Selasa, 28 Juli 2015

Manajemen waktu



BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Manusia. Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah di bumi ini. Apalagi seorang Muslim memiliki kewajiban untuk mengelola waktunya dengan baik, karena Ajaran Islam menganggap pemahaman terhadap hakikat menghargai waktu sebagai salah satu indikasi keimanan dan bukti ketaqwaan mereka. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak bisa menggunakan waktu mereka dengan sebaik-baiknya, bahkan cenderung menyia-nyiakannya. Kondisi semacam itu dikarenakan banyak manusia yang kurang begitu memahami apa itu waktu dan bagaimana memanfaatkannya dengan baik.
Allah juga telah menegaskan betapa pentingnya waktu dengan bersumpah pada permulaan berbagai surat dalam Al-Qur’an. Salah satunya dalam surat Al-Ashr (103):1-3, yang artinya sebagai berikut:
1.      Demi masa.
2.      Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.      kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
 Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya.Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim sudah seharusnya menghargai waktu yang telah diberikan Allah dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Jangan sampai kita menyesal di akhir hidup kita karena telah menyia-nyiakan waktu yang kita punya selama hidup didunia.
1.2     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian manajemen waktu?
2.      Apa syarat dan perencanaan dalam menyikapi waktu?
3.      Bagaimana manajemen waktu yang baik menurut Islam?
4.      Pentingnya manajemen waktu dalam Islam
1.3     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui lebih jauh mengenai manajemen waktu
2.      Untuk mengetahui syarat dan perencanaan dalam menyikapi waktu
3.      Untuk mengetahui manajemen waktu yang baik dalam Islam
4.      Untuk mengetahui pentingnya manajemen waktu dalam Islam
1.4     Manfaat Penulisan
1.      Memberikan penjelasan tentang pengertian manajemen waktu
2.      Memberikan penjelasan tentang syarat dan perencanaan menyikapi waktu
3.      Memberikan pengetahuan tentang manajemen waktu yang baik dalam Islam
4.      Memberikan pengetahuan tentang pentingnya manajemen waktu





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Waktu
            Banyak definisi yang diberikan oleh beberapa penulis terhadap istilah manajemen. Salah satunya dikemukakan oleh R. Terry yang menjelaskan bahwa “manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan”. Pendapat lain mengungkapkan istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan agar diselesaikan secara efesien dan efektif.
            M. Quraish Shihab menjelaskan bahwasannya didalam Al-Qur’an kata waqt (waktu) ditemukan tiga kali. Kata tersebut digunakan dalam konteks pembicaraan tentang masa akhir hidup didunia ini. Dari sini dan setelah menelusuri seluruh bentuk kata lain yang berakar pada kata waqt (waktu), para pakar akhirnya menyimpulkan bahwa waqt (waktu) adalah batas akhir dari masa yang seharusnya digunakan untuk berusaha sebaik mungkin.
Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen waktu yaitu suatu proses perencanaan atau pengorganisasian waktu agar tercipta kegiatan-kegiatan yang efektif dan efesien sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Sedangkan waktu sendiri mempunyai beberapa karakteristik khusus yang istimewa. Kita wajib mengerti secara sungguh-sungguh dan wajib mempergunakannya sesuai dengan pancaran cahayanya. Di antara karakteristik yang dimiliki waktu adalah sebagai berikut:
a.      Cepat habis
Waktu itu berjalan laksana awan dan lari bagaikan angin, baik waktu senang atau suka ria maupun saat susah atau duka cita. Apabila yang sedang dihayati itu hari-hari gembira, maka lewatnya masa itu terasa lebih cepat, sedangkan jika yang dihayati itu waktu prihatin, maka lewatnya masa-masa itu terasa lambat. Namun, pada hakikatnya tidaklah demikian, karena perasaan tersebut hanyalah perasaan orang yang sedang menghayati masa itu sendiri. Kendati umur manusia dalam kehidupan dunia ini cukup panjang, namun pada hakikatnya umur manusia hanya sebentar, selama kesudahan yang hidup itu tibalah saat kematian. Dan tatkala mati telah merenggut, maka tahun-tahun dan masa yang dihayati manusia telah selesai, hingga laksana kejapan mata yang lewat bagaikan kilat yang menyambar.
b.      Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti
Inilah ciri khas waktu dari berbagai karakteristik khusus waktu. Setiap hari yang berlalu, setiap jam yang habis dan setiap kejapan mata yang telah lewat, tidak mungkin dapat dikembalikan lagi dan tidak mungkin dapat diganti.
c.       Modal terbaik bagi manusia
Oleh karena waktu sangat cepat habis, sedangkan yang telah lewat tak akan kembali dan tidak dapat diganti dengan sesuatu pun, maka waktu merupakan modal terbaik. Modal yang paling indah dan paling berharga bagi manusia. Keindahan waktu itu dapat diketahui melalui fakta bahwa waktu merupakan wadah bagi setiap amal perbuatan dan segala produktivitas. Karena itulah, maka secara realistis waktu itu merupakan modal yang sesungguhnya bagi manusia, baik secara individu (perorangan) maupun kolektif atau kelompok masyarakat.
Dari ketiga karakteristik waktu diatas sudah dapat dilihat betapa pentingnya waktu bagi manusia. Kita sebagai umat muslim wajib mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan ibadah, hingga tidak serentang waktu pun terlewati, baik siang atau malam kecuali terdapat kegiatan yang baik. Dengan begitu, akan tampak berkah waktu dan hasilnya akan berguna bagi usia. Di samping itu, senantiasa harus menghadap Allah SWT dan seyogianya terhadap yang kamu dapatkan dari kebiasaan (rutinitas), misalnya makan, minum, dan bermata pencaharian, sebaiknya kamu sediakan waktu-waktu tertentu karena mengabaikan suatu hal tidak akan menjadikannya tegak. Begitu pula dengan melalaikan suatu perkara, tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
2.2 Syarat dan Perencanaan Menyikapi Waktu
            Kiat yang benar untuk menyikapi waktu menurut Islam, ialah pandangan yang mencakup masa lalu, masa sekarang dan masa depan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia wajib melihat, mengisi, dan mempersiapkan ketiga masa tersebut.
a.      Wajib melihat masa lalu
Melihat ke masa lalu, dimaksudkan untuk mengambil pelajaran dengan segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut. Menerima nasihat dengan kejadian yang dialami umat saat itu dan sunnatullah terhadapa mereka, sebab masa lalu merupakan wadah peristiwa dan khazanah pelajaran.
b.      Melihat masa depan
Melihat ke masa depan memang hal wajib, sebab manusia itu sesuai dengan fitrahnya senantiasa terikat ke masa depan. Ia tak akan dapat melupakannya atau menyembunyikannya di balik kedua telinganya. Sebagaimana manusia itu diberi rezeki ingatan yang menghubungkannya dengan masa lalu dan apa yang terjadi di dalamnya, maka ia pun diberi rezeki upaya menggambarkan masa depan dan apa yang akan diharapkan.
c.       Memperhatikan masa kini.
Seorang mukmin berkewajiban melihat ke masa lalu untuk mengambil pelajaran, mengambil manfaat, dan mawas diri. Di samping itu, juga perlu melihat masa depan untuk mempersiapkan perbekalan. Maka, ada kewajiban untuk memperhatikan masa kini, yaitu masa di mana secara nyata kita sedang menjalani dan menghayatinya, agar kita dapat menggunakannya sebelum lepas dan tersia-sia.
            Manajemen waktu yang baik hanya bisa terlaksana apabila memenuhi beberapa syarat yang sangat berpengaruh untuk menentukan kualitas manajemen waktu. Syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
1.         Disiplin dan Pembiasaan sejak dini
Penanaman disiplin akan waktu, menghargai waktu sejak kecil merupakan hal penting. Dengan demikian, seseorang akan terbiasa untuk mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal untuk merencanakan berbagai macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur, makan, termasuk senda gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, ”Berilah istirahat hati karena kalau dipaksakan akan membabi buta.”
2.        Memiliki kecerdasan dan kejeniusan
Munculnya indikasi kecerdasan pada seseorang merupakan faktor penting untuk bisa mewujudkan hal di atas. Karena dengan pengetahuan yang luas akan mempermudah seseorang untuk menentukan suatu hal.
3.        Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif
Untuk melaksanakan manajemen waktu yang optimal, memang perlu ditunjang dengan adanya keinginan yang kuat, tindakan yang terus menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme, berpengetahuan luas, mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan emosi, seperti sedih, berduka dan susah, di samping memiliki budi pekerti dan akhhlak yang tinggi.
4.        Memiliki ketrampilan
Pengetahuan yang luas, tanpa diiringi dengan ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni bidang pekerjaannya. Oleh karena itu, pengetahuan dan ketrampilan harus berjalan beriringan.
Dalam manajemen waktu, tentunya perencanaan merupakan salah satu hal yang penting, karena suatu kegiatan atau tujuan tanpa perencanaan yang baik hasilnya tidak akan maksimal. Dalam membuat perencanaan, ada enam hal yang harus kita perhatikan, yaitu:
1.      Niat yang Kuat
Niat sama artinya dengan motivasi yang kuat. Tanpa adanya niat, kita tidak akan pernah berhasil dalam beramal. Tahun, bulan, atau hari tidak akan pernah menjadi tahun, bulan, atau hari yang berprestasi, jika kita tidak berniat untuk mengisinya dengan amal terbaik dan niat seorang muslim adalah melakukan amal ibadah setiap waktu karena Allah swt. Jika itu yang kita lakukan, semuanya akan memiliki nilai ibadah.
2.      Memiliki Tujuan yang Jelas
Tanpa adanya tujuan yang jelas, kita tidak akan fokus melangkah. Makin tidak jelas tujuan dan waktu pencapaiannya maka peluang gagalnya rencana kita akan makin besar. Dan tujuan kita melakukan amal ibadah dalam mengisi waktu-waktu kita adalah berharap ridha Allah swt.
 Pelajari pula teknik membuat rencana dan segera membuat rencana yang matang dan teruji. Buat program dalam bentuk rencana harian, mingguan, dan bulanan.
Di sini penting pula memahami skala prioritas, mana yang harus didahulukan, dan mana pula yang bisa ditunda, mana yang harus di kerjakan, mana pula yang tidak. Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam Fikih Prioritas, mengungkapkan urutan amal yang terpenting diantara yang penting. Patokannya :
            -Sangat Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Pertama.
-Tidak Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Kedua.
-Sangat Penting dan Tidak Mendesak dikerjakan pada urutan Ketiga.
-Tidak Penting dan Tidak mendesak dikerjakan pada urutan Keempat.
3.      Buat Rencana Cadangan
Kita pun harus selalu siap dengan segala kemungkinan tak terduga. Kita merencanakan, tapi Allah yang menentukan. Karena itu, buat rencana B dan C sebagai rencana cadangan jika rencana utama mengalami kegagalan. Insya Allah kita tidak akan kehilangan waktu untuk panik.
4.      Rencana atau Program Harus Realistis, Terukur, dan Adil
Hindari membuat rencana yang terlalu tinggi, tidak realistis, dan terlalu sulit dicapai. Program kita pun harus adil dan seimbang. Sebab kita harus menunaikan banyak hak, di mana setiap hak menuntut pemenuhan. Ada hak Allah, hak keluarga, dan hak akal, hak tetangga, hak badan, hak diri.
5.      Disiplin dalam Rencana.
Sehebat apapun program dan rencana, tidak akan berarti sama sekali jika kita tidak disiplin melaksanakannya. Karena itu, jangan tergiur oleh kegiatan, kesenangan spontan, atau apa saja yang akan menjauhkan kita dari rencana yang telah disusun.
Selain itu, yang tak kalah penting, lawan dan kalahkan rasa malas. Tidak ada amal yang terlaksana jika kita malas. Malas adalah kendaraan setan. Malas tidak akan mendatangkan apapun, selain kerugian dan kesengsaraan. Ada satu prinsip, ”Tiada Prestasi tanpa Disiplin”. Siapa lagi yang dapat memaksa kita untuk sukses selain diri kita sendiri.
6.      Sempurnakan Setiap Kali Beramal
Penyempurnaan adalah tahap akhir yang akan menentukan berkualitas atau tidak amal ibadah yang kita lakukan. Kita akan mendapatkan yang ‘terbaik’, jika melakukan yang terbaik pula. Dengan merencanakan apa yang akan kita lakukan hari ini, kita akan berjalan di hari-hari ini dengan baik. Sehingga waktu yang terlewati akan bermanfaat sebagai amal ibadah kita hari ini.
Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.
Dari perintah-perintah Allah saw. dan sejarah perjalanan hidup Rasulullah terkandung hikmah yang dalam bagaimana kita sebagai muslim harus menata waktu dengan sebaik-baiknya. Allah swt. telah menunjukkan kepada kita dengan penataan waktu shalat, perjalanan siang dan malam yang sudah tertata dengan baik dan terencana. Itu semua menjadi petunjuk bagi kita bagaimana harus menata waktu ini dengan satu perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan kemudian melakukan muhasabah sesudah pelaksanaannya, yaitu evaluasi diri atas apa yang telah kita lakukan.

2.3 Manajemen waktu menurut Islam
            Setelah kita mengenal karakteristik, syarat dan perencanaan dalam menyikapi waktu, yang menjadi pertanyaan di benak kita adalah bagaimana manajemen waktu yang baik menurut Islam. Manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.
1.      Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap muslim hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang.
5. Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi, sebuah persoalan memiliki kaitan dengan persoalan yang lainnya.


6. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting dalam mewujudkan hidup yang lebih baik. Sementara, orang yang musta’jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8. Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.
9. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu. Karena keahlian tersebut bisa menjadi identitas bagi seseorang, dan keahlian yang baik akan memberi manfaat kapada orang lain.
Demikianlah landasan-landasan dalam manajemen waktu yang harus terpenuhi. Agar tercipta manajemen yang baik, selanjutnya kita lah yang akan menentukan apakah tujuan kita untuk menciptakan waktu yang efektif dan efesien berhasi atau tidak.
2.4  Pentingnya Manajemen Waktu dalam Islam
            Firman Allah SWT: “ Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS. Al-Furqan/ 25:62)
            Dalam ajaran Islam, ciri-ciri seorang muslim adalah seseorang yang menghargai waktu. Seorang muslim yang baik tidak perlu untuk disuruh mengatur waktunya, ia akan mengatur waktunya tanpa suruhan orang lain.
            Menurut Yusuf Qardhawi, mengapa begitu pentingnya umat Islam untuk mempelajari manajemen waktu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
1.      Ajaran Islam begitu besar perhatiannya terhadap waktu, baik yang diamanatkan dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
2.      Dalam sejarah orang-orang muslim generasi pertama, terungkap bahwa mereka sangat memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar kokoh dengan panji yang menjulang tinggi.
3.      Kondisi real kaum muslimin belakangan ini justru berbalikan dengan generasi pertama dahulu, yakni cenderung lebih senang membuang-buang waktu, sehingga kita tidak mampu berbuat banyak dalam menyejahterakan dunia sebagaimana mestinya, dan tidak pula berbuat untuk akhirat sebagaimana harusnya, dan yang terjadi adalah sebaliknya, kita meracuni kehidupan dunia dan akhirat sehingga tidak memperoleh kebaikan dari keduanya.
M. Ahmad Abdul Jawwad, dalam sebuah bukunya, memaparkan kaidah-kaidah aplikatif yang dapat mengantarkan kita kepada kesuksesan mengelola waktu secara bertahap. Selangkah demi selangkah hingga pada tingkat mahir dan efektif dalam mengelola waktu dalam 14 (empat belas) langakah. Langkah-langkah tersebut adalah:
1.      Analisalah sikap kita terhadap manajemen waktu dan kenalilah sejauh mana kemampuan kita dalam mengelola waktu.
2.      Sadarilah nilai dan urgensi waktu, serta sejauh mana kebutuhan kita pada manajemen waktu.
3.      Susunlah skala prioritas dan jangan lupa pada kewajiban waktu.
4.      Kenalilah hal-hal yang kita butuhkan dalam mengelola waktu secara efektif.
5.      Kenalilah hal-hal yang mengganggu manajemen waktu, lalu hindarilah.
6.      Perhatikanlah tokoh-tokoh yang berhasil mengelola waktu.
7.      Atasilah hal-hal yang dapat menyia-nyiakan waktu.
8.      Luruskan persepsi kita yang keliru mengenai efisiensi waktu.
9.      Pelajarilah cara mengadakan pertemuan singkat yang membawa hasil optimal
10.  Pelajarilah cara mendelegasikan secara efektif.
11.  Pelajarilah cara mengoptimalkan waktu santai/ tenggang.
12.  Kajilah contoh-contoh aplikatif tentang manajemen dan optimalkan waktu.
13.  Didiklah anak-anak dan orang-orang di sekitar kita untuk menghargai waktu.
14.  Latihlah orang lain tentang cara mengoptimalkan pemanfaatan waktu.
















BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
            Manajemen waktu merupakan suatu proses perencanaan atau pengorganisasian waktu agar tercipta kegiatan-kegiatan yang efektif dan efesien sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu sendiri mempunyai beberapa karakteristik khusus yang istimewa, yaitu:
1.      Cepat habis
2.      Waktu yang telah habis tak akan kembali dan tak mungkin dapat diganti
3.      Modal terbaik bagi manusia
Untuk mendapatkan manajemen waktu yang baik seseorang harus memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1.      Disiplin dan Pembiasaan sejak dini
2.      Memiliki kecerdasan dan kejeniusan
3.      Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif
4.      Memiliki ketrampilan
Selain itu orang tersebut juga harus membuat sebuah perencanaan. Dalam membuat sebuah perencanaan ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.      Niat yang Kuat
2.      Memiliki Tujuan yang Jelas
3.      Buat Rencana Cadangan
4.      Rencana atau Program Harus Realistis, Terukur, dan Adil
5.      Disiplin dalam Rencana.
6.      Sempurnakan Setiap Kali Beramal
Setelah syarat dan perencanaan yang matang terpenuhi, barulah manajemen waktu yang baik akan terbentuk. Manajemen waktu tersebut harus memiliki landasan-landasan berikut.
1.      Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
2.      Memiliki manajemen hidup yang baik
3.      Memiliki Wudhuhul Fikrah
4.      Visioner
5.      Melihat secara utuh setiap persoalan
6.      Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
7.      Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
8.      Berupaya seoptimal mungkin
9.      Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Mengapa begitu pentingnya umat Islam, untuk mempelajari manajemen waktu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
1.      Ajaran Islam begitu besar perhatiannya terhadap waktu, baik yang diamanatkan dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
2.      Dalam sejarah orang-orang muslim generasi pertama, terungkap bahwa mereka sangat memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar kokoh dengan panji yang menjulang tinggi.
3.      Kondisi real kaum muslimin belakangan ini justru berbalikan dengan generasi pertama dahulu, yakni cenderung lebih senang membuang-buang waktu, sehingga kita tidak mampu berbuat banyak dalam menyejahterakan dunia sebagaimana mestinya, dan tidak pula berbuat untuk akhirat sebagaimana harusnya, dan yang terjadi adalah sebaliknya, kita meracuni kehidupan dunia dan akhirat sehingga tidak memperoleh kebaikan dari keduanya.






DAFTAR PUSTAKA
Amirullah dan Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Malang: Graha Ilmu
Ihsan dan H. Ainul Ghoerry Suchaimi. 2012. Jalan Menempuh Ridha Allah. Surabaya:
Al-Hidayah
Maya. 2012. Mau Lulus Cum Laude? Inilah Tips-tipsnya. Yogyakarta: Diva pers
http://gamais.itb.ac.id/manajemen-waktu-dalam-islam/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar