BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu
yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari
tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan
hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat
jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita. Didalam makalah
ini akan dibahas mengenai biografi singkat ulama hadits.
1.2
Perumusan Masalah
1.2.1
Siapa
saja tokoh-tokoh muhadditsin?
1.2.2
Apa
saja karya-karya yang telah mereka buat?
1.3
Tujuan Masalah
1.3.1
Mengetahui
Siapa saja tokoh-tokoh muhadditsin
1.3.2
Mengetahui
karya-karya yang telah mereka buat
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Imam Malik bin Anas (93 H. – 179 H. =712 M. -798 M.)
Imam Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr
bin Al-Harits, adalah seorang Imam Daru’ l-Hijrah dan seorang faqih, pemuka
mazhab Malikiyah. Silsilah beliau berakhir sampai kepada Ya’rub bin al-Qahthan
al-Asbhahy. Nenek moyangnya, Abu Amir, adalah seorang sahabat yang selalu
mengikuti seluruh peperangan yang terjadi pada zaman Nabi, kecuali perang
Badar. Sedang kakeknya, Malik, adalah seorang tabi’in yang besar dan fuqaha
kenamaan dan salah seorang dari 4 orang tabi’in yang jenazahnya dihusung
sendiri oleh khalifah ‘Utsman ke tempat pemakamannya.
Imam Malik bin Anas, dilahirkan pada tahun 93 Hijriah, di kota
Madinah, setelah tak tahan lagi di dalam rahim ibunya selama tiga tahun.[1] An
Nasa’i berkata, “Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan
jujur, terpercaya periwayatann haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia
ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul karim”.[2]
Dia seorang imam negeri Hijaz, bahkan imam seluruh umat manusia dalam
bidang fiqh dan hadits dan Imam Al-Syafi’i sebagai muridnya.[3]
Karya beliau yang sangat gemilang, dalam bidang ilmu hadits ialah
kitab “Al-Muwaththa’” tersebut ditulis pada tahun 144 H. atas anjuran
khalifah Ja’far al-Manshur, sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah
haji. Menurut penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh Abu Bakar
al-Abhary, jumlah atsar Rasulullah saw, sahabat dan tabi’in yang tercantum
dalam kitab Muwaththa’ sejumlah 1720 buah, dengan perincian sebagai berikut: Yang
musnad sebanyak 600 buah, yang mursal sebanyak 222 buah, yang mauquf sebanyak
613 buah dan yang maqthu’ sebanyak 285 buah.[4]
Ulama-ulama kemudian, yang mensyarahkan kitab Muwaththa’ antara lain:
‘Abdil-Barr, dengan nama “at-Tamhid wa ‘l-Istidkar”: ‘Abul-Walid, dengan
nama “Al-Mau’ib”; Az-Zarqany dan Ad-Dahlawy dengan nama “Al-Musawwa”.
Disamping itu banyak juga ulama yang menyusun biografi rawi-rawi Imam Malik
dan mensyarahkan lafadz-lafadz gharib yang terdapat dalam kitab al-Muwwaththa’.[5]
Beliau meninggal pada hari ahad, tanggal 14 Rabi’ul-awwal, tahun
169 (menurut sebagian pendapat, tahun 179 H.), di Madinah dalam usia 84 tahun,
dengan meninggalkan 3 orang putra: Yahya, Muhammad dan Hamdan.[6]
2.
Imam As-Syafi’iy (150 H. – 204 H. = 767 M. – 820 M.)
Nama beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris, yang bersanad
al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’I bin as-Saib al-Hasyimy al-Muththaliby
al-Quraisy. Kakeknya, Syafi’iy pernah bertemu dengan Nabi Muhammad saw, dikala
masih muda belia. Nenek moyangnya, Saib, dahulu adalah pembawa panji-panji bani
Hasyim di waktu perang Badar. Setelah beliau tertawan oleh orang islam dan
menebus diri, kemudian masuk agama islam.
Imam Syafi’iy dilahirkan pada tahun 150 H. di Gazzah, suatu kota di
tepi pantai Palestina Selatan. Ayahnya pergi ke kota tersebut karena ada suatu
keperluan. Di kota tersebut ayahnya meninggal dunia beberapa saat setelah
kelahiran putranya, Abu ‘Abdillah Muhammad. Setelah Abu ‘Abdillah berumur dua
tahun, ibunya membawanya ke tanah kelahiran orang tuanya, Makkah dan akhirnya
menetap di kota tersebut dalam keadaan yatim sampai menjadi dewasa.
Sebagai orang yang mempunyai perkembangan otak yang lebih cepat
daripada pertumbuhan jasmaninya, beliau sudah hafal al-Qur’an sejak berumur 7
tahun. Ahmad berkata: “Asy-Syaifi’iy adalah setamsil matahari”.[7]
Karya-karya Imam as-Syafi’Iy banyak sekali. Di antara karya-karya
beliau itu ada yang ditulis sendiri dan dibacakan kepada orang-orang banyak,
dan ada pula yang hanya didektekannya, kemudian murid-muridnya yang membukukannya.
Dalam bidang ilmu hadits, beliau menulis kitab-kitab: al-Musnad, Mukhtalifu
‘l-hadits dan as-Sunan. Dalam bidang ilmu fiqhi dan usul, beliau
menuliskan kitab-kitab: al-Umm dan ar-Risalah.
Beliau meninggal pada malam jumat, dan dikebumikan setelah shalat
asar hari jumat, pada akhir bulan Rajab, 204 H. atau 19 januari tahun 820 M.
3. Imam
Ahmad ibn Hanbal (164 H-241 H =780 M- 855 M)
Nama aslinya adalah Abu
‘Abdillah ibn Muhammad ibn Hanbal Al-Marwazy. Bapaknya adalah seorang
Mujtahid yang hidup di Bashrah. Dia mengembara ke Marwah sebagai seorang ghazi
dimana Imam Ahmad dilahirkan pada tanggal 20 Rabiul Awwal 164 H (780 M).
Kemudian Imam Ahmad dibawa ke Baghdad. Dari kota Baghdad itulah beliau memulai
mencurahkan perhatiannya untuk belajar dan mencari hadits dengan
sungguh-sungguh, sejak beliau berumur 16 tahun (179 H). Beliau menghafal lebih
satu juta hadits sepanjang hidupnya. Beliau juga salah seorang pelopor dalam
sejarah islam yang mengkombinasikan antara ilmu hadits dan fiqh.
Karya-karya yang telah beliau tulis diantaranya:
1.
Musnad Al-Kabir. Kitab musnad ini merupakan
satu-satunya Kitab musnad terbaik dan terbesar diantara Kitab-kitab musnad yang
pernah ada. Kitab ini berisikan 40.000 buah hadits, yang 10.000 merupakan
hadits ulangan. Sesuai dengan masanya maka kitab hadits tersebut belum diatur
bab per bab. Sehinggga kadang susah untuk menemukan hadits yang diinginkan.
Ulama’ ahli hadits yang terkenal di Mesir, Ahmad Syakir, telah menyusun daftar
isi kitab Musnad tersebut dengan nama Fihris Musnad Ahmad. Ia telah
mempublikasikan seperempat bagian dari musnad tersebut dalam bentuk buku yang
berjumlah dua puluh empat jilid.
2.
Al-‘llal wa Ma’rifat Al-Rijal
3.
Tarikh
4.
Al-Nasikh wa Al-Mansukh
5.
Al-Tafsir
6.
Al-Manasik
7.
Al-Asyibah
8.
Al-Zuhd
9.
Al-Radd ‘Ala Zanadiqah wa Al-Jahmiyah
Imam Ahmad berpulang ke rumah
Rahmatullah pada hari Jum’at 241 H (855 M) di Baghdad dan dikebumikan di
Marwaz. Sebagian ulama’ menerangkan bahwa disaat meninggalnya jenazahnya
diantar oleh sekitar 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan
suatu kejadian yang menakjubkan saat itu pula 20.000 orang dari kaum Nasrani,
Yahudi, dan Majusi masuk agama islam. Makamnya paling banyak dikunjungi orang.
Beliau meninggalkan dua orang putera: Shalih dan Abdullah yang konon ikut
menambahkan isi kitab musnad tersebut. Imam Ahmad selain sebagai seorang
muhadditsin, terkenal juga sebagai salah seorang pendiri dari salah satu
madzhab empat yang dikenal oleh orang-orang kemudian. Dengan nama madzhab
Hanabilah (Hanbali).
4. Imam
Bukhari (194-256 H = 810M – 870M)
Nama lengkapnya adalah Abu
Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah, adalah
ulama’ hadits yang sangat masyhur, kelahiran Bukhara suatu kota di Uzbekistan,
wilayah Uni Sovyet, yang merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia
dan Tiongkok. Beliau lebih terkenal dengan Bukhari (putra daerah Bukhara).
Beliau dilahirkan setelah shalat jum’at, tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810
M).[8]
Sejak umur kurang lebih 10 tahun, sudah mempunyai perhatian dalam ilmu-ilmu hadits,
bahkan sesudah mempunyai hafalan hadits yang tidak sedikit jumlahnya. Pada usia
16 tahun Imam Bukhari telah berhasil menghafalkan beberapa buah buku tokoh
ulama’ pertama yang prominen, seperti Ibnu Mubarak, Waki’ dll. Menurut
pengakuannya, kitab hadits yang ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak kurang
dari 1.080 orang guru hadits.
Karya-karya yang telah beliau buat
diantaranya:
1. Al-Jami’
Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashr min Umur Rasulillah wa sunanih wa Ayyamihi atau biasa disebut “shahih
Al-Bukhari”. Yakni kumpulan hadis-hadis shahih yang beliau persiapkan selama 16
tahun. Beliau sangat berhati-hati menuliskan tiap hadis pada kitab ini,
ternyata setiap hendak mencantumkan dalam kitabnya, beliau lebih dulu mandi dan
shalat sunnah dan beristikharah minta petunjuk kepada Allah tentang hadis yang
akan ditulisnya. Jumlah hadis yang ditulis dalam kitab Jami’nya ada yang
mu’allaq dan muttabi’. Yang mu’allaq sejumlah 1.341 buah, dan yang muttabi’
sebanyak 384 buah (ini khilaf), jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah, diluar
yang maqthu’ dan mauquf. Sedang jumlah yang tulen saja, yakni tanpa yang
berulang, tanpa muallaq dan mutabi’ 2.513 buah. Menurut jumhur ulama’ ahli
hadis, kitab ini merupakan kitab hadis yang paling shahih setelah Al-Quran.
2. Qadhaya
Al-Shahabah wa Al-Tabi’in. Kitab ini dikarang ketika berusia 18 tahun, dan sekarang
tidak ada kabar berita tentang kitab ini.
3. Al-Tarikhu
Al-Kabir (8
jilid) telah terbit 3 kali dengan tiga kali revisi, dan revisi terakhir yang
paling akurat.
4. Al-Tarikhu
al-ausath
5. Al-‘adabu
Al-Munfarid
6. Birru
Al-Walidain
Imam Bukhari meninggal dunia pada
hari jum’at malam sabtu selesai sembahyang isya’, tepat pada malam ‘idul Fitri
1 syawal 256 H (31 Agustus 870 M), dan dikebumikan sehabis sembahyang Dhuhur
pada hari sabtu, di Khirtank, suatu kampung tidak jauh dari Samarkand.
5.
Imam Muslim (204 H- 261 H =
820 M- 875 M)
Nama lengkapnya
ialah Abul-Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan kepada
Nisabury karena beliau adalah putra kelahiran nisabur, pada tahun 204 H (820
M), yakni kota kecil di iran bagian timur laut. Beliau juga dinisbatkan kepada
nenek moyangnya Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin Sha-sha’ah suatu keluarga
bangsawan besar.
Dalam
bidang perhaditsan, beliau banyak menyumbangkan karya-karyanya kepada umat
islam, antara lain:
1.
Jami’ush-shahih.
para ulama menyebut kitab shahih ini sebagai kitab yang belum
pernah didapati sebelum dan sesudahnya tidak berkurang sanadnya. Secara global
kitab ini tidak ada bandingannya didalam ketelitian menggunakan isnad. Telah
diakui oleh jumhurul ulama, bahwa Shahih Bukhary adalah seshahih-shahih kitab
hadits dan sebesar-besar pemberi faedah. Sedang shahih muslim adalah
secermat-cermat isnad dan sekurang-kurang perulanganya, sebab sebuah hadits
yang telah beliau letakkan pada satu maudlu’, tidak lagi ditaruh di maudlu’/bab
yang lain. Al-Hafidh Abu ‘Ali An-Nisabury berkata: “dibawah kolong langit tidak
terdapat seshahih kitab hadits selain kitab shahih muslim ini. Kitab shahih ini
berisikan sebanyak 7.273 buah hadits, termasuk dengan terulang. Kalau dikurangi
dengan hadits-hadits yang terulang, tinggal 4.00 buah.
2.
Musnadu’I
–Kabir. Kitab yang menerangkan tentang nama-nama
rijalul-hadits.
3.
Al
jami’ul-Kabir.
4.
Kitabu’l-ilal
wa kitabu auhamil-muhadditsin.
5.
Kitabu’t-tamyiz.
6.
Kitabu
man laisa lahu illa rawin wahidun.
7.
Kitabu’t-thabaqatu’t-tabi’in,
dan
8.
Kitabu’l-Muhadlramin.
Beliau wafat
pada hari minggu, bulan rajab, tahun 261 H. (875 M) dan dikebumikan pada hari
senin di nisabur.
6.
Imam Abu Dawud (202 H.-275 H. = 817 M.-889 M.)
Nama lengkapnya beliau ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin
Is-haq As Sijistany. Beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, yaitu di
Sijistan (terletak antara iran dengan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota
tersebut, pada tahun 202 H. (817 M.) Beliau juga senang merantau
mengelilingi negeri-negeri tetangga untuk mencari hadits dan ilmu-ilmu yang
lain. Kemudian dikumpulkan, disusun dan ditulisnya hadits-hadits yang telah
diterima dari ulama-ulama irak, Khurasan, Syam dan Mesir.
Diantara
karyanya yang tebesar dan sangat berfaedah bagi para mujtahid ialah kitab sunan
yang kemudian terkenal dengan nama sunan abi dawud. Beliau mengaku telah
mendapat hadits dari rasulullah saw sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah itu
beliau seleksi dan tulis dalam kitab sunannya sebanyak 4.800 buah. Beliau
berkata: “ saya tidak meletakkan sebuah hadits yang telah disepakati oleh orang
banyak untuk ditinggalkanya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya dengan
shahih, semi shahih (yusybibuhu), mendekati shahih (yuqaribuhu),
dan jika dalam kitab saya tersebut terdapat hadits yang wahnun syadidun
(sangat lemah) saya jelaskan. Adapun yang tidak kami beri penjelasan
sedikitpun, maka hadits tersebut bernilai shahih dan sebagian dari hadits yang
shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain. Menurut pendapat Ibnu
Hajar, bahwa istilah shahih Abu Dawud ini lebih umum daripada jika dikatakan bisa
dipakai hujjah (al-ihtijah) dan bisa dipakai I’tibar (I’tibar). Oleh
karenanya, setiap hadits dha’if yang bisa naik menjadi hasan atau setiap hadits
hasan yang bisa naik menjadi shahih bisa masuk dalam pemgertian yang pertama
(lil-ihtijaj), yang tidak seperti kedua itu, bisa tercakup dalam pengertian
kedua (lil-I’tibar) dan yang kurang dari ketentuan itu semua termasuk yang
dinilai dengan wahnun syadidun. Beliau wafat pada tahun 275 H. (889.) di
Bashrah.
7. Imam At-Turmudzi ( 200 H – 297 H = 824 M – 892 M )
Abu
‘Isa Muhammad bin Isa bin Surah adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di
kota Turmudz , sebuah kota kecil di pinggir sngai Amuderia, sebelah utara Iran.
Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan dzulhijjah 200 H ( 824 M). Imam
Bukhari dan Imam Turmudzi kuduanya sedarah, sebab Turmudz dan Bukhara itu
adalah satu daerah di daerah Waraun-nahar.
Beliau
menyusun satu kitab sunan dan kitab ‘Ilalu’’I-hadits. Kitab sunan ini bagus
sekali, banyak faedahnya dan hukum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai kitab
ini ditulis menurut pengakuan beliau sendiri, dikemukakan kepada ulama-ulama
Hijaz, Irak dan Khurasan dan ulama tersebut meridlainya, serta menerima dengan
baik. “ barang siapa yang menyimpan kitab saya ini di rumahnya”, kata beliau “seolah-olah
dirumahnya ada seorang nabi yang selalu berbicara”. Pada akhir kitabnya beliau
menerangkan bahwa semua hadits yang ada di dalam kitabnya adalah ma’mul (dapat
diamalkan). Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 927 H (892 M).
8. Imam An-Nasa’I ( 215 H – 303 H = 839 M – 915 M)
An-Nasa’i nama
lengkapnya adalah Abu ‘Abdir-Rahman Ahmad bin Syu’aib bin Bahr. Nama beliau
dinisbatkan kepada kota tempat kelahiran beliau. Beliau dilahirkan pada tahun
215 H. di kota Nasa yang masih wilayah Khurasan. Seorang Muhaddits putra Nasa
yang pintar, wira’i, hafidz lagi takwa ini memilih negara mesir sebagai tempat
bermukim sebagai tempat untuk menyiarkan hadits-hadits kepada masyarakat. Menurut
sebagian pendapat muhddits, beliau lebih hafidh dari imam muslim.
Karya beliau yang utama
adalah Sunanunu’l-Kubra yang akhirnya
terkenal dengan nama Sunan An-Nasa’i. Kitab
sunan ini muncul setelah shahihain yang paling sedikit hadits dla’ifnya, tetapi
paling banyak perulangannya. Misalnya hadits tentang niat yang diulang sebanyak
16 kali. Setelah Imam An-Nasa’i selesai menyusun sunan kubranya, beliau lalu
menyerahkan kepada Amir Ar-Ramlah. Kata Amir “Hai Abu ‘Abdur Rahman, apakah
hadits-hadits yang anda tuliskan shahih-shahih semuanya?” “Ada yang shahih ada
yang tidak” sahutnya. “kalau demikian” kata Amir “pisahkan yang shahih-shahih
saja.” Atas perintah amir ini maka beliau berusaha menyeleksinya. Kemudian
dihimpunnya hadits-hadits pilihan dengan nama: Al-Mujtaba (pilihan).
Beliau wafat pada hari
senin tanggal 13 bulan Safar, tahun 303 H (915 M), di Ar-Ramlah. Menurut suatu
pendapat, beliau meninggal di Mekkah, yakni saat beliau mendapat percobaan di
Damsyik, meminta supaya di bawa ke Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian
dikebumikan di suatu tempat di Shafa dan Marwa.
9.
Imam Ibnu Majah (207 H.-273 H=824 M.-887 M.)
Ibnu Majah, adalah nama dari nenek moyang yang berasal dari kota
Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap imam hadits yang terkenal dengan
sebutan neneknya ini, ialah: Abu ‘Abdillah bin Yazid Ibnu Majah. Beliau
dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H. (824 M.). Sebagaimana para muhadditsin
dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, maka beliau pun
berkeliling di beberapa negeri, untuk menemui dan berguru hadits kepada para
ulama hadits.
Beliau menyusun kitab sunan yang kemudian terkenal dengan Sunan Ibnu
Majah. Sunan ini merupakan salah satu sunan yang empat. Dalam sunan ini
terdapat banyak hadits yang munkar. Al-Hafidz Al- Muzy berpendapat, bahwa
hadits-hadits gharib yang terdapat dalam sunan ini, kebanyakan adalah dla’if.
Karena itulah para ulama mutaqaddimin memandang, bahwa kitab Muwaththa Imam
Malik menduduki pokok kelima, bukan sunan Ibnu Majah ini. Beliau wafat hari
selasa, bulan ramadhan, tahun 273 H. (887 M.).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Tokoh-tokoh
muhadditsin
·
Imam
Malik bin Anas (93 H. – 179 H. =712 M. -798 M)
·
Imam
As-Syafi’iy (150 H. – 204 H. = 767 M. – 820 M)
·
Imam Ahmad ibn Hanbal (164 H-241 H =780 M-
855 M)
·
Imam Bukhari (194-256 H = 810M – 870M)
·
Imam
Muslim (204 H- 261 H = 820 M- 875 M)
·
Imam
Abu Dawud (202 H.-275 H. = 817 M.-889 M)
·
Imam At-Turmudzi
( 200 H – 297 H = 824 M – 892 M)
·
Imam An-Nasa’I (
215 H – 303 H = 839 M – 915 M)
·
Imam
Ibnu Majah (207 H.-273 H=824 M-887 M)
2.
Karya-karya
yang telah mereka buat diantaranya:
·
Imam
Malik bin Anas: Al-Muwaththa’
·
Imam
As-Syafi’iy: Dalam bidang ilmu hadits: al-Musnad, Mukhtalifu ‘l-hadits dan
as-Sunan. Dalam bidang ilmu fiqhi dan usul: al-Umm dan ar-Risalah.
·
Imam Ahmad ibn Hanbal: Musnad Al-Kabir,
Al-‘llal wa Ma’rifat Al-Rijal, Tarikh, Al-Nasikh wa Al-Mansukh, Al-Tafsir,
Al-Manasik, Al-Asyibah, Al-Zuhd, Al-Radd ‘Ala Zanadiqah wa Al-Jahmiyah
·
Imam Bukhari: Al-Jami’ Al-Musnad Al-Shahih
Al-Mukhtashr min Umur Rasulillah wa sunanih wa Ayyamihi atau biasa disebut
“shahih Al-Bukhari”, Qadhaya Al-Shahabah wa Al-Tabi’in, Al-Tarikhu Al-Kabir,
Al-Tarikhu al-ausath, Al-‘adabu Al-Munfarid, Birru Al-Walidain
·
Imam
Muslim: Jami’ush-shahih, Musnadu’I –Kabir, Al jami’ul-Kabir, Kitabu’l-ilal wa
kitabu auhamil-muhadditsin, Kitabu’t-tamyiz, Kitabu man laisa lahu illa rawin
wahidun, Kitabu’t-thabaqatu’t-tabi’in, dan Kitabu’l-Muhadlramin.
·
Imam
Abu Dawud: sunan abi dawud
·
Imam
At-Turmudzi: sunan dan kitab
‘Ilalu’’I-hadits
·
Imam An-Nasa’I: Sunanunu’l-Kubra yang akhirnya terkenal
dengan nama Sunan An-Nasa’i.
·
Imam Ibnu Majah: Sunan Ibnu Majah.
DAFTAR PUSTAKA
Alawi Al-Maliki, Muhammad. 2009. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
B. Smeer, Zeid. 2008. Ulumul Hadis. Malang: UIN Malang
Press.
Al-Maturidi, Mansur. 2013. Ulumul Hadits. Jember: STAIN
Jember Press.
Rahman, Fatchur. 1983. Ikhtishar Musthalahu’l Hadits. Bandung:
al-Ma’arif
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits. Jakarta: Bulan Bintang.
http://perpuspendidikan.blogspot.com/2014/03/makalah-biografi-tokoh-tokoh-hadits.html
[1]
Fatchur Rahman. Ikhtishar Musthalahu’l
Hadits. (Bandung: al-Ma’arif. 1983. h: 367)
[4]
Tanwiru’ l-Hawalik, Jalalu ‘ddin as-Suyuthy, juz 1, halaman: 9
[5]
Ibid, juz 1, halaman: 12
[6]
http://perpuspendidikan.blogspot.com/2014/03/makalah-biografi-tokoh-tokoh-hadits.html
[7] M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadits. (Jakarta: Bulan Bintang. 1987. h: 315)
[8] Zeid
B. Smeer. Ulumul Hadis. (Malang: UIN Malang Press. 2008.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar