BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hadits dan Terjemahannya
لَا يَسْأَلُ رَجُلٌ مَوْلَاهُ مِنْ فَضْلٍ
هُوَ عِنْدَهُ، فَيَمْنَعُهُ إِيَّاهُ، إِلَّا دُعِيَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَضْلُهُ الَّذِيْ مَنَعَهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ
“Tidaklah seseorang meminta kelebihan harta yang
dimiliki tuannya lalu dia tidak memberinya kecuali akan didatangkan ketika hari
kiamat kelebihan harta itu berupa ular gundul.”(HR. Abu Dawud)
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا (رواه الامام احمد)
“Hati-hatilah
kamu terhadap sifat bakhil, karena bakhil telah merusak orang-orang sebelum
kalian. Mereka memutuskan silaturahmi, berbuat bakhil dan berbuat maksiat,
semuanya disebabkan oleh penyakit bakhil ini” (Hadits riwayat
Imam Ahmad).
2.2 Keterangan Hadits
فَيَمْنَعُهُ = Dia tidak
memberinya harta
شُجَاعًا = Keras, kasar, kejam
هَلَكَ =
Merusak
فَقَطَعُوا
وَأَمَرَهُمْ =
Memutuskan silaturahmi
2.3 Kandungan Hadits
1.
Larangan untuk berbuat bakhil, karena hal itu
merupakan perbuatan tercela dan sangat tidak dianjurkan dalam islam
2.
Harta hanyalah titipan dari Allah, yang
karenanya kita dianjurkan untuk saling berbagi dan belas kasihan terhadap
sesama manusia
3.
Perbuatan bakhil atau kikir dapat memutuskan
silaturahmi
4.
Balasan bagi seorang yang kikir adalah neraka
jahanam dan ditemani oleh ular yang ganas lagi kejam.
2.4 Relevansi
Hadits dengan Hadits Lain
البخيل بعيد من الله، بعيد من
الجنة، بعيد من الناس (رواه الترمذى)
“Orang yang
bakhil jauh dari Allah; jauh dari surga dan jauh dari manusia (Hadits riwayat
Turmudzi)”.
Nabi SAW juga pernah
bersabda sehubungan dengan sifat yang tercela ini:
لا يدخل الجنة حب ولا بخيل ولا
منان (رواه الترمذى)
“Tak akan masuk surga orang yang suka menipu, orang bakhil dan
orang yang suka mengharap-harapkan pemberian dari orang lain. (Hadits
riwayat Turmudzi)”
Seorang yang
benar-benar beriman, akan menjauhi sifat yang tercela ini. Tugas utama bagi
seorang yang beriman ialah ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang
lain, dan mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Rasulullah SAW
telah bersabda :
لا يؤمن احدكم حتى يحب لاخيه ما
يحب لنفسه (رواه البخارى و مسلم
“Bukanlah
termasuk orang yang beriman apabila seseorang di antara kalian tidak mencintai
saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri” (Hadits riwayat Imam Bukhari
dan Imam Muslim).
Rasulullah
juga menganggap bahwa bakhil adalah suatu sifat yang amat membahayakan
masyarakat.
2.5 Munasabah
Hadits dengan Ayat
وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ
فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا
بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“ Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka,
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk
bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya
di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan
di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran : 180)
فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ
وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (٧٦)
“ Maka setelah Allah memberikan
kepada mereka sebagian dari karunia-nya, mereka kikir dengan karunia itu dan ia
berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)
Dalam keterangan firman Allah SWT
diatas, sudah cukuplah jelas bahwa perbuatan kikir sangatlah tercela dan barang
siapa yang memiliki sifat ini, maka dia dibenci oelh orang-orang ketika di
dunia dan kelak di akhirat akan di masukkan ke neraka jahannam.
2.6
Asbab Al-Wurud Hadits
Dalam
hal ini, kami tidak menemukan secara pasti asbab al-wurud yang berkaitan dengan
hadits ini. Akan tetapi sudah jelas bahwa Allah dan Rasulnya tidak menyukai perbuatan
tersebut perbuatan kikir hanya akan membawa keburukan terhadap orang yang
melakukannya, karena setiap perbuatan dan perkataan akan dicatat oleh malaikat
yang telah ditugaskan oleh Allah Swt, dan kita tak bisa menghindari hal
tersebut.
Allah
telah berfirman dalam surah Muhammad:
‘Jika Dia meminta harta kepadamu lalu
mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan
menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk
menafkahkan (hartamu) pada Jalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir
dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap diri nya sendiri.
Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling , niscaya Dia akan mengganti (kamu)
dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (muhammad; 37-38)
2.7 Kata Kunci
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ
Artinya: Hati-hatilah
kamu terhadap sifat bakhil, karena bakhil telah merusak…
Seseorang yang memiliki sifat bakhil
ini tentulah dia sangat merugikan orang yang dekat dengannya, dia telah
merusak, dan juga membuat tali persaudaraan putus. Untuk itu kita harus
menjauhinya dari perbuatan tercela ini.
2.8 Pembahasan
Hadits
Bakhil
atau kikir adalah sifat tercela yang ditimbulkan dari rasa egoisme
yang keterlaluan. Orang yang karakternya demikian mempunyai hati yang keras,
tidak mempunyai rasa belaskasihan dan tidak berperikemanusiaan.
Penyakit bakhil
akan menyebabkan malapetaka yang besar terhadap suatu masyarakat. Penyakit ini
bisa menanamkan rasa dengki dan iri hati dalam jiwa orang-orang fakir miskin
terhadap orang-orang kaya yang bakhil. Sebagai akibatnya, orang-orang miskin
tersebut akan mencari-cari kesempatan yang tepat untuk melampiaskan rasa
kedengkiannya terhadap orang-orang kaya yang bakhil, dan berusaha mencari jalan
untuk menghancurkan harta kekayaan mereka.
Hal yang
sangat penting untuk diketahui setiap muslim ialah bahwa harta yang dimiliki
dalam bentuk apapun yang ada di sekitarnya adalah milik Allah subhanahu
wa ta’ala. Tidaklah
dia mendapatkan harta dan semua yang menjadi miliknya kecuali dengan izin
Allah, manusia tidaklah berkuasa sepenuhnya pada harta tersebut. Status harta itu
hanya amanah atau titipan dari Allah saja. Sebagaimana
dalam hadits:
يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ
أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِيْ أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ عَارٍ
إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِيْ أَكْسُكُمْ
“Wahai para hamba-Ku, kalian
semua pada asalnya lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mohonlah
makanan pada-Ku. Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian pada asalnya
telanjang, kecuali orang yang Kuberi pakaian, maka mohonlah kepada-Ku pakaian.” (HR Muslim)
Gambaran
hadits di atas menguatkan bahwa manusia tidaklah memiliki apa-apa semua
kebutuhan hidupnya dicukupi oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan perlu diingat, manakala lahir di
dunia manusia tidaklah membawa apapun walau sehelai benang, lalu Allah berikan rizki
kepadanya berupa pakaian dengan berbagai aneka ragam jenis dan jumlahnya.
Lalu dengan
hikmah-Nya yang mulia, Allah telah memerintahkan kepada kita selaku penerima
nikmat untuk menunaikan hak harta tersebut dengan zakat, infaq dan shadaqah
sehingga kita menjadi orang yang dermawan karena kedermawanan adalah salah satu
jalan menuju surga. Dan Allah melarang dari sifat bakhil (kikir atau pelit) yang merupakan
lawan dari sifat dermawan.
Oleh karena
itu, Islam menganggap bakhil sebagai perbuatan dosa besar Hal ini telah
dijelaskan oleh Al-Qur’an:
“Sekali-kali
janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Ali Imran: 181).
2.9 Makna Pendidikan dalam Hadits
Dalam
hadits ini dapat kami ambil makna pendidikan yaitu:
1. Dalam proses kegiatan belajar
mengajar, antara pendidik dan peserta didik seyogyanya saling ikhlas dan tidak
keberatan, ketika salah satunya meminta bantuan yang utamanya menyangkut
keilmuan
2. Seorang pendidikakan lebih baik
jika mempraktikkannya secara langsung di hadapan peserta didik, tentang
bagaimana cara untuk menghindari sifat tercala ini
3. Dengan menghindari perbuatan kikir
ini, akan menjadikan setiap manusia saling menyayangi dan mengasihi antara yang
satu dengan yang lainnya
4. Dengan menghindari sifat kikir
ini, maka kehidupan kita akan tentram dan damai, karena terciptanya rasa kasih
sayang antar sesama.
2.10 Cara Mengobati Sifat Bakhil
atau Kikir
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
(yang artinya):
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا
وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن
سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu
adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah:
271)
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini beliau
menyebutkan beberapa pelajaran yang bisa diambil. Di antaranya:
1.
Anjuran dan
dorongan untuk bersedekah, baik dengan menampakkannya atau dengan
menyembunyikannya.
2.
Bahwasanya menyembunyikan
sedekah itu lebih utama daripada menampakkannya karena lebih mendekati
keikhlasan dan menyembunyikan orang yang menerima sedekah tersebut.
3.
Bahwasanya pahala
sedekah belum dicapai sebelum sedekah itu diterima oleh orang-orang fakir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Bentengilah diri kalian dari siksa api neraka
meskipun dengan separuh buah kurma.”Muttafaqun
‘alaih
Hadits ini mengandung anjuran untuk
bersedekah karena sedekah dapat membentengi diri orang yang bersedekah dari api
neraka.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga menyatakan bahwa harta tidak akan
berkurang karena disedekahkan. Sebagaimana sabda dalam beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta
sedikit pun.” (HR. Muslim dan at-Tirmidzi)
Tentang hadits
ini, al-Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa tidak berkurangnya
harta dengan sedekah ditinjau dari dua sisi:
1.
Hartanya akan
diberkahi dan berbagai mudharat (bahaya)
akan tercegah dari pelakunya. Maka tertutuplah berkurangnya harta itu dengan
berkah yang tersembunyi. Hal ini bisa diketahui dengan indera dan kebiasaan.
2.
Walaupun harta
tersebut nampaknya berkurang, akan tetapi tertutupi dengan pahala yang
dipersiapkan untuknya, bahkan berlipat ganda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar