Rabu, 29 Juli 2015

Strategi pembelajaran keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu proses belajar mengajar, unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan strategi pembelajaran berbahasa. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis strategi pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih strategipembelajaran, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan siswa dan karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama strategi pembelajaran adalah sebagai bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Strategi  dan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan metode pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
 1.2  Rumusan masalah
A.    Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran keterampilan menyimak ?
B.     Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran keterampilan berbicara ?
C.     Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran keterampilan membaca ?
D.    Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran keterampilan menulis ?

1.      Tujuan Penulisan
A.    Mengetahui Apa yang dimaksud dengan dengan keterampilan menyimak.
B.     Mengetahui Apa yang dimaksud dengan dengan keterampilan berbicara.
C.     Mengetahui Apa yang dimaksud dengan dengan keterampilan membaca.
D.    Mengetahui Apa yang dimaksud dengan dengan keterampilan menulis.

BAB II
PEMBAHASAN
 2.1 Strategi Pembelajaran Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas siswa atau mahasiswa dibanding dengan keterampilan lainnya, termasuk keterampilan berbicara. Namun, keterampilan ini baru diakui sebagai komponen utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang ditandai oleh munculnya teori Total Physical Response (TPS) dari James Asher, The Natural Approach,dan Silent Periodnya. Ketiga teori ini menyatakan bahwa menyimak bukanlah suatu kegiatan satu arah. Langkah pertama dari kegiatan keterampilan menyimak ialah proses psikomotorik untuk menerima gelombang suara melalui telinga dan mengirimkan implus-implus tersebut ke otak. Namun, proses tadi hanyalah suatu permulaan dari suatu proses interaktif ketika otak bereaksi terhadap implus-implus tadi untuk mengirimkan sejumlah mekanisme kognitif dan afektif yang berbeda.
Menurut Brown (1995) terdapat delapan proses dalam kegiatan menyimak, yakni:
1)      Pendengar memproses raw speech dan menyimpan image dari short term memory. Image ini berisi frase, klausa, tanda-tanda baca, intonasi, dan pola-pola tekanan kata dari suatu rangkaian pembicara yang ia dengar.
2)      Pendengar menentukan tipe dalam setiap peristiwa pembicaraan yang sedang diproses. Pendengar, sebagai contoh harus menentukan kembali apakah pembicaraan tadi berbentuk suatu dialog, pidato, siaran radio, dan lain-lain dan kemudian ia menginterpretasikan pesan ia terima.
3)      Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan, konteks, da nisi.
4)      Pendengar me-recall  latar belakang informasi (melaliui skema yang ia miliki) sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada. Pengalaman dan pengetahuan akan digunakan dalam membentuk hubungan-hubungan kognitif untuk memberikan interpretasi yang tepat terhadap pesan yang disampaikan. Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Proses ini melibatkan kegiatan interpretasi semantic;
5)      Pendengar menentukan arti yang dimaksud.
6)      Pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang ia terima harus disimpan di dalam memorinya atau ditunda.
7)      Pendengar menghapus bentuk pesan-pesan yang ia telah terima. Pada dasarnya, 99% kata-kata dan frase, serta kalimat yang diterima akan menghilang dan terlupakan.
Berkenaan  dengan uraian di atas, tujuan bahasa menurut Nunan (berpengaruh pada proses pembelajaran.
Berdasarkan tujuan bahsa, Nunan mengatakan bahwa menyimak dapat dibagi atas dua kategori, yakni monolog dan dialog. Pada monolog, kita melihat ada sesuatu sifat yang direncanakan (planned) dan yang tidak direncanakan (unplanned). Sedangkan pada dialog muncul sifat interpersonal dan transaksional yang terdiri atas subkategori familiar dan nonfamiliar.
Keterampilan menyimak pada tahapan lebih tinggi mampu menginformasikan kembali pemahamannya melalui keterampilan berbicara maupun menulis. Pengetahuan menyimak dalam pengajaran bahasa asing terbagi atas situasi langsung sebuah percakapan, pidato, lagu, dan sebagainya, dan situasi tidak langsung seperti mendengarkan sebuah percakapan melalui kaset.
Evaluasi kemampuan menyimak masih terfokus pada dua jenis, yaitu tes melalui rekaman dan tes dalam bentuk tanya jawab atau wawancara. Tes melalui rekaman terutama dilakukan dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa Indonesia, tes kemampuan menyimak dilakukan melalui wawancara, tanya jawab, menjawab isi dialog, menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan drama yang baru ditonton, dan bentuk tes lainnya.
Strategi pembelajaran keterampilan menyimak berkembang terutama dalam pengajaran bahasa asing. Munculnya teknologi perekaman seperti kaset, CD, video, dan lain-lain, meningkatkan kemajuan pemberian materi ajar menyimak. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, tampaknya strategi belajar menyimak masih berkutat dengan pola lama, yaitu peserta didik mendengar dan berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh pengajar. Ada kecenderungan bahwa keterampilan menyimak dalam bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian dalam keseluruhan proses belajar bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan. Fenomena seperti ini terjadi di hampir semua negara. Pelajaran menyimak bahasa Prancis kurang mendapat tempat dikalangan peserta didik berkewarganegaraan Prancis, kasus serupa ditemukan di Inggris, Rusia, dan lain-lain.
Unsur yang sangat penting dan fundamental dalam semua interaksi adalah keterampilan untuk memahami apa yang dikatakan/diucapkan oleh orang lain/pembicara. Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, sering kita jumpai pendengar-pendengar yang kurang terampil, baik dalam bahasa ibu maupun bahasa kedua; mungkin karena perhatian kurang terpusat, egosentrisme, ataupun karena sifat kenangan lewat pendengaran yang singkat, padahal kebanyakan orang dewasa diperkirakan telah menggunakan waktu dalam aktivitas komunikasi: 45% digunakan untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% untuk menulis.
Dalam situasi hidup sehari-hari banyak orang menjadi terampil, baik dalam bahasa pertama maupun bahasa kedua, dalam memahami register-register bahasa variasi dialek, dan kemajemukan struktur, tetapi mereka tidak dapat menghasilkannya sendiri dalam wicara. Dalam hubungan inilah para peserta didik harus diberi dorongan dan kesempatan untuk menerima pengalaman belajar dalam kehidupan berbahasa yang nyata, dan menerima latihan-latihan yang sesuai bagi masing-masing individu dengan materi yang efektif dan praktis serta menyenangkan.
Sebenarnya mendengarkan memahami itu bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif dalam mengkonstruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantic dan sintaksis suatu bahasa.
Dalam proses tersebut dapat dibedakan dua aspek tujuan menyimak, yaitu:
a)Persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan.
b)      Resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara.
Dalam KBM menyimak, pola KBM umum yang dikemukakan oleh Kemp (1977) dapat diberlakukan pada aktivitas menyimak. Berikut ini beberapa tahapannya.
a)      Identifikasi. Peserta didik mempersepsi bunyi-bunyi dan frase-frase dengan menidentifikasi unsur-unsur ini secara langsung dan holistik terhadap artinya.
b)      Identifikasi dan seleksi tanpa retensi. Peserta didik mendengarkan untuk kesenangan memahami, menyarikan sekuen, tanpa dituntutuntuk mendemonstrasikan pemahaman melalui penggunaan bahasa secara aktif.
c)      Identifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek/terbatas. Peserta didik diberi beberapa indikator terlebih dahulu tentang hal-hal yang didengar atau disimak; mereka mendemonstrasikan pemahamannya secara langsungdalam beberapa cara yang aktif.
d)     Identifikasi dan seleksi dengan retensi yang memerlukan waktu yang panjang.
Peserta didik mendemonstrasikan pemahamannya, atau menggunakan bahan pelajaran yang telah dipahaminya setelah mengalami kegiatan mendengarkan secara tuntas; atau, mereka dilibatkan dalam aktivitas yang meminta pengingatan kembali (recall) tentang materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya.
Keempat model aktivitas menyimak tersebut dapat diterapkan pada tingkat belajar permulaan, menengah, dan mahir atau lanjutan dengan metode dan teknik yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
KBM menyimak untuk ketiga tingkat belajar (permulaan, menengah, mahir) dapat dipergunakan metode dan teknik:
a)      Menyimak murni.
b)      Wicara.
c)      Visual.
d)     Gerakan.
e)      Menulis.
Ketiga tingkat belajar bahasa tersebut perlu diberikan kepada para peserta didik atau mahasiswa kependidikan, baik untuk kepentingan keterampilan bahasa mereka sendiri (advanced tingkat) maupun untuk keperluan mereka sebagai bekal mengajarkan keterampilan menyimak itu kepada peserta didik sekolah dasar dan menengah sesuai dengan kurikulum sekolah.
Masing-masing tingkat belajar dapat mengambil keempat jenis aktivitas mendengarkan-memahami. Semuanya dapat dikembalikan pada dua aspek tujuan proses menyimak, yaitu: persepsi dan resepsi.
Pada prinsipnya, strategi pembelajaran menyimak dapat memilih salah satu atau campuran dari ketiga pola KBM umum, sehingga bentukannya kurang lebih sebagai berikut.
a)      Penerimaan informasi tertentu kepada peserta didik mengenai apa dan bagaimana menyimak menurut jenis dan tahap aktivitas, kemudian diikuti demontstrasi. Peserta didik mendengarkan informasi, dan melihat demonstrasi peserta mencatat.
b)      Interaksi. Pengajar memberi contoh dan peserta didik menirukan, diikuti pemantapan oleh pengajar dan peserta didik dengan cara menirukan lagi atau mengulang secara lebih kreatif. Tanya jawab antara pengajar dengan peserta didik atau berdiskusi antara sesama peserta didik tentang pelaksanaan suatu jenistahap penyimakan.
c)      Secara independen tiap individu peserta didik bekerja sendiri dengan melakukan kegiatan tertentu:
ü  Menyimak rekaman model;
ü  Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan melakukan retensi tertentu sesuai dengan tingkat keterampilan yang dipilih dari model yang di programkan atau dari suatu bentuk percakapan yang nyata.
Sering terjadi, seseorang pengajar misalnya pengajar bahasa dan sastra Indonesia, kurang melakukan pengamatan dengan sengaja, atau bahkan tak pernah secara berencana, melakukan pengamatan dalam kelas pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dan mencoba untuk menerka dengan pasti siapa di antara para peserta didik yang sungguh-sungguh mendengarkan dan menyimak. Namun, kita berasumsi bahwa ada pengajar yang sedang mengobservasi peserta didik SMA dalam kelas pengajaran bahasa, atau seorang dosen sedang memberikan kuliah singkat untuk mempersiapkan para peserta didiknya guna mendiskusikan sebuah cerita pendek.
Semua peserta didik yang telah dideskripsikan pengajar atau oleh teman-teman mereka; sekurang-kurangnya barang kali mereka dapat mengatakan bahwa seseorang sedang berbicara tentang suatu. Beberapa ahli mendefinisikan mendengar dan menyimak sebagai suatu proses bahasa yang dimaknai ke dalam pkiran. Jika demikian, mendengarkan atau menyimak bahasa adalah suatu jenis mendengarkan dan menyimak yang pada umumnya bisa dikerjakan oleh peserta didik di dalam suatu kelas belajar, yang meminta upaya kesadaran mental. Kegiatan ini menghasilkan pemahaman dan memperluasnya ke dalam beberapa jenis kegiatan yang berhubungan dengan pemahaman tersebut.
Berikut ini dua belas tahapan kegiatan menyimak:
1)      Mendengar
2)      Mengenangkan
3)      Memperhatikan
4)      Membentuk imajinasi
5)      Mencari simpanan masa lalu dalam gagasan
6)      Membandingkan
7)      Menguji isyarat-isyarat
8)      Mengodekan kembali
9)      Mendapatkan makna
10)  Memasukkan ke dalam pikiran di saat-saat mendengarkan atau menyimak
11)  Menginterpretasikan sesuatu yang disimak
12)  Menirukan dalam pikiran
Langkah atau tahapanan nomor 1 dan nomor 2 di identifikasikannya sebagai aktivitas psikologis; langkah nomor 3 sampai dengan nomor 8 sebagai aktivitas memperhatikan dan berkonsentrasi; langkah nomor 9 dan 10 sebagai aktivitas intelektual yang sangat tinggi.
Pada umumnya kurikulum pengajaran bahasa di sekolah dan rancangan pengajaran individual pengajar bahasa Indonesia memberikan sedikit saja pengajaran keterampilan menyimak. Menurut para ahli pengajaran menyimak, alasan-alasan yang menyebabkan kurangnya perhatian tersebut terletak pada tiga hal tersebut:
a.       Menyimak dipandang sebagai suatu proses kematangan jiwa (a naturation process) yang secara sangat alamiah akan menjadi lebih baik sewaktu anak berkembang menjadi lebih dewasa.
b.      Ada beberapa penuntun, petunjuk, manual, atau program-program tersrtuktur lainnya untuk kegiatan menyimak secara langsung.
c.       Perbaikan pengajaran menyimak dipandang sebagai kewajiban setiap orang dan pada akhirnya tak seorangpun pernah mencobanya.
Berikut ini ada dua daftar yang mungkin sangat berguna bagi para pengajar bahasa Indonesia yang berkesempatan untuk berusaha mengembangkan dan menyempurnakan tujuan-tujuan program pengajaran menyimak.
a)      Menyimak umum
·         Mengingat rincian-rincian penting secara tepat mengenai ilmu pengetahuan khusus
·         Mengingat urutan-urutan sederhana atau kata-kata dan gagasan
·         Mengikuti pengarahan-pengarahan lisan
·         Memparafrase suatu pesan lisan sebagai suatu pemahaman melalui penerjemahan
·         Mengikuti suatu urutan dalam (1) pengembangan plot, (2) pengembangan watak/pelaku cerita, dan (3) argumentasi pembicara
·         Memahami makna denotatif kata-kata
·         Memahami makna konotatif kata-kata
·         Memahami makna kata-kata melalui konteks percakapan (pemahaman melalui penerjemahan dan penafsiran)
·         Mendengarkan untuk mencatat rincian-rincian penting
·         Mendengarkan untuk mencatatgagasan utama
·         Menjawab dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan
·         Mengidentifikasi gagasan utama dan meringkas dalam pengertian mengkombinasikan dan mensintesiskan tentang siapa, apa, kapan, dimana, dan mengapa
·         Memahami hubungan antara gagasan dan organisasi yang cukup baik untuk menentukan apa yang bisa terjadi berikutnya
·         Menghubungkan materi yang di ucapkan secara lisan dengan pengalaman sebelumnya
·         Mendengarkan untuk  alasan kesenangan dan respons emosional
b)      Menyimak secara kritis
·         Membedakan fakta dari khayalan menurut kriteria tertentu
·         Menentukan validitas dan ketetapan gagasan utama, argument-argumen, dan hipotesis
·         Membedakan pertanyaan-pertanyaan yang didukung dengan bukti-bukti yang tepat dari  opini dan penilaian, dan mengevaluasinya
·         Membedakan pernyataan yang di dukung dengan bukti-bukti yang tepat dari bukti-bukti tang tak relevan dan sekaligus mengevaluasinya
·         Memerikasa, membandingkan, dan mengkrontraskan gagasan dan menyimpulkan pembicaraan, misalnya mengenai ketetapan dan kesesuaian suatu deskripsi
·         Mengevaluasi kesalahan-kesalaha, seperti misalnya.
ü  Generalisasi yang tergesa-gesa
ü  Analogi yang salah, dan
ü  Gagal dalam menyajikan contoh
·         Mengenal dan menentukan pengaruh-pengaruh berbagai alat yang mungkin dipakai oleh pembicara untuk mempengaruhi pendengar, misalnya:
ü  Music
ü  Kata-kata yang tak penting
ü  Intonasi suara
ü  Permainan isu emosional dan kontrovensial
ü  Propaganda
·         Melacak dan mengevaluasi bias dan prasangka buruk dari pembicara atau dari suatu sudut pandnag tertentu
·         Mengevaluasi kualifikasi pembicaraan.
·         Merencanakan evaluasi dan mencoba menerapkan suatu situasi yang baru.
Dari daftar tujuan tersebut, betapapun rincinya tujuan belumlah dapat menghasilkan suatu program. Dalam kenyataannya, setiap program memerlukan strategi untuk membantu peserta didik mencapai tujuan program. Dengan kata lain, suatu strategi yang panjang rentangannya merupakan pertimbangan yang utama. Jadi, menyimak harus diajarkan secara sistematis sepanjang proses belajar berlangsung.
2.2 Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Menurut alitan komunikatif dan pragmatic, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan secara kuat. Interaksi lisan ditandai oleh rutinitas informasi. Ciri lain adalah diperlukan seorang pembicara mengasosilasikan makna, mengatur interaksi; siapa harus mentakan apa, kepada siapa, kapam, dan tentang apa. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal sari pembicaraan dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, batapapun kecilnya, memiliki struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksikan arus system bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu berbicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab  dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah hati, ketegangan , berat lidah, dan lain-lain.
Rancangan program pengajaran untuk mengembangkan keterampilan berbicara dapat memberikan pemenuhan kebutuhan yang berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
a.       Aktivitas mengembangkan keterampilan bicara secara umum
b.      Aktivitas mengembangkan bicara secara khusus untuk membentuk model diksi dan ucapan, dan mengurangi penggunaan bahasa nonstandar
c.       Aktivitas menagatasi masalah yang meminta perhatian khusus:
·         Peserta didik yang penggunaan bahasa ibunya sangat dominan
·         Peserta didik yang mengalami problema kejiwaan, pemalu dan tertutup
·         Peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan alat-alat berbicaranya
Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang di cita-citakan. Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:
a.       Kemudahan Berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancer, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.

b.      Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang di ucapkan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan berdiskusi yang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut dapat dicapai.
c.       Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggungjawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, sia[a yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi pembicara serta momentumnya. Latihan demikian akan menghindarkan peserta didik dari berbicara yang tidak bertanggungjawab atau bersilat lidah yang mengelabui kebenaran.
d.      Membentuk Pendengaran yang Kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama program ini. Di sini peserta didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara yang secara emplisit mengajukan pertanyaan
·         Siapakah yang berkata:
·         Mengapa ia berkata demikian?
·         Apa tujuannya;
·         Apa kewenangnya ia berkata begitu?
e. membentuk kebiasaan
 kebiasaan berbicara tidak dapat di capai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang di pelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.
Tujuan keterampilan berbicara seperti yang di kemukakan di atas akan dapat di capai jika program pengajaran di landasi prinsip-prinsip yang relevan, dan pola KBM yang membuat para peserta didik secara aktif mengalami kegiatan berbicara. Prinsip-prinsip tersebut adalah perintegrasian program latihan keterampilan berbicara sebagian bagian dari penggunaan bahasa secara menyeluruh dengan penekanan pada unit-unit khusus yang melibatkan aktivitas pengajar dan peserta didik. Keterlibatan pengajar dapat mencakup antara lain:
a.        Diagnosis pengajar mengenai kebutuhan, minat, dan selera peserta didik secara umum;
b.      Diagnosis pengajar mengenai perbedaan kondisi keterampilan individu peserta didik;
c.       Keterampilan pengajar bekerja secara efektif daa efesien sesuai dengan keadaan peserta didik, sumber, dan fasilitas.
Khusus dalam hal diagnosis, pada umumnya kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengajar dan peserta didik adalah:
a.       Distori fonem sebagai masalah artikulasi.
b.      Masalah gagap yang lebih bersifat individual.
c.       Pengacuan artikulasi kata-kata karena terlalu cepat keluarnya.
d.      Kesulitan pendengaran yang bisa di sebabkan oleh suara terlalu keras ataupun terlalu lembut.
e.       Masalah lain yang menyimpang dari garis formal kegiatan, misalnya seorang peserta didik berbicara sendiri secara informal kepada pengajar atau peserta didik lainnya dengan suara lirih ataupun dengan suara terlalu keras.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi peserta didik yang bersangkutan dengan terapi psikis yang di rekomendasikan untuk mendasari sikap dalam melakukan latihan teknik penyembuhan tiap aspek kesulitan.
            Sebagaimana diketahui, pemilihan strategi atau gabungan metode dan teknik pembelajaran terutama didasrkan pada tujuan dan materi yang telah di tetapkan pada satuan-satuan kegiatan belajar. Dalam hal tersebut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik dapat dilatihkan dalam kegiatan, antara lain:
·         Bermain peran
·         Berbagai bentuk diskusi;
·         Wawancara;
·         Bercerita (pengalaman diri: pengalaman hidup, pengalaman membaca,);
·         Pidato
·         Laporan lisan
·         Membaca nyaring;
·         Merekam bicara;
·         Bermain drama.
Dalam strategi pengajaran, pemakaian beberapa teknik di pandang lebih menguntungkan dari pada hanya menggunakan satu teknik saja. Sedangkan dalam hal pendekatan, digunakan secara bervariasi antara pendekatan terkontrol dan pendekatan bebas. Kedua pendekatan ini dapat di berlakukan pada sejumlah teknik yang di kehendaki, misalnya:
(1)   Bebicara terpimpin:
·         Frase dan kalimat.
·         Satuan paragraf.
·         Dialog.
·         Pembaca puisi.
(2)   Berbicara semi – terpimpin:
·         Reproduksi cerita.
·         Cerita berantai.
·         Menyusun kalimat dalam pembicaraan.
·         Melaporkan isi bacaan secara lisan.
(3)   Berbicara bebas:
·         Diskusi.
·         Drama.
·         Wawancara.
·         Berpidato.
·         Bermain peran.
2.3 strategi pembelajran keterampilan membaca
            Keterampilan membaca pada umumnya di peroleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan satu ketrampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Di katakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat negara maju di tandai oleh telah berkembangnya budaya baca.
            Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Dengan demikian , kegiatan membaca bukanlah suatu kegiatan yang sederhana seperti apa yang di perkirakan banyak pihak sekarang ini. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang melibatkan prediksi, pengecekan skema, atau dekoding, akan tetapi juga merupakan interaksi grafofonik, sintaktik, semantik, dan skematik. Di samping itu, keterlibatan pembaca di dalam mencari arti dari teks yang ia baca mempengaruhinya pula.
            Pengajaran membaca harus memperhatikan kebiasaan cara berfikir teratur dan baik. Hal ini di sebabkan membaca sebagai proses yang sangat kompleks, dengan melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi, seperti ingatan pemikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah.
            Tes kemampuan membaca adalah sebuah tes keterampilan berbahasa yang di lakukan dalam pengajaran bahasa pertama maupun bahasa yang kedua (asing). Kemampuan membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang di ajarkan – dan karenanya juga bersekuensi di teskan, kepada pembelajar bahasa.
            Teknik yang paling umum dipakai adalah format bentuk tes pilihan ganda. Namun demikian , format tersebut sering dikritik karena jawaban benar dapat di peroleh lewat lebih dari satu cara, misalnya dengan cara menebak.
            Dengan demikian,proses pemilihan jawaban yang benar belum tentu mencerminkan proses yang terlibat sebagaimana dalam konteks membaca yang sebanarnya.
            Untuk mengatasi kritik tersebut, usaha pengukuran kemampuan berbahasa dapat ditempuh dengan mempergunakan lebih dari satu teknik.
2.4 Strategi pembelajaran keterampilan menulis
                        Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki pengusaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.
            Seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kedua keterampilan berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa. Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. 
            Dalam penggunaan bahasa sehari-hari, berbicara dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Banyak hal yang terjadi dan dialami oleh seorang pemakai bahasa yang perlu diungkapkan secara lisan kepada orang lain.
            Hal yang berbeda terjadi pada penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam mengungkapkan perasaan atau pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik dalam hal apa yang akan di ungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang perlu di ungkapkan dapat dipilih dan diungkapkan secara cermat dan disusun secara sistematis agar bila diungkapkan secara tertulis tulisantersebut mudah di pahami dengan tepat. Dalam pemilihan kata dan penyusunannya pun dapat diseleksi dengan cermat, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Jelaslah bahwa dalam menulis, unsur kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu dicermati, disamping pesan yang diungkapkan, yang merupakan inti dari hakikatnya dibagi bentuk penggunaan bahasa yang aktif  dan produktif. Hal ini secara jelas merupakan titik berat dalam seluruh tahap penyelenggaraan pengajaran, termasuk tes bahasanya.
            Tes jenis karangan merupakan jenis tes yang memiliki kriteria lompleks. Penilaian diberikan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam setiap karangan. Penilaian terhadap sebuah karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Bagaimanapun juga dan berapapun kadarnya, unsur subjektivitas penilai pasti berpengaruh.
            Nurgiyantoro (2001) berpendapat bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas, maksudnya adalah penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang di peroleh dari membaca karangan secara selintas.
Dalam kaitan dengan penilaian karangan, berikut ini beberapa kriterianya:
1.      Kualitas dan ruang lingkup isi;
2.      Organisasi dan penyajian isi;
3.      Komposisi
4.      Kohesi dan konherensi
5.      Gaya dan bentuk bahasa;
6.      Mekanik: tata bahasa, ejaan, dan tanda baca;
7.      Kerapian tulisan dan kebersihan; dan
8.      Respons efektif pengajar terhadap karya tulis.
Strategi pengajaran bahasa indonesia di tingkat SMA atau perguruan tinggihendaknya bertujuan bukan semata-mata untuk menghasilkan bahasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan dengan menggunakan sarana bahasa tulis secara tepat. Dengan kata lain , kegiatan menulis haruslah yang mungkin melibatkan unsur linguistik dan ekstra linguistik, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tidak saja berpikir bagaimana menggunakan bahasa secara tepat, melainkan juga memikirkan gagasan-gagasan apa yang akan ditemukan. Tugas tersebut berarti melatih peserta didik untuk mengkomunikasikan gagasannya.
Dibawah ini beberapa strategi pengajaran lisan yang dikemukakan oleh sunendar (2005)
5. strategi pengajaran lisan bahasa indonesia tingkat pemula dan menengah melalui gerakan tubuh ritmik.   
            Sejak beberapa tahun terakhir pengajaran bahasa indonesia tingkat dasar menengah lebih banyak menekankan pada aspek pengajaran lisan. Para peserta didik tingkat pemula seperti di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama seringkali tidak merasa siap. Alasan utamanya antara lain adalah karena malu mengungkapkan sesuatu secara terbuka, kurang berlatih dan terlatih, serta berbagai alasan lainnya.
            Secara umum, terutama pada sebuah kelas tingkat dasar, situasi pertemuan awal sering agak kaku dan kurang arah karena banyak diantara peserta didik yang belum saling mengenal. Oleh karen aitu perlu sebuah suasana yang mampu mencairkan kekakuan pada tahapan awal pertemuan.
            Beberapa teknik untuk membuat suasana kelas menjadi menyenangkan sekaligus mampu mencapai sasaran yang diinginkan amat diperlukan. Berikut ini beberapa teknik yang dimaksud.     



BAB III
PENUTUP
 3.1 Kesimpulan
Ø  Menyimak sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa sebenarnya merupakan aspek yang paling dominan didalam kegiatan sehari-hari.
Ø  Berbicara merupakan aspek keterampilan bahasa bukan hanya mengajar, bukan hanya keluarnya bunyi bahasa dari alat ucap,melainkan menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain melalui lisan.
Ø  Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Dengan demikian , kegiatan membaca bukanlah suatu kegiatan yang sederhana seperti apa yang di perkirakan banyak pihak sekarang ini. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang melibatkan prediksi, pengecekan skema, atau dekoding, akan tetapi juga merupakan interaksi grafofonik, sintaktik, semantik, dan skematik.
Ø  Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun.
            DAFTAR PUSTAKA
  Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan
Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang.
  Sunendar Dadang, wassidIskandar. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa.  Bandung: PT REMAJA ROSDA KARYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar