perguruan tinggi tidak dapat disamakan
dengan mengajar disekolah dasar.
3. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung dengan
pengertian di samping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah)
masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial kultural ikut
menentukan metode yang dipakai oleh guru.
4. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing. Seorang
guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai mimik, gerak lagu
tekanan suara akan lebih berhasil dengan menggunakan metode ceramah dari pada
guru lain yang karena pembawaannya, dia tidak pandai berbicara dan berakting di
muka kelas.
5. Karena adanya sarana dan fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas
maupun dari segi kuantitasnya. Suatu sekolah yang sudah lebih lengkap peralatan
sekolahnya, baik sarana pergedungan, kelas dan alat pelajaran untuk praktikum
relatif lebih mudah melaksanakan metode demonstrasi dan eksperimen dari pada
sekolah-sekolah yang serba kekurangan sarana pendidikannya.
Oleh
karena itu dalam pendidikan islam, tidak ada jalan untuk memaksakan metode
tertentu harus dipergunakan oleh seorang guru. Bahkan guru dalam pendidikan
islam adalah pencipta metode mengajar. Oleh karena itu, guru berhak memilih atau
menolak penggunaan suatu metode tetentu yang disesuaikan dengan kemampuan dan
tujuan serta jenis materi yang diajarkan.
2.5
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
1. Pembelajaran Aktif
Secara
harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby,
1994:12) artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.
Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua
siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual.
Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman
langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya
sendir.
sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
1)Keterlekatan pada tugas (Commitment)
Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal).
2) Tanggung jawab (Responsibility)
Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3) Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang¬geng diban¬dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.
Kriteria Pembelajaran Aktif:
Siswa melakukan sesuatu dan memikirkan apa yang mereka lakukan seperti:
• Menulis
• Berdiskusi
• Berdebat
• Memecahkan masalah
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan
• Menjelaskan
• Menganalisis
• Mensintesa
• Mengevaluasi
2. Pembelajaran Inovatif
Inovasi adalah sebagai: “something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan piawai dalam mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena pemahaman interkoneksi di antara system atau subsistem terkait dengan persoalan yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan, dianalisis dan disintesiskan sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara jelas dan efektif melalui tuturan / lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam mencapai tujuan bersama.
3. Pembelajaran Kreatif
Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa
Kriteria Kreatif:
• Berpikir kritis
• Memecahkan masalah secara konstruktif
• Ide/ gagasan yang berbeda
• Berfikir konvergen (pemecahan masalah yang “benar” atau “terbaik”).
• Berfikir divergen (beragam alternative pemecahan masalah)
• Fleksibelitas dalam berpikir (melihat dari berbagai sudut pandang)
• Berfikir terbuka
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar.
Kriteria Efektif:
Ketercapaian target hasil belajar, dapat berupa:
• Siswa menguasai konsep
• Siswa mampu mengaplikasikan konsep pada masalah sederhana
• Siswa menghasilkan produk tertentu
• Siswa termotivasi untuk giat belajar
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
3
METODE-METODE
TRADISIONAL PESANTREN
a. Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan suatu metode yang ditempuh dengan
cara guru menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual, biasanya
disamping dipesantren juga dilangsungkan dilanggar (musholla), masjid atau
terkadang malah dirumah-rumah. Penyampaian pelajaran kepada santri secara
bergilir ini biasanya dipraktekkan pada santri yang jumlahnya sedikit.
Dipesantren, sasaran metode ini adalah kelompok santri pada tingkat
rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Al-Qur’an. Melalui sorogan,
perkembangan intelektual santri dapat ditangkap oleh kiai secara utuh.
b.
Metode
Wetonan
Metode wetonan, atau disebut bandongan adalah metode yang
paling utama dilingkungan pesantren. Zamakhsyari Dhofier menerangkan bahwa
metode wetonan (bandongan) ialah suatu metode pengajaran dengan cara guru
membaca, menterjemahkan, menerangkan dan mengulas buku-buku islam dalam bahasa
Arab sedang sekelompok santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan bukunya
sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang
kata-kata atau buah fikiran yang sulit.
Penerapan metode tersebut mengakibatkan santri bersikap pasif.
Sebab kreativitas dalam proses belajar-mengajar didominasi ustadz atau kiai,
sementara santri hanya mendengarkan dan memperhatikan keterangannya. Dengan
kata lain, santri tidak dilatih mengekspresikan daya kritisnya guna mencermati
kebenaran suatu pendapat. [7]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Metode
pendidikan islam adalah cara-cara yang ditempuh dan dilaksanakan dalam
pendidikan Islam agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan.
2.
Ragam metode pendidikan diantaranya adalah
metode ceramah, diskusi, resitasi, demonstrasi dan sebagainya.
3. Faktor yang mendasari perbedaan penggunaan ragam metode
a. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis,
sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing.
b. Perbedaan situasi dan kondisi
c. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing..
d. Karena adanya sarana dan fasilitas yang berbeda
4.
PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
5.
Metode-metode tradisional
pesantren yaitu metode sorogan dan metode
wetonan
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis. 2012. Metodologi
Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Saebani, Beni Ahmad dan Hendra
Akhdiyat. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : CV.
Pustaka Setia
Qomar, Mujamil. 1996. Pesantren
Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta
: Erlangga
http://anwarmyla.blogspot.com/2013/10/ilmu-pendidikan-islam-metode-dalam.html
[1]
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia), hal.2-3
[2]
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islma,( Bandung, CV.
Pustaka Setia), hal.260
[3]
E. Mulyasa, menjadi guru professional, ( bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), 114.
[4]
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia),
hal.299-303
[5]
Zuhairini, dkk., Metodik khusus pendidikan
[6]
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia),
hal.313-314
[7] Mujamil Qomar, Pesantren
Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta : Erlangga, 1996),
hal.142
Tidak ada komentar:
Posting Komentar