Rabu, 29 Juli 2015

Motivasi belajar



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Belajar merupakan kegiatan sehari – hari bagi siswa agar menjadi seorang yang cerdas, pandai serta dapat menggapai cita – citanya, namun untuk mencapai itu ada beberapa faktor agar belajar menjadi menyenangkan, salah satu faktor yang penting dari dalam diri kita yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar. Siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang karena didorong motivasi.
  1. Rumusan Masalah
1.            Apa motivasi belajar itu?
2.            Sebutkan macam-macam motivasi belajar?
3.            Apa saja fungsi dari motivasi belajar itu?
4.      Jelaskan tentang teori-teori motivasi?
5.      Apakah pentingnya motivasi dalam kegiatan pembelajaran?
  1. Tujuan Penulisan
1.            Menjelaskan pengertian motivasi.
2.            Menjelaskan macam-macam motivasi belajar.
3.            Menjelaskan fungsidarimotivasibelajar.
4.      Membandingkan teori-teori motivasi.
5.      Menjelaskan pentingnya motivasi dalam belajar.

1

 

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam belajar, namun seringkali sulit untuk diukur. Kemauan siswa untuk berusaha dalam belajar merupakan sebuah produk dari berbagai macam faktor, karakteristik kepribadian dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas tertentu, incentive untuk belajar, situasi dan kondisi, serta performansi guru.
            Motivasi berasal kata Latin movers yang berarti menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan. Secara istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi yang disampaikan oleh para ahli diantaranya yaitu definisi motivasi menurut Atkinson yang menyatakan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan untuk bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh. Dan Freud menyatakan bahwa motivasi adalah energi  phisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu.
2
            Secara umum motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku. Dalam definisi demikian, maka pada dasarnya motivasi merupakan proses yang terjadi didalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga. Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk, sehingga tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diketahui indikatornya dari perilaku yang tampak, seperti pemilihan tugas, usaha, keteguhan dan ucapan-ucapan secara verbal. Dalam motivasi mengandung tujuan-tujuan (goals) yang memberikan energi penggerak untuk mengarahkan tindakan seseorang. Bagi aliran kognitif, tujuan-tujuan merupakan elemen yang penting dalam dalam memunculkan motivasi. Selain itu, motivasi membutuhkan aktivitas baik secara mental maupun fisik. Agar motivasi ada dalam diri individu, maka perlu adanya dorongan dan penjagaan terhadap motivasi tersebut. Memulai sebuah tindakan untuk mencapai tujuan merupakan langkah pertama yang penting, seringkali sulit untuk dilakukan karena perlu adanya komitmen atau perubahan-perubahan. Demikian pula menjaga proses motivasi agar selalu melakukan tindakan yang mengarah kepada tercapainya tujuan juga hal yang sangat penting.[1]
Kuat lemahnya motivasi seseorang itu akan sangat tergantung bagaimana perasaan (ketegangan psikologis) yang dimiliki orang tersebut hingga pada akhirnya muncul tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan sebagai sumber ketegangan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.[2]
B.     Macam-Macam Motivasi
Dalam membicarakan macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik.
1.      Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif  yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik, bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menurus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.
Seseorang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Seseorang itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkutpaut dengan dirinya.
Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu. Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
2.      MotivasiEkstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif  yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuanb elajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factor outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya, yang akan diuraikan pada pembahasan mendatang. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik malas belajar. Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses intrinsik edukatif di kelas.
Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua. Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan prilaku anak didik. Diakui. Angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dengan merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, hukuman yang menghina, sindiran kasar, dan sebagainya berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan guru dengan anak didik. Sehingga guru menjadi orang yang dibenci oleh anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran yang dipegang guru itu tak disukai oleh anak didik.[3]
  1. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi belajar. Guru harus memberikan suntikan agar anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi anak didik.[4]
Untuk meningkatkan kualitas belajar, harus diperlukan adanya sebuah motivasi, dalam hal ini ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar diantaranya :
a.       Mengarahkan kegiatan ( directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila suatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach motivation), dan bila sasaran atau tujuan todak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran (avoidance motivation). Karena motivasi berkenaan dengan kondisi yangcukup kompleks, maka mungkin pula terjadi bahwa motivasi tersebut sekaligus berperan mendekatkan dan menjuhkan sasaran.
b.      Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebliknya, apabila mitivasinya besar atu kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sunggu, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.[5]
c.       Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan . tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
d.      Menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan mengarahkan dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.[6]
  1. Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang akan dibahas adalah:
a.       Teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
1)      Kebutuhan fisiologikal, seperti: lapar, haus, istirahat, dan sex;
2)      Kebutuhan rasa aman, tidak dalam arti fisik semata,akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
3)      Kebutuhan akan kasih sayang;
4)      Kebutuhan akan harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status;
5)      Aktualisasi diri, dalam arti tersediannya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan yang nyata.[7]
Tingkatan atau herarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih pada kerangka acuan yang dapat dipakai sewaktu waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang mendorong seseorang- yang akan dimotivasi- bertindak melakukan sesuatu.
      Didalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi-rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, cita-cita dari setiap individu.
      Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan menurut teori Maslow kehidupan manusia dapat di jelaskan sebagai berikut: pada mulanya kebutuhan manusia yang paling mendesak adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka kebutuhan selanjutnya yang harus dipenuhi adalah akan rasa aman dan terlindungi. Dan selanjutnya adalah kebutuhan sosial dimana seseorang ingin ikut aktif dalam organisai kemasyarakatan dan lain sebagainnya, dan begitu selanjutnya sampai kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi.
      Namun tidak semua kehidupan manusia mengikuti hierarki Maslow, kadang bisa melompat dari kebutuhan yang satu kepada kebutuhan yang lain, atau mungking ada lompatan balik. Dengan demikian, pada saat tertentu kebutuhan seseorang itu berbeda dengan yang lainnya.[8]
  1. Teori McClelland ( Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achivement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Menurutnya karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum, yaitu:
1.      Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
2.      Menyukai situasi dimana kinerja timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya;
3.      Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah
c.       Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori ini dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim ERG dalam Teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence ( kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness ( kebutuhan untuk  berhubungan dengan pihak lain ) dan G = Growth ( kebutuhan akan pertumbuhan )
Jika tiga makna tersebut didalami maka akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “ existence” dapat dikatakan identik dengan heirarkhi pertama dan kedua dalam teori Maslow. “ relatedness” senada dengan heirarkhi kebutuhan ketiga dan keempat dan “ Growth” mengandung makna yang sama dengan “ self actualization”. Kedua, Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila disimak lebih lanjut Teori Alderfer akan tampak bahwa:
1.      Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya.
2.      Kuatnya kebtuhan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
3.      Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
d.      Teori Herzberg ( teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ model dua faktor” dari motivasi, yaitu: faktor motivasional dan faktor hygine atau “ pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrisik, yang berarti berasal dari diriseseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygine adalah faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang.
Menurutnya, yang tergolong dalam faktor motivasional adalah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor hygine mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seseorang dengan rekan kerja dan lain sebagainya. Salah satu tantangan terbesar dalam memahami dan menerapkan teori ini adalah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebuh berpengaruh kuat, apakah yang bersifat intrinsik atau ekstrinsik.
e.       Teori Victoor H. Vroom (Teori Harapan)
Dalam bukunya “ Work and Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan  tampaknya terbuka nntuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan sangat sederhana, Teori Harapan berkata bahwasannya apabila seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu, begitupun sebaliknya.[9]
f.           Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesulitan, penderitaan dan sebagainya.
            Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak bisa mengajar karena sakit. Dan banyak lagi contoh yang lain, yang menunjukkan bahwa motivasi itu  sangat diperlukan. Menurut teori hedonisme, para siswa tersebut harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dengan memenuhi kesenangannya.
  1. Teori Naluri
            Di dalam teori ini telah dikemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu:
1.      Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri,
2.      Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan
3.      Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
       Misalkan, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa di hina dan di ejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh di kelasnya. (Naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
  1. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau prilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut  juga teori lingkungan dan kebudayaan. Menurut teori ini apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang - orang yang dididiknya.
Sehingga kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa kita terdiri dari berbagai macam suku yang memiliki latar belakang yang berbeda -beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda  sehingga perlu adanya pendekatan yang berbeda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka.
  1. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap  suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
j.        Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
    Banyak ahli psikologi yang telah berjasa merumuskan kebutuhan-kebutuhan manusia ditinjau dari sudut psikologi. Sejalan dengan itu pula maka terdapat adanya beberapa teori kebutuhan yang sangat erat berkaitan dengan kegiatan motivasi.[10]
  1. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginannya pada proses belajar tak dapat di pungkiri, karena engan menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Barang siapa yang bekerja berdasarkan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu guru perlu memelihara motivasi belajar dan semua yang berkaitan dengan motivasi, seperti kebutuhan, keinginan dll. Metode dan cara mengajar yang digunakan harus mampu menimbulkan sikap positif belajar dan gemar belajar. Akibatnya timbul keinginan yang meluap-luap untuk menuntut ilmu di kalangan para pelajar, kesabaran yang tak ada taranya dalam menghadapi rintangan dalam menuntut ilmu, sehingga mampu melampaui jarak yang sangat jauh untuk menuntut ilmu dari sumber aslinya.[11]
Motivasi dapat mempengaruhi siswa saat mereka akan mempelajari materi yang baru atau pada saat mereka melakukan untuk kerja dari keterampilan-keterampilan, strategi-strategi, dan perilaku-perilaku yang sebelumnya telah dipelajari, dimana semua itu mempunyai implikasi yang penting bagi sekolah. Selain itu, motivasi juga dapat mempengaruhi apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar.
            Namun tidak semua siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Ada juga siswa yang tidak tertarik atau tidak termotivasi untuk belajar, biasanya mereka menunjukkan tidak perhatian selama kegiatan belajar, serta kurang memiliki komitmen untuk mencapai tujuan belajar.[12]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Pengertian motivasi
Motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai usaha dan aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.      Macam-macam motivasi ada dua yaitu
a.       Motivasi intrinsik (motif-motif  yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar);
b.      Motivasi ekstrinsik (motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar).
3.      ada beberapa fungsi motivasi dalam belajar diantaranya :
a.       Mengarahkan kegiatan ( directional function);
b.      Mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan;
c.       Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku;
d.      Menjaga dan menopang tingkah laku.
4.      Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah:
a.       Teori Abraham Maslow ( Teoro kebutuhan )
b.      Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
c.       Teori Clyton Alderfer( Teori “ERG)
d.      Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
e.       Teori Victor H.Vroom (Teori Harapan)
f.       Teori Hedonisme
g.      Teori Naluri
h.      Teori Reaksi yang Dipelajari
i.        Teori Daya Pendorong
j.        Teori Kebutuhan
5.     
12
Menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat dan keinginan siswa pada proses belajar sangat penting, karena motivasi dapat menggerakkan dan menjaga tingkah laku siswa dalam kegiatan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Oleh karena itu guru perlu memelihara motivasi belajar dan semua yang berkaitan dengan motivasi, Metode dan cara mengajar motivasi juga dapat mempengaruhi apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Esa Nur Wahyuni, Esa Nur, Motivasi dalam Pembelajaran,2009. Malang: UIN-MALANG PRESS.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. 2002. Jakarta: Rineka Cipta.
Fudyartanto, PsikologiPendidikanDenganPendekatanBaru. 2002. Jogjakarta: Global
            PustakaUtama.
Islamudin, Haryu. PsikologiPendidikan. 2011. Jember: STAIN Jember Press.
Purwanto, Ngalim, PsikologiPendidikan. 2007. Bandung: RemajaRosdakarya.
Sanjaya, Wina.Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Jakarta:Kecana Media Group.
Yudhawati, Ratna dan dany haryanto, teori-teori dasar psikologi pendidikan, 2011. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.



[1] Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009) hal 11-14.
[2]Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Kecana Media Group: 2013), hal  250-251.
[3]Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember: Stain Jember Press: 2011), hal 260-263
[4]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: RinekaCipta: 2002), hal 122
[5] Nana syaodih sukmadinata, landasan psikologi proses pendidikan, (bandung: remaja rosda karya,: 2009), hal 62-63.
[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2007), hal 72.
[7] Ratna yudhawati dan dany haryanto, teori-teori dasar psikologi pendidikan, ( jakarta: PT. Prestasi Pustakarya: 2011), hal 80.
[8] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2007), hal 78.
[9] Ratna yudhawati dan dany haryanto, teori-teori dasar psikologi pendidikan, ( jakarta: PT. Prestasi Pustakarya: 2011), hal  82.
[10]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2007), hal 74-80
[11] Abu Ahmad, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia: 1997), hal 111-112
[12] Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-MALANG PRESS, 2009) hal 38-41.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar