Rabu, 29 Juli 2015

Tokoh-tokoh muhadditsin



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita. Didalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi singkat ulama hadits.

1.2  Perumusan Masalah
1.2.1        Siapa saja tokoh-tokoh muhadditsin?
1.2.2        Apa saja karya-karya yang telah mereka buat?

1.3  Tujuan Masalah
1.3.1        Mengetahui Siapa saja tokoh-tokoh muhadditsin
1.3.2        Mengetahui karya-karya yang telah mereka buat

 
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Imam Malik bin Anas (93 H. – 179 H. =712 M. -798 M.)
Imam Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al-Harits, adalah seorang Imam Daru’ l-Hijrah dan seorang faqih, pemuka mazhab Malikiyah. Silsilah beliau berakhir sampai kepada Ya’rub bin al-Qahthan al-Asbhahy. Nenek moyangnya, Abu Amir, adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti seluruh peperangan yang terjadi pada zaman Nabi, kecuali perang Badar. Sedang kakeknya, Malik, adalah seorang tabi’in yang besar dan fuqaha kenamaan dan salah seorang dari 4 orang tabi’in yang jenazahnya dihusung sendiri oleh khalifah ‘Utsman ke tempat pemakamannya.
Imam Malik bin Anas, dilahirkan pada tahun 93 Hijriah, di kota Madinah, setelah tak tahan lagi di dalam rahim ibunya selama tiga tahun.[1] An Nasa’i berkata, “Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, terpercaya periwayatann haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul karim”.[2] Dia seorang imam negeri Hijaz, bahkan imam seluruh umat manusia dalam bidang fiqh dan hadits dan Imam Al-Syafi’i sebagai muridnya.[3]
Karya beliau yang sangat gemilang, dalam bidang ilmu hadits ialah kitab “Al-Muwaththa’” tersebut ditulis pada tahun 144 H. atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur, sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah haji. Menurut penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh Abu Bakar al-Abhary, jumlah atsar Rasulullah saw, sahabat dan tabi’in yang tercantum dalam kitab Muwaththa’ sejumlah 1720 buah, dengan perincian sebagai berikut: Yang musnad sebanyak 600 buah, yang mursal sebanyak 222 buah, yang mauquf sebanyak 613 buah dan yang maqthu’ sebanyak 285 buah.[4] Ulama-ulama kemudian, yang mensyarahkan kitab Muwaththa’ antara lain: ‘Abdil-Barr, dengan nama “at-Tamhid wa ‘l-Istidkar”: ‘Abul-Walid, dengan nama “Al-Mau’ib”; Az-Zarqany dan Ad-Dahlawy dengan nama “Al-Musawwa”. Disamping itu banyak juga ulama yang menyusun biografi rawi-rawi Imam Malik dan mensyarahkan lafadz-lafadz gharib yang terdapat dalam kitab al-Muwwaththa’.[5]
Beliau meninggal pada hari ahad, tanggal 14 Rabi’ul-awwal, tahun 169 (menurut sebagian pendapat, tahun 179 H.), di Madinah dalam usia 84 tahun, dengan meninggalkan 3 orang putra: Yahya, Muhammad dan Hamdan.[6]
2.      Imam As-Syafi’iy (150 H. – 204 H. = 767 M. – 820 M.)
Nama beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris, yang bersanad al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’I bin as-Saib al-Hasyimy al-Muththaliby al-Quraisy. Kakeknya, Syafi’iy pernah bertemu dengan Nabi Muhammad saw, dikala masih muda belia. Nenek moyangnya, Saib, dahulu adalah pembawa panji-panji bani Hasyim di waktu perang Badar. Setelah beliau tertawan oleh orang islam dan menebus diri, kemudian masuk agama islam.
Imam Syafi’iy dilahirkan pada tahun 150 H. di Gazzah, suatu kota di tepi pantai Palestina Selatan. Ayahnya pergi ke kota tersebut karena ada suatu keperluan. Di kota tersebut ayahnya meninggal dunia beberapa saat setelah kelahiran putranya, Abu ‘Abdillah Muhammad. Setelah Abu ‘Abdillah berumur dua tahun, ibunya membawanya ke tanah kelahiran orang tuanya, Makkah dan akhirnya menetap di kota tersebut dalam keadaan yatim sampai menjadi dewasa.
Sebagai orang yang mempunyai perkembangan otak yang lebih cepat daripada pertumbuhan jasmaninya, beliau sudah hafal al-Qur’an sejak berumur 7 tahun. Ahmad berkata: “Asy-Syaifi’iy adalah setamsil matahari”.[7]
Karya-karya Imam as-Syafi’Iy banyak sekali. Di antara karya-karya beliau itu ada yang ditulis sendiri dan dibacakan kepada orang-orang banyak, dan ada pula yang hanya didektekannya, kemudian murid-muridnya yang membukukannya. Dalam bidang ilmu hadits, beliau menulis kitab-kitab: al-Musnad, Mukhtalifu ‘l-hadits dan as-Sunan. Dalam bidang ilmu fiqhi dan usul, beliau menuliskan kitab-kitab: al-Umm dan ar-Risalah.
Beliau meninggal pada malam jumat, dan dikebumikan setelah shalat asar hari jumat, pada akhir bulan Rajab, 204 H. atau 19 januari tahun 820 M.
3.      Imam Ahmad ibn Hanbal (164 H-241 H =780 M- 855 M)
Nama aslinya adalah Abu ‘Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal Al-Marwazy. Bapaknya adalah seorang Mujtahid yang hidup di Bashrah. Dia mengembara ke Marwah sebagai seorang ghazi dimana Imam Ahmad dilahirkan pada tanggal 20 Rabiul Awwal 164 H (780 M). Kemudian Imam Ahmad dibawa ke Baghdad. Dari kota Baghdad itulah beliau memulai mencurahkan perhatiannya untuk belajar dan mencari hadits dengan sungguh-sungguh, sejak beliau berumur 16 tahun (179 H). Beliau menghafal lebih satu juta hadits sepanjang hidupnya. Beliau juga salah seorang pelopor dalam sejarah islam yang mengkombinasikan antara ilmu hadits dan fiqh.
Karya-karya yang telah beliau tulis diantaranya:
1.      Musnad Al-Kabir. Kitab musnad ini merupakan satu-satunya Kitab musnad terbaik dan terbesar diantara Kitab-kitab musnad yang pernah ada. Kitab ini berisikan 40.000 buah hadits, yang 10.000 merupakan hadits ulangan. Sesuai dengan masanya maka kitab hadits tersebut belum diatur bab per bab. Sehinggga kadang susah untuk menemukan hadits yang diinginkan. Ulama’ ahli hadits yang terkenal di Mesir, Ahmad Syakir, telah menyusun daftar isi kitab Musnad tersebut dengan nama Fihris Musnad Ahmad. Ia telah mempublikasikan seperempat bagian dari musnad tersebut dalam bentuk buku yang berjumlah dua puluh empat jilid.
2.      Al-‘llal wa Ma’rifat Al-Rijal
3.      Tarikh
4.      Al-Nasikh wa Al-Mansukh
5.      Al-Tafsir
6.      Al-Manasik
7.      Al-Asyibah
8.      Al-Zuhd
9.      Al-Radd ‘Ala Zanadiqah wa Al-Jahmiyah
Imam Ahmad berpulang ke rumah Rahmatullah pada hari Jum’at 241 H (855 M) di Baghdad dan dikebumikan di Marwaz. Sebagian ulama’ menerangkan bahwa disaat meninggalnya jenazahnya diantar oleh sekitar 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan suatu kejadian yang menakjubkan saat itu pula 20.000 orang dari kaum Nasrani, Yahudi, dan Majusi masuk agama islam. Makamnya paling banyak dikunjungi orang. Beliau meninggalkan dua orang putera: Shalih dan Abdullah yang konon ikut menambahkan isi kitab musnad tersebut. Imam Ahmad selain sebagai seorang muhadditsin, terkenal juga sebagai salah seorang pendiri dari salah satu madzhab empat yang dikenal oleh orang-orang kemudian. Dengan nama madzhab Hanabilah (Hanbali).
4.      Imam Bukhari (194-256 H = 810M – 870M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah, adalah ulama’ hadits yang sangat masyhur, kelahiran Bukhara suatu kota di Uzbekistan, wilayah Uni Sovyet, yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia dan Tiongkok. Beliau lebih terkenal dengan Bukhari (putra daerah Bukhara). Beliau dilahirkan setelah shalat jum’at, tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M).[8] Sejak umur kurang lebih 10 tahun, sudah mempunyai perhatian dalam ilmu-ilmu hadits, bahkan sesudah mempunyai hafalan hadits yang tidak sedikit jumlahnya. Pada usia 16 tahun Imam Bukhari telah berhasil menghafalkan beberapa buah buku tokoh ulama’ pertama yang prominen, seperti Ibnu Mubarak, Waki’ dll. Menurut pengakuannya, kitab hadits yang ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak kurang dari 1.080 orang guru hadits.
Karya-karya yang telah beliau buat diantaranya:
1.      Al-Jami’ Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashr min Umur Rasulillah wa sunanih wa Ayyamihi atau biasa disebut “shahih Al-Bukhari”. Yakni kumpulan hadis-hadis shahih yang beliau persiapkan selama 16 tahun. Beliau sangat berhati-hati menuliskan tiap hadis pada kitab ini, ternyata setiap hendak mencantumkan dalam kitabnya, beliau lebih dulu mandi dan shalat sunnah dan beristikharah minta petunjuk kepada Allah tentang hadis yang akan ditulisnya. Jumlah hadis yang ditulis dalam kitab Jami’nya ada yang mu’allaq dan muttabi’. Yang mu’allaq sejumlah 1.341 buah, dan yang muttabi’ sebanyak 384 buah (ini khilaf), jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah, diluar yang maqthu’ dan mauquf. Sedang jumlah yang tulen saja, yakni tanpa yang berulang, tanpa muallaq dan mutabi’ 2.513 buah. Menurut jumhur ulama’ ahli hadis, kitab ini merupakan kitab hadis yang paling shahih setelah Al-Quran.
2.      Qadhaya Al-Shahabah wa Al-Tabi’in. Kitab ini dikarang ketika berusia 18 tahun, dan sekarang tidak ada kabar berita tentang kitab ini.
3.      Al-Tarikhu Al-Kabir (8 jilid) telah terbit 3 kali dengan tiga kali revisi, dan revisi terakhir yang paling akurat.
4.      Al-Tarikhu al-ausath
5.      Al-‘adabu Al-Munfarid
6.      Birru Al-Walidain
Imam Bukhari meninggal dunia pada hari jum’at malam sabtu selesai sembahyang isya’, tepat pada malam ‘idul Fitri 1 syawal 256 H (31 Agustus 870 M), dan dikebumikan sehabis sembahyang Dhuhur pada hari sabtu, di Khirtank, suatu kampung tidak jauh dari Samarkand.
5.      Imam Muslim (204  H- 261 H = 820 M- 875 M)
Nama lengkapnya ialah Abul-Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan kepada Nisabury karena beliau adalah putra kelahiran nisabur, pada tahun 204 H (820 M), yakni kota kecil di iran bagian timur laut. Beliau juga dinisbatkan kepada nenek moyangnya Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Sha-sha’ah suatu keluarga bangsawan besar.
Dalam bidang perhaditsan, beliau banyak menyumbangkan karya-karyanya kepada umat islam, antara lain:
1.      Jami’ush-shahih. para ulama menyebut kitab shahih ini sebagai kitab yang belum pernah didapati sebelum dan sesudahnya tidak berkurang sanadnya. Secara global kitab ini tidak ada bandingannya didalam ketelitian menggunakan isnad. Telah diakui oleh jumhurul ulama, bahwa Shahih Bukhary adalah seshahih-shahih kitab hadits dan sebesar-besar pemberi faedah. Sedang shahih muslim adalah secermat-cermat isnad dan sekurang-kurang perulanganya, sebab sebuah hadits yang telah beliau letakkan pada satu maudlu’, tidak lagi ditaruh di maudlu’/bab yang lain. Al-Hafidh Abu ‘Ali An-Nisabury berkata: “dibawah kolong langit tidak terdapat seshahih kitab hadits selain kitab shahih muslim ini. Kitab shahih ini berisikan sebanyak 7.273 buah hadits, termasuk dengan terulang. Kalau dikurangi dengan hadits-hadits yang terulang, tinggal 4.00 buah.
2.      Musnadu’I –Kabir. Kitab  yang menerangkan tentang nama-nama rijalul-hadits.
3.      Al jami’ul-Kabir.
4.      Kitabu’l-ilal wa kitabu auhamil-muhadditsin.
5.      Kitabu’t-tamyiz.
6.      Kitabu man laisa lahu illa rawin wahidun.
7.      Kitabu’t-thabaqatu’t-tabi’in, dan
8.      Kitabu’l-Muhadlramin.
Beliau wafat pada hari minggu, bulan rajab, tahun 261 H. (875 M) dan dikebumikan pada hari senin di nisabur.
6.      Imam Abu Dawud (202 H.-275 H. = 817 M.-889 M.)
Nama lengkapnya beliau ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Is-haq As Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu di Sijistan (terletak antara iran dengan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut, pada tahun 202 H. (817 M.) Beliau juga senang merantau mengelilingi negeri-negeri tetangga untuk mencari hadits dan ilmu-ilmu yang lain. Kemudian dikumpulkan, disusun dan ditulisnya hadits-hadits yang telah diterima dari ulama-ulama irak, Khurasan, Syam dan Mesir.
Diantara karyanya yang tebesar dan sangat berfaedah bagi para mujtahid ialah kitab sunan yang kemudian terkenal dengan nama sunan abi dawud. Beliau mengaku telah mendapat hadits dari rasulullah saw sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu beliau seleksi dan tulis dalam kitab sunannya sebanyak 4.800 buah. Beliau berkata: “ saya tidak meletakkan sebuah hadits yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkanya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih (yusybibuhu), mendekati shahih (yuqaribuhu), dan jika dalam kitab saya tersebut terdapat hadits yang wahnun syadidun (sangat lemah) saya jelaskan. Adapun yang tidak kami beri penjelasan sedikitpun, maka hadits tersebut bernilai shahih dan sebagian dari hadits yang shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain. Menurut pendapat Ibnu Hajar, bahwa istilah shahih Abu Dawud ini lebih umum daripada jika dikatakan bisa dipakai hujjah (al-ihtijah) dan bisa dipakai I’tibar (I’tibar). Oleh karenanya, setiap hadits dha’if yang bisa naik menjadi hasan atau setiap hadits hasan yang bisa naik menjadi shahih bisa masuk dalam pemgertian yang pertama (lil-ihtijaj), yang tidak seperti kedua itu, bisa tercakup dalam pengertian kedua (lil-I’tibar) dan yang kurang dari ketentuan itu semua termasuk yang dinilai dengan wahnun syadidun. Beliau wafat pada tahun 275 H. (889.) di Bashrah.
7.      Imam At-Turmudzi ( 200 H – 297 H = 824 M – 892 M )
Abu ‘Isa Muhammad bin Isa bin Surah adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz , sebuah kota kecil di pinggir sngai Amuderia, sebelah utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan dzulhijjah 200 H ( 824 M). Imam Bukhari dan Imam Turmudzi kuduanya sedarah, sebab Turmudz dan Bukhara itu adalah satu daerah di daerah Waraun-nahar.
Beliau menyusun satu kitab sunan dan kitab ‘Ilalu’’I-hadits. Kitab sunan ini bagus sekali, banyak faedahnya dan hukum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai kitab ini ditulis menurut pengakuan beliau sendiri, dikemukakan kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasan dan ulama tersebut meridlainya, serta menerima dengan baik. “ barang siapa yang menyimpan kitab saya ini di rumahnya”, kata beliau “seolah-olah dirumahnya ada seorang nabi yang selalu berbicara”. Pada akhir kitabnya beliau menerangkan bahwa semua hadits yang ada di dalam kitabnya adalah ma’mul (dapat diamalkan). Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 927 H (892 M).
8.      Imam An-Nasa’I ( 215 H – 303 H = 839 M – 915 M)
An-Nasa’i nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdir-Rahman Ahmad bin Syu’aib bin Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat kelahiran beliau. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H. di kota Nasa yang masih wilayah Khurasan. Seorang Muhaddits putra Nasa yang pintar, wira’i, hafidz lagi takwa ini memilih negara mesir sebagai tempat bermukim sebagai tempat untuk menyiarkan hadits-hadits kepada masyarakat. Menurut sebagian pendapat muhddits, beliau lebih hafidh dari imam muslim.
Karya beliau yang utama adalah Sunanunu’l-Kubra yang akhirnya terkenal dengan nama Sunan An-Nasa’i. Kitab sunan ini muncul setelah shahihain yang paling sedikit hadits dla’ifnya, tetapi paling banyak perulangannya. Misalnya hadits tentang niat yang diulang sebanyak 16 kali. Setelah Imam An-Nasa’i selesai menyusun sunan kubranya, beliau lalu menyerahkan kepada Amir Ar-Ramlah. Kata Amir “Hai Abu ‘Abdur Rahman, apakah hadits-hadits yang anda tuliskan shahih-shahih semuanya?” “Ada yang shahih ada yang tidak” sahutnya. “kalau demikian” kata Amir “pisahkan yang shahih-shahih saja.” Atas perintah amir ini maka beliau berusaha menyeleksinya. Kemudian dihimpunnya hadits-hadits pilihan dengan nama: Al-Mujtaba (pilihan).
Beliau wafat pada hari senin tanggal 13 bulan Safar, tahun 303 H (915 M), di Ar-Ramlah. Menurut suatu pendapat, beliau meninggal di Mekkah, yakni saat beliau mendapat percobaan di Damsyik, meminta supaya di bawa ke Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan di suatu tempat di Shafa dan Marwa.
9.      Imam Ibnu Majah (207 H.-273 H=824 M.-887 M.)
Ibnu Majah, adalah nama dari nenek moyang yang berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap imam hadits yang terkenal dengan sebutan neneknya ini, ialah: Abu ‘Abdillah bin Yazid Ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H. (824 M.). Sebagaimana para muhadditsin dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, maka beliau pun berkeliling di beberapa negeri, untuk menemui dan berguru hadits kepada para ulama hadits.
Beliau menyusun kitab sunan yang kemudian terkenal dengan Sunan Ibnu Majah. Sunan ini merupakan salah satu sunan yang empat. Dalam sunan ini terdapat banyak hadits yang munkar. Al-Hafidz Al- Muzy berpendapat, bahwa hadits-hadits gharib yang terdapat dalam sunan ini, kebanyakan adalah dla’if. Karena itulah para ulama mutaqaddimin memandang, bahwa kitab Muwaththa Imam Malik menduduki pokok kelima, bukan sunan Ibnu Majah ini. Beliau wafat hari selasa, bulan ramadhan, tahun 273 H. (887 M.).

 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Tokoh-tokoh muhadditsin
·         Imam Malik bin Anas (93 H. – 179 H. =712 M. -798 M)
·         Imam As-Syafi’iy (150 H. – 204 H. = 767 M. – 820 M)
·         Imam Ahmad ibn Hanbal (164 H-241 H =780 M- 855 M)
·         Imam Bukhari (194-256 H = 810M – 870M)
·         Imam Muslim (204  H- 261 H = 820 M- 875 M)
·         Imam Abu Dawud (202 H.-275 H. = 817 M.-889 M)
·         Imam At-Turmudzi ( 200 H – 297 H = 824 M – 892 M)
·         Imam An-Nasa’I ( 215 H – 303 H = 839 M – 915 M)
·         Imam Ibnu Majah (207 H.-273 H=824 M-887 M)
2.      Karya-karya yang telah mereka buat diantaranya:
·         Imam Malik bin Anas: Al-Muwaththa’
·         Imam As-Syafi’iy: Dalam bidang ilmu hadits: al-Musnad, Mukhtalifu ‘l-hadits dan as-Sunan. Dalam bidang ilmu fiqhi dan usul: al-Umm dan ar-Risalah.
·         Imam Ahmad ibn Hanbal: Musnad Al-Kabir, Al-‘llal wa Ma’rifat Al-Rijal, Tarikh, Al-Nasikh wa Al-Mansukh, Al-Tafsir, Al-Manasik, Al-Asyibah, Al-Zuhd, Al-Radd ‘Ala Zanadiqah wa Al-Jahmiyah
·         Imam Bukhari: Al-Jami’ Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashr min Umur Rasulillah wa sunanih wa Ayyamihi atau biasa disebut “shahih Al-Bukhari”, Qadhaya Al-Shahabah wa Al-Tabi’in, Al-Tarikhu Al-Kabir, Al-Tarikhu al-ausath, Al-‘adabu Al-Munfarid, Birru Al-Walidain
·         Imam Muslim: Jami’ush-shahih, Musnadu’I –Kabir, Al jami’ul-Kabir, Kitabu’l-ilal wa kitabu auhamil-muhadditsin, Kitabu’t-tamyiz, Kitabu man laisa lahu illa rawin wahidun, Kitabu’t-thabaqatu’t-tabi’in, dan Kitabu’l-Muhadlramin.
·         Imam Abu Dawud: sunan abi dawud
·         Imam At-Turmudzi: sunan dan kitab ‘Ilalu’’I-hadits
·         Imam An-Nasa’I: Sunanunu’l-Kubra yang akhirnya terkenal dengan nama Sunan An-Nasa’i.
·         Imam Ibnu Majah: Sunan Ibnu Majah.

DAFTAR PUSTAKA
Alawi Al-Maliki, Muhammad. 2009. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B. Smeer, Zeid. 2008. Ulumul Hadis. Malang: UIN Malang Press.
Al-Maturidi, Mansur. 2013. Ulumul Hadits. Jember: STAIN Jember Press.
Rahman, Fatchur. 1983. Ikhtishar Musthalahu’l Hadits. Bandung: al-Ma’arif
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan Bintang.
http://perpuspendidikan.blogspot.com/2014/03/makalah-biografi-tokoh-tokoh-hadits.html


[1] Fatchur Rahman. Ikhtishar Musthalahu’l Hadits. (Bandung: al-Ma’arif. 1983. h: 367)
[2] Mansur Al-Maturidi. Ulumul Hadits. (Jember: STAIN Jember Press. 2013.)
[3] Muhammad Alawi Al-Maliki. Ilmu Ushul Hadis. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009.)

[4] Tanwiru’ l-Hawalik, Jalalu ‘ddin as-Suyuthy, juz 1, halaman: 9
[5] Ibid, juz 1, halaman: 12
[6] http://perpuspendidikan.blogspot.com/2014/03/makalah-biografi-tokoh-tokoh-hadits.html

[7] M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. (Jakarta: Bulan Bintang. 1987. h: 315)

[8] Zeid B. Smeer. Ulumul Hadis. (Malang: UIN Malang Press. 2008.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar