BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Waktu adalah salah satu
nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Manusia. Sudah sepatutnya manusia
memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya
sebagai makhluk Allah di bumi ini. Apalagi seorang Muslim memiliki
kewajiban untuk mengelola waktunya dengan baik, karena Ajaran Islam menganggap
pemahaman terhadap hakikat menghargai waktu sebagai salah satu indikasi
keimanan dan bukti ketaqwaan mereka. Akan tetapi
sebagian besar manusia tidak bisa menggunakan waktu mereka dengan
sebaik-baiknya, bahkan cenderung menyia-nyiakannya. Kondisi
semacam itu dikarenakan banyak manusia yang kurang begitu memahami apa itu
waktu dan bagaimana memanfaatkannya dengan baik.
Allah juga telah
menegaskan betapa pentingnya waktu dengan bersumpah
pada permulaan berbagai surat dalam Al-Qur’an. Salah satunya dalam surat
Al-Ashr (103):1-3, yang artinya sebagai berikut:
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang
benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah
diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.
Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal
mengamalkannya.Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim sudah
seharusnya menghargai waktu yang telah diberikan Allah dengan mengerjakan
perbuatan-perbuatan baik. Jangan sampai kita menyesal di akhir hidup kita
karena telah menyia-nyiakan waktu yang kita punya selama hidup didunia.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian manajemen waktu?
2.
Apa syarat dan perencanaan dalam menyikapi waktu?
3.
Bagaimana manajemen waktu yang
baik menurut Islam?
4.
Pentingnya manajemen waktu dalam Islam
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai manajemen waktu
2.
Untuk mengetahui syarat dan perencanaan dalam menyikapi waktu
3.
Untuk mengetahui manajemen waktu yang baik dalam Islam
4.
Untuk mengetahui pentingnya manajemen waktu dalam Islam
1.4
Manfaat Penulisan
1.
Memberikan penjelasan tentang pengertian manajemen waktu
2.
Memberikan penjelasan tentang syarat dan perencanaan menyikapi
waktu
3.
Memberikan pengetahuan tentang manajemen waktu yang baik dalam
Islam
4.
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya manajemen waktu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen Waktu
Banyak definisi yang diberikan oleh beberapa penulis terhadap
istilah manajemen. Salah satunya dikemukakan oleh R. Terry yang
menjelaskan bahwa “manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan”. Pendapat lain mengungkapkan istilah manajemen mengacu pada suatu
proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan agar diselesaikan
secara efesien dan efektif.
M. Quraish Shihab
menjelaskan bahwasannya didalam Al-Qur’an kata waqt (waktu) ditemukan tiga
kali. Kata tersebut digunakan dalam konteks pembicaraan tentang masa akhir
hidup didunia ini. Dari sini dan setelah menelusuri seluruh bentuk kata lain
yang berakar pada kata waqt (waktu), para pakar akhirnya menyimpulkan bahwa
waqt (waktu) adalah batas akhir dari masa yang seharusnya digunakan untuk
berusaha sebaik mungkin.
Dengan demikian
yang dimaksud dengan manajemen waktu yaitu suatu proses perencanaan atau
pengorganisasian waktu agar tercipta kegiatan-kegiatan yang efektif dan efesien
sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sedangkan
waktu sendiri mempunyai beberapa karakteristik khusus yang istimewa. Kita
wajib mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan
pancaran cahayanya. Di antara karakteristik yang dimiliki waktu adalah sebagai
berikut:
a. Cepat habis
Waktu itu berjalan
laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria maupun
saat susah atau duka cita. Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira,
maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu
waktu prihatin, maka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada
hakikatnya tidaklah demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang
yang sedang menghayati masa itu sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan
dunia ini cukup panjang, namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar,
selama kesudahan yang hidup itu tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah
merenggut, maka tahun-tahun dan masa yang dihayati manusia telah selesai,
hingga laksana kejapan mata yang lewat bagaikan kilat yang menyambar.
b.
Waktu yang
telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti
Inilah ciri khas waktu dari berbagai
karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang berlalu, setiap jam yang habis dan
setiap kejapan mata yang telah lewat, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi dan
tidak mungkin dapat diganti.
c.
Modal
terbaik bagi manusia
Oleh karena waktu sangat cepat
habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali dan tidak dapat diganti
dengan sesuatu pun, maka waktu merupakan modal terbaik. Modal yang paling indah
dan paling berharga bagi manusia. Keindahan waktu itu dapat diketahui melalui
fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan segala
produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal
yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun
kolektif atau kelompok masyarakat.
Dari ketiga karakteristik waktu diatas sudah dapat
dilihat betapa pentingnya waktu bagi manusia. Kita sebagai umat muslim wajib
mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan ibadah, hingga tidak serentang waktu pun
terlewati, baik siang atau malam kecuali terdapat kegiatan yang baik. Dengan
begitu, akan tampak berkah waktu dan hasilnya akan berguna bagi usia. Di
samping itu, senantiasa harus menghadap Allah SWT dan seyogianya terhadap yang
kamu dapatkan dari kebiasaan (rutinitas), misalnya makan, minum, dan bermata
pencaharian, sebaiknya kamu sediakan waktu-waktu tertentu karena mengabaikan
suatu hal tidak akan menjadikannya tegak. Begitu pula dengan melalaikan suatu
perkara, tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
2.2 Syarat dan Perencanaan Menyikapi
Waktu
Kiat yang
benar untuk menyikapi waktu menurut Islam, ialah pandangan yang mencakup masa lalu,
masa sekarang dan masa depan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia wajib
melihat, mengisi, dan mempersiapkan ketiga masa tersebut.
a. Wajib melihat masa lalu
Melihat ke
masa lalu, dimaksudkan untuk mengambil pelajaran dengan segala peristiwa yang
terjadi pada masa tersebut. Menerima nasihat dengan kejadian yang dialami umat
saat itu dan sunnatullah terhadapa mereka, sebab masa lalu merupakan wadah
peristiwa dan khazanah pelajaran.
b. Melihat masa depan
Melihat ke
masa depan memang hal wajib, sebab manusia itu sesuai dengan fitrahnya
senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat melupakannya atau
menyembunyikannya di balik kedua telinganya. Sebagaimana manusia itu diberi
rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan apa yang terjadi di
dalamnya, maka ia pun diberi rezeki upaya menggambarkan masa depan dan apa yang
akan diharapkan.
c. Memperhatikan masa kini.
Seorang
mukmin berkewajiban melihat ke masa lalu untuk mengambil pelajaran, mengambil
manfaat, dan mawas diri. Di samping itu, juga perlu melihat masa depan untuk
mempersiapkan perbekalan. Maka, ada kewajiban untuk memperhatikan masa kini,
yaitu masa di mana secara nyata kita sedang menjalani dan menghayatinya, agar
kita dapat menggunakannya sebelum lepas dan tersia-sia.
Manajemen waktu yang baik hanya bisa terlaksana apabila memenuhi beberapa
syarat yang sangat berpengaruh untuk menentukan kualitas manajemen waktu.
Syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
1.
Disiplin dan Pembiasaan sejak dini
Penanaman disiplin akan
waktu, menghargai waktu sejak kecil merupakan hal penting. Dengan demikian,
seseorang akan terbiasa untuk mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal
untuk merencanakan berbagai macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur,
makan, termasuk senda gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, ”Berilah istirahat
hati karena kalau dipaksakan akan membabi buta.”
2.
Memiliki kecerdasan dan kejeniusan
Munculnya indikasi
kecerdasan pada seseorang merupakan faktor penting untuk bisa mewujudkan hal di
atas. Karena dengan pengetahuan yang luas akan mempermudah seseorang untuk
menentukan suatu hal.
3.
Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif
Untuk melaksanakan
manajemen waktu yang optimal, memang perlu ditunjang dengan adanya keinginan
yang kuat, tindakan yang terus menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme,
berpengetahuan luas, mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan
emosi, seperti sedih, berduka dan susah, di samping memiliki budi pekerti dan
akhhlak yang tinggi.
4.
Memiliki ketrampilan
Pengetahuan yang luas,
tanpa diiringi dengan ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret.
Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa
bekerja dan menekuni bidang pekerjaannya. Oleh karena itu, pengetahuan dan
ketrampilan harus berjalan beriringan.
Dalam manajemen waktu,
tentunya perencanaan merupakan salah satu hal yang penting, karena suatu
kegiatan atau tujuan tanpa perencanaan yang baik hasilnya tidak akan maksimal. Dalam
membuat perencanaan, ada enam hal yang harus kita perhatikan, yaitu:
1. Niat yang Kuat
Niat sama artinya
dengan motivasi yang kuat. Tanpa adanya niat, kita tidak akan pernah berhasil
dalam beramal. Tahun, bulan, atau hari tidak akan pernah menjadi tahun, bulan,
atau hari yang berprestasi, jika kita tidak berniat untuk mengisinya dengan
amal terbaik dan niat seorang muslim adalah melakukan amal ibadah setiap waktu
karena Allah swt. Jika itu yang kita lakukan, semuanya akan memiliki nilai
ibadah.
2. Memiliki Tujuan yang
Jelas
Tanpa adanya tujuan
yang jelas, kita tidak akan fokus melangkah. Makin tidak jelas tujuan dan waktu
pencapaiannya maka peluang gagalnya rencana kita akan makin besar. Dan tujuan
kita melakukan amal ibadah dalam mengisi waktu-waktu kita adalah berharap ridha
Allah swt.
Pelajari pula
teknik membuat rencana dan segera membuat rencana yang matang dan teruji. Buat
program dalam bentuk rencana harian, mingguan, dan bulanan.
Di sini penting pula
memahami skala prioritas, mana yang harus didahulukan, dan mana pula yang bisa
ditunda, mana yang harus di kerjakan, mana pula yang tidak. Dr. Yusuf
Al-Qardhawi dalam Fikih Prioritas, mengungkapkan urutan amal yang terpenting
diantara yang penting. Patokannya :
-Sangat Penting dan
Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Pertama.
-Tidak Penting dan
Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Kedua.
-Sangat Penting dan
Tidak Mendesak dikerjakan pada urutan Ketiga.
-Tidak Penting dan
Tidak mendesak dikerjakan pada urutan Keempat.
3. Buat Rencana Cadangan
Kita pun harus selalu
siap dengan segala kemungkinan tak terduga. Kita merencanakan, tapi Allah yang
menentukan. Karena itu, buat rencana B dan C sebagai rencana cadangan jika
rencana utama mengalami kegagalan. Insya Allah kita tidak akan kehilangan waktu
untuk panik.
4. Rencana atau Program Harus
Realistis, Terukur, dan Adil
Hindari membuat rencana
yang terlalu tinggi, tidak realistis, dan terlalu sulit dicapai. Program kita
pun harus adil dan seimbang. Sebab kita harus menunaikan banyak hak, di mana
setiap hak menuntut pemenuhan. Ada hak Allah, hak keluarga, dan hak akal, hak
tetangga, hak badan, hak diri.
5. Disiplin dalam Rencana.
Sehebat apapun program
dan rencana, tidak akan berarti sama sekali jika kita tidak disiplin
melaksanakannya. Karena itu, jangan tergiur oleh kegiatan, kesenangan spontan,
atau apa saja yang akan menjauhkan kita dari rencana yang telah disusun.
Selain itu, yang tak
kalah penting, lawan dan kalahkan rasa malas. Tidak ada amal yang terlaksana
jika kita malas. Malas adalah kendaraan setan. Malas tidak akan mendatangkan apapun,
selain kerugian dan kesengsaraan. Ada satu prinsip, ”Tiada Prestasi tanpa
Disiplin”. Siapa lagi yang dapat memaksa kita untuk sukses selain diri kita
sendiri.
6. Sempurnakan Setiap Kali
Beramal
Penyempurnaan adalah
tahap akhir yang akan menentukan berkualitas atau tidak amal ibadah yang kita
lakukan. Kita akan mendapatkan yang ‘terbaik’, jika melakukan yang terbaik
pula. Dengan merencanakan apa yang akan kita lakukan hari ini, kita akan
berjalan di hari-hari ini dengan baik. Sehingga waktu yang terlewati akan
bermanfaat sebagai amal ibadah kita hari ini.
Semua itu tentu saja
harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara
optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih
memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan
masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan
masyarakat, tetapi mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.
Dari perintah-perintah
Allah saw. dan sejarah perjalanan hidup Rasulullah terkandung hikmah yang dalam
bagaimana kita sebagai muslim harus menata waktu dengan sebaik-baiknya. Allah
swt. telah menunjukkan kepada kita dengan penataan waktu shalat, perjalanan
siang dan malam yang sudah tertata dengan baik dan terencana. Itu semua menjadi
petunjuk bagi kita bagaimana harus menata waktu ini dengan satu perencanaan dan
pelaksanaannya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan kemudian melakukan
muhasabah sesudah pelaksanaannya, yaitu evaluasi diri atas apa yang telah kita
lakukan.
2.3 Manajemen
waktu menurut Islam
Setelah kita mengenal karakteristik, syarat dan perencanaan dalam menyikapi
waktu, yang menjadi pertanyaan di benak kita adalah bagaimana manajemen waktu
yang baik menurut Islam. Manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan
berikut.
1. Pengetahuan kaidah yang
rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim hendaknya
memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan
waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang
lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi
adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa
mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki manajemen
hidup yang baik
Setiap muslim haruslah
pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang
tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum
melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan,
mengatur dan melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul
Fikrah
Seorang muslim haruslah
memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir
benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran
dan paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga
harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan
yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang.
5. Melihat secara utuh
setiap persoalan
Setiap orang yang dapat
mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena
bisa jadi, sebuah persoalan memiliki kaitan dengan persoalan yang lainnya.
6. Mengetahui
Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah
dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting
dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala
prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7. Tidak Isti’jal dalam
mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu
dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil
merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.
Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan
hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal
ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8. Berupaya seoptimal
mungkin
Jika kita menginginkan
terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan
diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.
9. Spesialisasi dan
pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah
memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga
perlu memfokuskan pada keahlian tertentu. Karena keahlian tersebut bisa menjadi
identitas bagi seseorang, dan keahlian yang baik akan memberi manfaat kapada
orang lain.
Demikianlah
landasan-landasan dalam manajemen waktu yang harus terpenuhi. Agar tercipta
manajemen yang baik, selanjutnya kita lah yang akan menentukan apakah tujuan
kita untuk menciptakan waktu yang efektif dan efesien berhasi atau tidak.
2.4 Pentingnya Manajemen Waktu dalam
Islam
Firman Allah SWT: “ Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur.” (QS. Al-Furqan/ 25:62)
Dalam ajaran Islam,
ciri-ciri seorang muslim adalah seseorang yang menghargai waktu. Seorang muslim
yang baik tidak perlu untuk disuruh mengatur waktunya, ia akan mengatur
waktunya tanpa suruhan orang lain.
Menurut Yusuf Qardhawi,
mengapa begitu pentingnya umat Islam untuk mempelajari manajemen waktu adalah
karena hal-hal sebagai berikut:
1. Ajaran Islam begitu
besar perhatiannya terhadap waktu, baik yang diamanatkan dalam Al-Qur’an maupun
As-Sunnah.
2. Dalam sejarah
orang-orang muslim generasi pertama, terungkap bahwa mereka sangat
memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu
menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar
kokoh dengan panji yang menjulang tinggi.
3. Kondisi real kaum
muslimin belakangan ini justru berbalikan dengan generasi pertama dahulu, yakni
cenderung lebih senang membuang-buang waktu, sehingga kita tidak mampu berbuat
banyak dalam menyejahterakan dunia sebagaimana mestinya, dan tidak pula berbuat
untuk akhirat sebagaimana harusnya, dan yang terjadi adalah sebaliknya, kita
meracuni kehidupan dunia dan akhirat sehingga tidak memperoleh kebaikan dari
keduanya.
M. Ahmad Abdul Jawwad,
dalam sebuah bukunya, memaparkan kaidah-kaidah aplikatif yang dapat
mengantarkan kita kepada kesuksesan mengelola waktu secara bertahap. Selangkah
demi selangkah hingga pada tingkat mahir dan efektif dalam mengelola waktu
dalam 14 (empat belas) langakah. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisalah sikap kita
terhadap manajemen waktu dan kenalilah sejauh mana kemampuan kita dalam
mengelola waktu.
2. Sadarilah nilai dan
urgensi waktu, serta sejauh mana kebutuhan kita pada manajemen waktu.
3. Susunlah skala
prioritas dan jangan lupa pada kewajiban waktu.
4. Kenalilah hal-hal yang
kita butuhkan dalam mengelola waktu secara efektif.
5. Kenalilah hal-hal yang
mengganggu manajemen waktu, lalu hindarilah.
6. Perhatikanlah
tokoh-tokoh yang berhasil mengelola waktu.
7. Atasilah hal-hal yang
dapat menyia-nyiakan waktu.
8. Luruskan persepsi kita
yang keliru mengenai efisiensi waktu.
9. Pelajarilah cara
mengadakan pertemuan singkat yang membawa hasil optimal
10. Pelajarilah cara
mendelegasikan secara efektif.
11. Pelajarilah cara
mengoptimalkan waktu santai/ tenggang.
12. Kajilah contoh-contoh
aplikatif tentang manajemen dan optimalkan waktu.
13. Didiklah anak-anak dan
orang-orang di sekitar kita untuk menghargai waktu.
14. Latihlah orang lain
tentang cara mengoptimalkan pemanfaatan waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Manajemen waktu merupakan suatu proses perencanaan atau
pengorganisasian waktu agar tercipta kegiatan-kegiatan yang efektif dan efesien
sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu sendiri mempunyai beberapa karakteristik khusus yang istimewa, yaitu:
1.
Cepat habis
2.
Waktu yang
telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti
3.
Modal
terbaik bagi manusia
Untuk
mendapatkan manajemen waktu yang baik seseorang harus memenuhi beberapa syarat.
Syarat-syarat tersebut antara lain:
1.
Disiplin dan
Pembiasaan sejak dini
2.
Memiliki
kecerdasan dan kejeniusan
3.
Memiliki
kondisi fisik dan mental yang positif
4.
Memiliki
ketrampilan
Selain
itu orang tersebut juga harus membuat sebuah perencanaan. Dalam membuat sebuah
perencanaan ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.
Niat yang
Kuat
2.
Memiliki
Tujuan yang Jelas
3.
Buat Rencana
Cadangan
4. Rencana atau Program Harus Realistis, Terukur, dan
Adil
5. Disiplin dalam Rencana.
6.
Sempurnakan
Setiap Kali Beramal
Setelah
syarat dan perencanaan yang matang terpenuhi, barulah manajemen waktu yang baik
akan terbentuk. Manajemen waktu tersebut harus memiliki landasan-landasan
berikut.
1.
Pengetahuan
kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
2.
Memiliki
manajemen hidup yang baik
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
4. Visioner
5. Melihat secara utuh setiap persoalan
6. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
8. Berupaya seoptimal mungkin
9. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Mengapa begitu pentingnya umat Islam, untuk
mempelajari manajemen waktu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
1. Ajaran Islam begitu
besar perhatiannya terhadap waktu, baik yang diamanatkan dalam Al-Qur’an maupun
As-Sunnah.
2. Dalam sejarah
orang-orang muslim generasi pertama, terungkap bahwa mereka sangat
memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu
menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar
kokoh dengan panji yang menjulang tinggi.
3. Kondisi real kaum
muslimin belakangan ini justru berbalikan dengan generasi pertama dahulu, yakni
cenderung lebih senang membuang-buang waktu, sehingga kita tidak mampu berbuat
banyak dalam menyejahterakan dunia sebagaimana mestinya, dan tidak pula berbuat
untuk akhirat sebagaimana harusnya, dan yang terjadi adalah sebaliknya, kita
meracuni kehidupan dunia dan akhirat sehingga tidak memperoleh kebaikan dari
keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah dan
Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Malang: Graha Ilmu
Ihsan dan H. Ainul Ghoerry Suchaimi. 2012. Jalan Menempuh Ridha
Allah. Surabaya:
Al-Hidayah
Maya. 2012. Mau
Lulus Cum Laude? Inilah Tips-tipsnya. Yogyakarta: Diva pers
http://gamais.itb.ac.id/manajemen-waktu-dalam-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar