Rabu, 29 Juli 2015

Pengertian dari surat Al-Fathir ayat 32



BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya. Hal tersebut sudah dijelaskan didalam tafsir Al-Qur’an surat Al-Fathir ayat 32 yang memberikan penjelasan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupakan suatu karunia yang besar yang hanya diturunkan untuk kita umat Nabi Muhammad SAW akan tetapi masoh banyak orang yang menyia-nyiakan hal tersebut , banyak orang yang tidak mau menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini kelompok kami akan membahas tafsir surat Al-Fathir ayat 32 ini sebagai tambahan pengetahuan bagi teman-teman sekalian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mufrodhat dari surat Al-Fathir ayat 32?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul dari surat Al-Fathir ayat 32 ?
3. Bagaimana munasabah surat Al-Fathir ayat 32 dengan ayat sebelum atau sesudahnya?
4. Bagaimana Tafsir tekstual surat Al-Fathir ayat 32 ?
5. Bagaimana tafsir kontekstual surat Al-Fathir ayat 32 ?
6. Bagaimana makna pendidikan dari surat Al-fathir ayat 32 ?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1. memahami mufrodhat dari surat Al-Fathir ayat 32
2. memahami Asbabun Nuzul dari surat Al-Fathir ayat 32
3. memahami munasabah surat Al-Fathir ayat 32 dengan ayat sebelum atau sesudahnya
4. memahami Tafsir tekstual surat Al-Fathir ayat 32
5. memahami tafsir kontekstual surat Al-Fathir ayat 32
6. memahami makna pendidikan dari surat Al-fathir ayat 32 ?
 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ayat dan Mufrodhat
ثم اورثنا الكتاب الذين اصطفين من عبادنا فمنهم ظالم لّنفسه و منهم مقتصد و منهم
سابق بالخيرات بِاذن الله ذلك هو الفضل الكبير.
Artinya : kemudian kami wariskan kitab itu kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. Al-fathir : 32)
Kemudian
ثم
Kami wariskan
اورثنا
Kitab (Al-qur’an)
الكتاب
Orang-orang yang kami pilih
اصطفين
Hamba-hamba kami
عبادنا
Dzolim
ظالم
Diri sendiri
لّنفسه
Pertengahan
مقتصد
Lebih cepat
سابق
Kebaikan
بالخيرات
Dengan izin Allah
بِاذن الله
Karunia
الفضل
Yang besar
الكبير.


1.2 Asbabun Nuzul
Menjelaskan bahwa ummat muhammad telah dipilih oleh Allah untuk mewarisi kitab    suci Al quran. namun pada ayat yang 32 justru Allah melontarkan kritik terhadap kondisi mereka dilapangan.
Umat muhammad yang bakal masuk surga dibagi menhajdi 3 golongan :
1. golongan masuk surga tanpa diproses hisab, karena masa hidupnya selalu kompetitif dalam berbakti dan berbuat kebajikan.
2. golongan masuk surga yang melalui proses hisab yang mudah dan cepat, karena pada masa hidupnya cukup kompetitif, tetapi masih suka meninggalkan yang sunah.
3. golongan masuk surga susulan. karena pada masa hidupnya tidak berjiwa kompetitif dalam berbakti dan berbuat kebajikan, di samping banyak melakukan kesalahan  Penggolong Umat muhammad

1.3 Munasabah Ayat
Keterkaitan surat l Al fathir ayat 32 dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 31
Pada ayat 32 terdapat kata-kata kitab, yang di maksud dengan kata kitab disini adalah wahyu yang di turunkan oleh allah kepada nabi Muhammad yang mana hal itu menjadi mukjizat beliau. Hal itu telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya yang mana Al-qu’an adalah suatu kitab yang menyempurnakan kitab kitab sebelumnya yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti kitab Zabur yang turun kepada nabi Daud , kitab Taurat kepada nabi Musa , kitab Injil kepada nabi Isa. Dan kitab ini menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Pada ayat 31 telah di jelaskan bahwasanya Al-qur’an adalah sesuatu yang benar dan tidak ada kebohongan di dalamnya.
Keterkaitan surat l Al fathir ayat 32 dengan ayat setelahnya yaitu ayat 33
Pada ayat 32 dijelaskan beberapa orang-orang yang menerima kitab dan mereka itu dibedakan menjadi 3 golongan. Golongan pertama adalah golongan yang menzalimi diri sendiri. Mereka adalah golongan yang ketika di dunia itu lebih banyak melakukan kesalahan dari pada kebaikan. Golongan yang kedua ialah pertengahan yaitu orang yang kebeikan dan keburukannya seimbang. Golongan yang tiga aalah orang yang lebih dahulu mendapatkan kebaikan. Golongan ini adalah orang yang kebeikannya lebih banyak daripada keburukanya. Dan pada akhirnya mereka itu akan masuk surga semua. Gambaran surga di sini dijelaskan pada ayat 33 yang mana surga yang dimaksud adalah surga ‘Adn. Yang mana surga ‘Adn digambarkan orang orang didalamnya menggunakan gelang-gelang yang terbuat emas dan mutiara serta pakaian mereka terbuat dari sutera. Maksud dari ayat itu adalah banyak kenikmatan kanikmatan yang akan mereka terima di sana.
1.4 Tafsir Tekstual
Tafsir Al-misbah
            Menurut tafsir Al-misbah, ayat ini menguraikan tentang mereka yang diwariskan kepadanya pesan kitab suci itu. Ayat diatas menyatakan: kemudian setelah Kami wahyukan kepadamu_wahai Nabi Muhammad pesan-pesan Kami yang kemudian terkumpul dalam satu kitab, Kami wariskan kitab itu kepadaorang-orang yang sungguh-sungguh telah Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang mengaiaya dirinya sendiri, karena kurang atau tidak memberi perhatian yang cukup terhadap pesan kitab suci itu dan di antara mereka ada yang pertengahan yakni bersikap moderat,walau tidak mengabaikannya sama sekali tetapi tidak juga berada pada puncak yang diharapkan dan di antara mereka adapula yang berlomba lalu bersegera mendahului orang lain dalam berbuat kebajikan.Itu terlaksana dengan izin Allah.Itulah dia bukan selainnya yakni kesegeraan melakukan kebaikan atau pewarisan kitab suci merupakan karunia yang amat besar.
            Pakar tafsir al-Qurthubi menilai ayat di atas sulit.Karena disatu sisi dinyatakan bahwa Allah melakukan pilihan,dan disisi lain,dinyatakan pula bahwa ada diantara mereka yang menganiaya dirinya sendiri.Tidak mungkin rasanya ada yang di pilih-Nya itu yang menganiaya diri sendiri apalagi termasuk kelompok yang masuk neraka.
            Ada sekitar 40 pendapat menyangkut perincian ayat ini.Intinya adalah ada yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara menyangkut ketiga kelompok manusia seperti yang dibicarakan dalam Qs.Al waqiah[56]:7 yaitu Ashhab almaimanah,Ashhab al masy amah dan Assabiqun.Dua anatara mereka masuk ke surga dan satu ke neraka.
            Tetapi jika kata zhalimun li nafsihi dipersamakan dengan Ashhab al masy amah,maka apakah ada di antara yang dipilih Allah itu yang masuk ke neraka.Padahal kata istafa berarti mengambil dari sesuatu.Ia lebih istimewa daripada kata ihktara yang berarti memilih yang baik karena istafa adalah memilih yang terbaik dari hasil pilihan yang baik itu.Selanjutnya kata ‘ibadihi biasanya digunakan alquran bermakna hamba-hamba Allah yang taat atau yang telah menyadari dosa-dosanya,berbeda dengan kata ‘abid yang digunakannya menunjuk hamba-hamba Allah yang bergelimang dalam dosa serta enggan dalam bertobat.Selanjutnya penggalan awal ayat mengesankan bahwa mereka adalah pilihan Allah,maka lanjutan ayat mengesankan bahwa mereka adalah penghuni surga yang di hiasi dengan aneka hiasan.Itu antara lain alasan yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang peringkat penghuni surga.
            Bagi yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang kelompok yang durhaka yang bakal menghuni neraka,maka mereka tidak mempertimbangkan penghuni alquran terhadap kata ‘ibad.Mereka memahaminya dalam arti hamba-hamba Allah,baik yang taat maupun yang durhaka.Dari hamba-hamba Allah itulah yang Maha Kuasa memilih dua kelompok yakni yang muqtashit dan yang sabiq bilkhoirot.Sedang yang tidak dipilih adalah yang dzolim.
            Yang dimaksud dengan kata Al kitab pada ayat ini adalah Alquran.Demikian pendapat mayoritas ulama’.Kitab itu di wariskan langsung oleh Allah kepada siapa yang dipilihNya.Albiqhoi,mengajak pembaca untuk membandingkan ayat ini kami wariskan dengan warisan kitab suci pada umat yang lain.Hal itu oleh Qs,al A’Raf 7:169 dilukiskan dengan kata mawaritsu/mereka mewarisi.Anda dapat memperoleh pesan tentang perbedaan umat yang lalu dan umat nabi muhammad saw.Dari perbedaan redaksi itu.Demikian al biqhoi.Maksudnya umat yang lalu mewarisi al kitab melalui upaya mereka,sedang umat nabi muhammad yang mewariskannya adalah Allah swt.Secara langsung.Tentu saja yang secara langsung dari Allah keadaannya lebih mantab daripada upaya manusia.
            Kata auratsna terambil dari kata waritsa yang berarti mewarisi yakni berpindah.Sesuatu yang tadinya merupakan milik seseorang,lalu ia mati,maka bila milik tersebut berpindah kepada orang lain,maka berpindah itu dinamai pewarisan.Makna kata ini berkembang sehingga di gunakan juga dalam arti perolehan sesuatu tanpa upaya dari yang memperolehnya.
            Kata ‘ibadhina seperti dikemukakan di atas bermakna hamba-hamba Allah.Ada beberapa pendapat tentang maknanya jika ia dipahami sesuai makna penggunaan alquran terhadap kata tersebut yakni hamba-hamba Allah yang taat atau yang telah menyadari dosa-dosanya.Ada yang menyatakan bahwa mereka adalah para nabi,atau kelompok bani israil yang disinggung oleh firmanNya dalam Qs al Imron3:33 :sesungguhnya Allah telah memilih adam,nuh,keluarga ibrahim dan keluarga imran atas seluruh alam.Ada lagi yang berpendapat bahwa mereka adalah umat nabi muhammad saw.Atau anak cucu beliau dari keturunan Fatimah ra.Karena mereka termasuk juga dalam keluarga nabi ibrahim as.Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh thabatthabai’.
            Ibn Asy’ur memahami penggalan ayat ini dalam arti Allah menjadikan mereka yang dipilihNya itu menerima alkitab dari sisi Allah,atau kami perintahkan kaum muslimin mewarisi alkitab yakni menerimanya dari Rasul saw.Al biqhoi memahami pewarisan kitab suci itu dalam arti Allah mengambil dari kitab suci-suci yang lalu dan menyerahkannya kepada umat nabi muhammad saw.sesuai dengan apa yang ridlaiNya untuk mereka.Pewarisan tersebut tegasnya tidak harus dalam bentuk mewariskan semua isi dan kandungannya,tetapi sebagian misalnya hanya al fatihah.Ini sudah cukup untuk dinamai telah mewarisi.Begitu pendapat al biqhoi.
            Banyak ulama memahami kata dzolimun li nafsihi dalam arti yang melakukan dosa dari kaum muslimin,walaupun bukan berarti mereka itu terjerumus dalam dosa yang tidak di ampuni oleh Allah swt.Sekian banyak ayat yang berbicara tentang hamba-hamba yang menilai didinya dzolim.Adam as dan istri beliau misalnya berucap demikian (baca Qs al A’raf 7:23).Sekian banyak juga ayat yang berbicara tentang orang-orang yang mendzalimi dirinya lalu bertaubat sehingga di ampuni Allah (baca misalnya Qs an Nisa’ 4:110).Sekian banyak juga riwayat yang mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kendati seseorang yang dipilih itu dinamai oleh ayat ini dzalim li nafsihi,tetapi itu tidaklah berarti ia akan terjerumus dalam neraka.Imam at tirmidzi melalui sahabat nabi saw.Abu said al khudri meriwayatkan bahwa suatu ketika nabi saw.membaca ayat ini lalu bersabda:Mereka semua dalam satu kedudukan dan semua didalam surga tetapi riwayat ini dinilai lemah.Riwayat lain menguraikan bahwa umat ra membacanya lalu berkata:yang dzalim di antara kita di ampuni Allah.Sahabat –sahabat nabi saw.Yang lain seperti usman bin affan,ibnu abu ad darda’,ibnu mas’ud,uqbah ibnu amr.serta istri nabi saw.Aisyah ra.Kesemuanya berpendapat bahwa yang dzalim li nafsihi juga merupakan penghuni surga.
            Kata muqtashit terambil dari kata al qoshit yakni pertengahan.Almuqtashit adalah seseorang yang bersungguh-sungguh menempuh jalan pertengahan/moderat.Kata sabiq terambil dari kata as sabqu yakni berlomba.Kata sabiq adalah seseorang yang mencapai batas yang dituju mendahului selainnya.
            Kata al khoirot adalah kata bentuk kata dari khoir yakni kebajikan.Kata ini mengisyaratkan bahwa ketiga kelompok yang disebut disini,kesemuanya mendambakan al khoirot,hanya saja yang muqtashit dalam kebajikan itu ada yang dzalim li nafsihi atau menganiaya dirinya dalam hal kebajikan,sehingga tidak melaksanakannya dengan bersungguh sungguh atau baik.
            Ulama banyak membahas perurutan penyebutan ketiga kelompok di atas.Semua sepakat menyatakn bahwa di dahulukannya penyebutan sesuatu tidak berarti keutamaannya dibanding dengan yang disebut sesudahnya(baca misalnya Qs al hasyr 59:20).Dimana penghuni neraka disebut sebelum penghuni surga.Didahulukannya kata dzalim boleh jadi karena kelompok inilah yang terbanyak.Atau untuk mendorongnya meraih lebih banyak lagi harapan,karen yang bersangkutan tidak dapat mengandalkan sesuatu selain rahmat Allah,berbeda dengan al muqtashit yang berserah diri kepada Allah dengan harapan amalnya dapat diterima dan berbeda juga dengan yang banyak ketaatannya sebagai  mana halnya yang sabiq bil khoirot.Ja’far as shadiq berpendapat bahwa di dahulukannya penyebutan addzalim sebagai isyarat bahwa dia tidak dapat mendekat kepada Allah kecuali berkat rahmat Allah dan anugerahNya dan bahwa ke dzaliman yang mereka perbuat tidak berpengaruh pada pemilihanNya selama ada inayah dan pertolongan Allah,setelah itu baru di sebut yang muqtashit karena mereka berada di antara takut dan harapan,dan di akhiri dengan sabiq agar jangan ada seseorangpun yang merasa aman dari ketetapan Allah.Betapapun semua akan masuk ke surga berkat kalimat al ikhlas la ilaha illa allah muhammadur rasulullah.Demikian dikutip oleh alkurtubi.Bisa jadi juga kata sabiq ditempatkan terakhir agar penyebutan mereka dengan uraian masuk ke surga,guna mengisyaratkan bahwa mereka lah yang terdekat ke surga sedang yang dzalim adalah penghuni surga yang terjauh darinya.Atau katakanlah mereka berada ditengah surga sedang yang dzalim berada dipinggirannya.
1.5 Tafsir Kontekstual
ثم اورثنا الكتاب الذين اصطفين من عبادنا فمنهم ظالم لّنفسه و منهم مقتصد و منهم
سابق بالخيرات بِاذن الله ذلك هو الفضل الكبير.
Artinya : kemudian kami wariskan kitab itu kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Tafsir kontekstual
Pada dasarnya semua manusia diberikan anugerah berupa potensi/pengetahuan oleh Allah , akan tetapi tidak semua orang mempergunakannya dengan baik, ada yang menyia-nyiakan  pengetahuan itu sehingga kadangkala mereka merasa hidupnya tidak terarah, ada juga yang kadang menyadari adanya pengetahuan adapula yang terkadang mengabaian, dan yang terakhir mereka yang menyadari adana petunjuk / pengetahuan sehingga mereka dengan segera memanfatkannya dengan baik. Dan beruntunglah mereka yang menyegerakan kebaikan dalam hidupnya. Karena tidak semua orang dianugerahi pemikiraan seperti itu. Adapun tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur’an itu akan dijelaskan secara rinci :
1. Zalimun linafsihi ( mereka yang mendzalimi diri sendiri )
Golongan pertama (zalimun linafshihi) adalah orang-orang yang lebih banyakBerbuat kesalahan daripada kebaikannya . mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk daripada perbuatan baik . Mereka lebih sering meninggalkan perintah Allah daripada menjalankan perintah Nya. Orang yang termasuk golongan ini menolak Al Qur’an dan memilih jalan hidup yang lain. Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.2. Muqtasid ( mereka yang pertengahan )
2.   Golongan kedua (muqtasid) adalah terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukan yang di lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini menjalankan perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya.Mereka mau menerima Al Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, tetapi mereka masih banyak melakukan kesalahan.3. Sabiqun bilkhairat ( mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan )
3.   Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat) terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya. Mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah mengerjakan apa yang di larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini selalu menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah. Mereka menin ggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya dan menghindari yang subhat.Allah SWT telah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya bagi golongan ini. Orang-orang yang termasuk golongan ketiga ini merupakan golongan yang mendapat karunia yang terbesar,selain itu juga mereka termasuk orang-orang yang beruntung karena menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan menjalankan apa yang di perintahkannya.Mereka melakukan perbuatannya dengan ikhlas karena Allah.Kelak Allah akan membalas segala perbuatannya.
Kesimpulan :
·         Allah mewariskan Al-Qur’an kepada manusia sebagai sumber informasi bagi kehidupan
·         Allah juga menganugerahkan manusia potensi/pengetahuan agar mampu mempelajari seluk beluk Al-Qur’an
·         Jadilah orang yang mensegerakan hal-hal yang baik seperti berlomba-lombalah dalam mencari ilmu dan mengamalkan ilmu yang telah didapatkan tersebut.
·         Jangan menjadi orang yang dholimun linafsih
Menurut Tafsir Jalalain.
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi muhammad melalui malaikat jibril dan dari nabi muhammad hendaknya disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman untuk berlangsungnya kehidupan, akan tetapi ada sebagian orang yang sembrono dalam mengamalkan Al-Qur’an ada pula yang setengah-setengah dalam mengamalkannya akan tetapi adapula yang beberapa orang yang yang selain mengamalkan Al-Qur’an mereka juga mempelajarinya, mengajarkanna dan membimbing orang lain untuk mengamalkannya . dan turunnya Al-Qur’an ini merupakan suatu karunia dari Allah yang seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia.
1.6 Keterkaitan Ayat dengan Makna Pendidikan.
\1. Hendaklah kita menjadi insan yang cermat yang selalu berusaha meninggalkan hal yang dilarang agama.
2. Selalu mawas diri dari perbuatan yang dilarang agama.
3. Hendaklah menjadi insan yang berusaha mendahului melakukan amal kebaikan.
4. Menjadi seorang pendidik yang mewarisi suatu ilmu dengan baik pada peserta didiknya.
5. Senantiasa berusaha dengan jalan mengamalkan ajaran yang ada dalam Al-Qur'an.
6.  Berakhlak mulia dengan ilmu dan akal yang sesuai dengan ketentuan syariat.
7.  Banyak beramal saleh dan menghindari hal-hal yang tidak berguna terlebih maksiat.
 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari tafsir QS. Al-Fathir ayat 32 adalah sebagai berikut :
1. Dari tafsir ayat tersebut kelompok kami menemukan tema yaitu “tingkatan-tingkatan orang yang menerima Al-Qur’an”
2.  Sedangkan pada asbabun nuzulnya, masih belum diketahui secara pasti sebab-sebab turunnya ayat ini, Allah pada firmannya hanya menyebutkan tingkatan-tingkatan orang yang yang telah dipilih untuk mendapatkan karunianya yakni berupa Al-Qur’an
3. Munasabah
. Hal itu telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya yang mana Al-qu’an adalah suatu kitab yang menyempurnakan kitab kitab sebelumnya yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti kitab Zabur yang turun kepada nabi Daud , kitab Taurat kepada nabi Musa , kitab Injil kepada nabi Isa. Dan kitab ini menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Pada ayat 31 telah di jelaskan bahwasanya Al-qur’an adalah sesuatu yang benar dan tidak ada kebohongan di dalamnya
4. Tafsir tekstualnya
Ada sekitar 40 pendapat menyangkut perincian ayat ini.Intinya adalah ada yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara menyangkut ketiga kelompok manusia seperti yang dibicarakan dalam Qs.Al waqiah[56]:7 yaitu Ashhab almaimanah,Ashhab al masy amah dan Assabiqun.Dua anatara mereka masuk ke surga dan satu ke neraka.

5.Tafsir kontekstual
Pada dasarnya semua manusia diberikan anugerah berupa potensi/pengetahuan oleh Allah , akan tetapi tidak semua orang mempergunakannya dengan baik, ada yang menyia-nyiakan  pengetahuan itu sehingga kadangkala mereka merasa hidupnya tidak terarah, ada juga yang kadang menyadari adanya pengetahuan adapula yang terkadang mengabaian, dan yang terakhir mereka yang menyadari adana petunjuk / pengetahuan sehingga mereka dengan segera memanfatkannya dengan baik. Dan beruntunglah mereka yang menyegerakan kebaikan dalam hidupnya. Karena tidak semua orang dianugerahi pemikiraan seperti itu

6. Sedangkan pada relevansi ayat dengan makna pendidikan yakni
ü  Hendaklah kita menjadi insan yang cermat yang selalu berusaha meninggalkan hal yang dilarang agama.
ü  Selalu mawas diri dari perbuatan yang dilarang agama.
ü  Hendaklah menjadi insan yang berusaha mendahului melakukan amal kebaikan.
ü  Menjadi seorang pendidik yang mewarisi suatu ilmu dengan baik pada peserta didiknya.
ü  Senantiasa berusaha dengan jalan mengamalkan ajaran yang ada dalam Al-Qur'an.
ü  Berakhlak mulia dengan ilmu dan akal yang sesuai dengan ketentuan syariat.
ü  Banyak beramal saleh dan menghindari hal-hal yang tidak berguna terlebih maksiat.

DAFTAR PUSTAKA
Al- Maraghy Mustafa , 1980 ,  Tafsir Al- Maraghy . Semarang : CV. Toha Putra
Imam Jalaluddin Al-Mahalli , 2003 , Tafsir Jalalain . jakarta : Sinar baru Algensindo
Malik Abdul, 1988, Tafsir Al-Azhar . Jakarta : Pustaka Panjimas
Shihab M Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Universitas Islam Indonesia, 2004, Tafsir dan Al-Qur’an. Jogjakarta : PT Dhana Bakti Wakaf

2 komentar:

  1. Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong

    BalasHapus
  2. Terimakasih, penjelasannya sangat membantu mencari informasi terkait materi quran hadits terkait ayat dan hadis yang berhubungan dengan kompetisi dalam kebaikan

    BalasHapus