BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Belajar
merupakan kegiatan sehari – hari bagi siswa agar menjadi seorang yang cerdas,
pandai serta dapat menggapai cita – citanya, namun untuk mencapai itu ada
beberapa faktor agar belajar menjadi menyenangkan, salah satu faktor yang
penting dari dalam diri kita yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses
belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar
adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang
mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya
motivasi dalam belajarnya.
Motivasi
mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun
siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna
memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar
dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan
perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena
didorong motivasi.
- Rumusan Masalah
1.
Apa motivasi belajar itu?
2.
Sebutkan macam-macam motivasi
belajar?
3.
Apa saja fungsi dari motivasi
belajar itu?
4.
Jelaskan tentang teori-teori motivasi?
5. Apakah pentingnya motivasi dalam
kegiatan pembelajaran?
- Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan pengertian motivasi.
2.
Menjelaskan macam-macam motivasi belajar.
3.
Menjelaskan fungsidarimotivasibelajar.
4. Membandingkan
teori-teori motivasi.
5.
Menjelaskan pentingnya motivasi dalam belajar.
1
|
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu
komponen yang penting dalam belajar, namun seringkali sulit untuk diukur.
Kemauan siswa untuk berusaha dalam belajar merupakan sebuah produk dari
berbagai macam faktor, karakteristik kepribadian dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan
tugas tertentu, incentive untuk
belajar, situasi dan kondisi, serta performansi guru.
Motivasi berasal
kata Latin movers yang berarti
menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan. Secara
istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi yang disampaikan oleh para
ahli diantaranya yaitu definisi motivasi menurut Atkinson yang menyatakan
motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan untuk
bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh. Dan Freud
menyatakan bahwa motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan kepada
manusia untuk melakukan tindakan tertentu.
2
|
Kuat lemahnya motivasi seseorang itu akan
sangat tergantung bagaimana perasaan (ketegangan psikologis) yang dimiliki
orang tersebut hingga pada akhirnya muncul tindakan-tindakan untuk memenuhi
kebutuhan sebagai sumber ketegangan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan
berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu.[2]
B.
Macam-Macam Motivasi
Dalam membicarakan
macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi
yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik.
1.
Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik, bila tujuannya inheren
dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran itu. Anak didik termotivasi
untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan
pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai
yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik
dalam dirinya, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan,
terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit
sekali melakukan aktivitas belajar terus menurus. Seseorang yang memiliki motivasi
intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh
pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan
dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.
Seseorang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari
suatu mata pelajaran, maka akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Seseorang
itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena
ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan
dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas
belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang suatu objek,
seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkutpaut dengan dirinya.
Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang
memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang
berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Dorongan untuk belajar
bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang
terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran
dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
2.
MotivasiEkstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya rangsangan dari luar.
Motivasi
belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuanb elajarnya di
luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factor outside the
learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang
terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi,
diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.
Motivasi
ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru
yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam
belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya, yang
akan diuraikan pada pembahasan mendatang. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi
ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi
sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik malas belajar. Karena itu, guru
harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar
dalam rangka menunjang proses intrinsik edukatif di kelas.
Motivasi
ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena
bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada
guru atau orang tua. Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik
yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan prilaku anak didik. Diakui.
Angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dengan merangsang
anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman yang menghina,
sindiran kasar, dan sebagainya berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan
guru dengan anak didik. Sehingga guru menjadi orang yang dibenci oleh anak didik.
Efek pengiringnya, mata pelajaran yang dipegang guru itu tak disukai oleh anak didik.[3]
- Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar
mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai
motivasi belajar. Guru harus memberikan suntikan agar anak didik dapat keluar dari
kesulitan belajar. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi
motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif bagi anak didik.[4]
Untuk meningkatkan
kualitas belajar, harus diperlukan adanya sebuah motivasi, dalam hal ini ada
beberapa fungsi motivasi dalam belajar diantaranya :
a.
Mengarahkan kegiatan ( directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan
mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila
suatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka
motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), dan bila sasaran
atau tujuan todak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi
sasaran (avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi
yangcukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus
berperan mendekatkan dan menjuhkan sasaran.
b.
Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak
bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak
sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Sebliknya, apabila mitivasinya besar atu kuat, maka akan dilakukan dengan
sungguh-sunggu, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil
lebih besar.[5]
c.
Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku.
Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan . tingkah laku individu
diarahkan terhadap sesuatu.
d.
Menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan
sekitar harus menguatkan intensitas dan mengarahkan dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.[6]
- Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang
akan dibahas adalah:
a.
Teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan
oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia
mempunyai tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
1)
Kebutuhan fisiologikal, seperti: lapar, haus,
istirahat, dan sex;
2)
Kebutuhan rasa aman, tidak dalam arti fisik
semata,akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
3)
Kebutuhan akan kasih sayang;
4)
Kebutuhan akan harga diri, yang pada umumnya
tercermin dalam berbagai simbol-simbol status;
5)
Aktualisasi diri, dalam arti tersediannya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan yang nyata.[7]
Tingkatan atau herarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan
sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih pada
kerangka acuan yang dapat dipakai sewaktu waktu bilamana diperlukan untuk
memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong seseorang- yang akan
dimotivasi- bertindak melakukan sesuatu.
Didalam kehidupan
sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain
latar belakang pendidikan, tinggi-rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau,
cita-cita dari setiap individu.
Berdasarkan urutan
tingkat kebutuhan menurut teori Maslow kehidupan manusia dapat di jelaskan
sebagai berikut: pada mulanya kebutuhan manusia yang paling mendesak adalah
kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika
kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka kebutuhan selanjutnya yang harus
dipenuhi adalah akan rasa aman dan terlindungi. Dan selanjutnya adalah
kebutuhan sosial dimana seseorang ingin ikut aktif dalam organisai
kemasyarakatan dan lain sebagainnya, dan begitu selanjutnya sampai kebutuhan
aktualisasi diri terpenuhi.
Namun tidak semua
kehidupan manusia mengikuti hierarki Maslow, kadang bisa melompat dari
kebutuhan yang satu kepada kebutuhan yang lain, atau mungking ada lompatan
balik. Dengan demikian, pada saat tertentu kebutuhan seseorang itu berbeda
dengan yang lainnya.[8]
- Teori McClelland ( Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal teori kebutuhan untuk mencapai prestasi
atau Need for Achivement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda,
sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Menurutnya karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki
tiga ciri umum, yaitu:
1. Sebuah preferensi untuk mengerjakan
tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
2. Menyukai situasi dimana kinerja
timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain,
seperti kemujuran misalnya;
3. Menginginkan umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi
rendah
c. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori ini dikenal dengan akronim
“ERG”. Akronim ERG dalam Teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga
istilah yaitu: E = Existence ( kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (
kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak
lain ) dan G = Growth ( kebutuhan akan pertumbuhan )
Jika tiga makna tersebut didalami
maka akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan
antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “
existence” dapat dikatakan identik dengan heirarkhi pertama dan kedua dalam
teori Maslow. “ relatedness” senada dengan heirarkhi kebutuhan ketiga dan
keempat dan “ Growth” mengandung makna yang sama dengan “ self actualization”.
Kedua, Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu
diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila disimak lebih lanjut Teori
Alderfer akan tampak bahwa:
1. Makin tidak terpenuhinya suatu
kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya.
2. Kuatnya kebtuhan memuaskan kebutuhan
yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah
dipuaskan;
3. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan
yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan
yang lebih mendasar.
d. Teori Herzberg ( teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal
dengan “ model dua faktor” dari motivasi, yaitu: faktor motivasional dan faktor
hygine atau “ pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud
faktor motivasional adalah hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrisik, yang berarti berasal dari diriseseorang, sedangkan yang dimaksud
dengan faktor hygine adalah faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang.
Menurutnya, yang tergolong dalam
faktor motivasional adalah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor hygine mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi,
hubungan seseorang dengan rekan kerja dan lain sebagainya. Salah satu tantangan
terbesar dalam memahami dan menerapkan teori ini adalah memperhitungkan dengan
tepat faktor mana yang lebuh berpengaruh kuat, apakah yang bersifat intrinsik
atau ekstrinsik.
e. Teori Victoor H. Vroom (Teori
Harapan)
Dalam bukunya “ Work and
Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori
Harapan”. Menurut teori ini motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang
ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya
akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang
sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka nntuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan sangat sederhana,
Teori Harapan berkata bahwasannya apabila seseorang menginginkan sesuatu dan
harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat
terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu, begitupun sebaliknya.[9]
f.
Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa
yunani yang berarti kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran
di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah
mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme,
manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh
kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang
perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat
mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesulitan,
penderitaan dan sebagainya.
Siswa
di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari
kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak bisa mengajar karena sakit.
Dan banyak lagi contoh yang lain, yang menunjukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teori hedonisme,
para siswa tersebut harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dengan memenuhi
kesenangannya.
- Teori Naluri
Di dalam teori ini telah dikemukakan
bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal
ini disebut juga naluri yaitu:
1. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,
2. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri,
dan
3. Dorongan nafsu (naluri)
mengembangkan/mempertahankan jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu,
maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia
yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga
naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang
harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalkan, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa
di hina dan di ejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh di kelasnya.
(Naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi
anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan
menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar
sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
- Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan
bahwa tindakan atau prilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi
berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat
orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di
tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan dan kebudayaan. Menurut
teori ini apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya, pemimpin
ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan
dan kebudayaan orang - orang yang dididiknya.
Sehingga kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan
dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda
dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa
kita terdiri dari berbagai macam suku yang memiliki latar belakang yang berbeda
-beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan
menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan
yang berbeda-beda sehingga perlu adanya
pendekatan yang berbeda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi
terhadap mereka.
- Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan
perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya
pendorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas
terhadap suatu arah yang umum. Misalnya,
suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua
kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun,
cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong
tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan
masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin
memotivasi anak didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu
atas naluri dan reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang
dimilikinya.
j.
Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang
sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya untuk memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu, menurut
teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan
motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa
kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Banyak ahli psikologi yang telah berjasa merumuskan kebutuhan-kebutuhan
manusia ditinjau dari sudut psikologi. Sejalan dengan itu pula maka terdapat
adanya beberapa teori kebutuhan yang sangat erat berkaitan dengan kegiatan
motivasi.[10]
- Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan
kebutuhan minat dan keinginannya pada proses belajar tak dapat di pungkiri,
karena engan menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat
belajar. Barang siapa yang bekerja berdasarkan motivasi yang kuat, ia tidak
akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu guru perlu memelihara
motivasi belajar dan semua yang berkaitan dengan motivasi, seperti kebutuhan,
keinginan dll. Metode dan cara mengajar yang digunakan harus mampu menimbulkan
sikap positif belajar dan gemar belajar. Akibatnya timbul keinginan yang
meluap-luap untuk menuntut ilmu di kalangan para pelajar, kesabaran yang tak
ada taranya dalam menghadapi rintangan dalam menuntut ilmu, sehingga mampu
melampaui jarak yang sangat jauh untuk menuntut ilmu dari sumber aslinya.[11]
Motivasi dapat
mempengaruhi siswa saat mereka akan mempelajari materi yang baru atau pada saat
mereka melakukan untuk kerja dari keterampilan-keterampilan, strategi-strategi,
dan perilaku-perilaku yang sebelumnya telah dipelajari, dimana semua itu
mempunyai implikasi yang penting bagi sekolah. Selain itu,
motivasi juga dapat mempengaruhi apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar.
Namun tidak semua siswa memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar. Ada juga siswa yang tidak tertarik atau
tidak termotivasi untuk belajar, biasanya mereka menunjukkan tidak perhatian
selama kegiatan belajar, serta kurang memiliki komitmen untuk mencapai tujuan
belajar.[12]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pengertian motivasi
Motivasi adalah dorongan yang
timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam
rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam motivasi ada dua yaitu
a. Motivasi intrinsik (motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar);
b.
Motivasi ekstrinsik (motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya rangsangan dari luar).
3. ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar
diantaranya :
a.
Mengarahkan kegiatan ( directional function);
b.
Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan;
c. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah
laku;
d. Menjaga dan menopang tingkah laku.
4. Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan
dalam pasal ini adalah:
a.
Teori Abraham Maslow ( Teoro kebutuhan )
b.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
c.
Teori Clyton Alderfer( Teori “ERG)
d.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
e.
Teori Victor H.Vroom (Teori Harapan)
f.
Teori Hedonisme
g.
Teori Naluri
h.
Teori Reaksi yang
Dipelajari
i.
Teori Daya
Pendorong
j.
Teori Kebutuhan
5.
12
|
DAFTAR PUSTAKA
Esa Nur Wahyuni, Esa Nur, Motivasi
dalam Pembelajaran,2009. Malang: UIN-MALANG PRESS.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi
Belajar. 2002. Jakarta: Rineka Cipta.
Fudyartanto, PsikologiPendidikanDenganPendekatanBaru. 2002.
Jogjakarta: Global
PustakaUtama.
Islamudin, Haryu. PsikologiPendidikan. 2011.
Jember: STAIN Jember Press.
Purwanto, Ngalim, PsikologiPendidikan. 2007.
Bandung: RemajaRosdakarya.
Sanjaya, Wina.Kurikulum dan
Pembelajaran. 2013. Jakarta:Kecana Media Group.
Yudhawati, Ratna dan dany haryanto, teori-teori dasar psikologi
pendidikan, 2011. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
[1]
Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam
Pembelajaran (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009) hal 11-14.
[2]Wina Sanjaya,
Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Kecana Media Group: 2013), hal 250-251.
[3]Haryu Islamuddin,
Psikologi Pendidikan, (Jember: Stain Jember Press: 2011), hal 260-263
[4]Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: RinekaCipta: 2002), hal 122
[5] Nana
syaodih sukmadinata, landasan psikologi proses pendidikan, (bandung:
remaja rosda karya,: 2009), hal 62-63.
[7] Ratna
yudhawati dan dany haryanto, teori-teori dasar psikologi pendidikan, (
jakarta: PT. Prestasi Pustakarya: 2011), hal 80.
[9] Ratna
yudhawati dan dany haryanto, teori-teori dasar psikologi pendidikan, (
jakarta: PT. Prestasi Pustakarya: 2011), hal 82.
[11] Abu
Ahmad, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia: 1997),
hal 111-112
[12]
Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam
Pembelajaran (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009) hal 38-41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar