BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Proses pemerolehan
bahasa pertama dan kedua adalah berbeda pada usia tertentu. Perbedaan tersebut
lebih disebabkan tata bahasa gramatika universal sudah tidak bisa diakses lagi
pada usia tertentu. Beberapa peneliti mengatakan, terdapat proses kritis
di mana seorang pelajar mampu menguasai bahasa kedua dengan cepat. Periode
tersebut adalah antara 6 sampai 13 tahun. Lalu, beberapa peneiliti lainnya
mengungkapkan tata bahasa universal sudah tak bisa lagi diakses pada usia
remaja, namun bisa diakses lagi setelah menginjak usia dewasa. Sehingga,
orang dewasa lebih mudah menguasai bahasa kedua. Oleh karena itu, dalam makalah
ini kami membahas tentang Proses Pemerolehan Bahasa dan Pembelajaran Bahasa
Kedua.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1. Pengertian
pemerolehan bahasa
1.2.2. Ragam
pemerolehan bahasa
1.2.3. Peranan
bahasa pertama dalam pemerolehan bahasa kedua.
1.2.4. Pengajaran
bahasa kedua
1.2.5. Pengaruh
lingkungan kelas terhadap hasil belajar Bahasa kedua.
1.2.6. Pengaruh
lingkungan di luar kelas terhadap hasil belajar bahasa kedua.
1.2.7. Pengaruh
umur terhadap keberhasilan belajar bahasa kedua.
1.2.8. Faktor
sikap, minat, dan kebiasaan membaca dalam pembelajaran Bahasa.
1.3.Tujuan
Penulisan
1.3.1. Untuk
menjelaskan pengertian pemerolehan bahasa
1.3.2. Untuk
menjelaskan ragam pemerolehan bahasa
1.3.3. Untuk
menjelaskan peranan bahasa pertama dalam pemerolehan bahasa kedua.
1.3.4. Untuk
menjelaskan pengajaran bahasa kedua
1.3.5. Untuk
menjelaskan pengaruh lingkungan kelas terhadap hasil belajar Bahasa kedua.
1.3.6. Untuk
menjelaskan pengaruh lingkungan di luar kelas terhadap hasil belajar bahasa
kedua.
1.3.7. Untuk
menjelaskan pengaruh umur terhadap keberhasilan belajar bahasa kedua.
1.3.8. Faktor
sikap, minat, dan kebiasaan membaca dalam pembelajaran Bahasa
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan
bahasa diartikan sebagai periode seorang individu memperoleh bahasa atau
konstanta baru. Pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi
rumit antara aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial. Solbin
(dalam tarigan, 1988) mengemukakan bahwa setiap pendekatan modern
terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyataan bahwa bahasa dibangun
sejak semula oleh anak, memeafkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir yang
beraneka ragam dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan
sosial.
Pemerolehan
bahasa mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba tanpa disadari. Kebebasan
bahasa mulai sekitar usia satu tahun saat anak mulai menggunakan kata-kata
lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik untuk mencapai aneka tujuan
sosial mereka.
Berkaitan
dengan pemerolehan bahasa, setidaknya anak-anak memperoleh dan mempelajari
paling sedikit satu bahasa, kecuali anak-anak yang secara fisik mengalami
gangguan atau cacat. Menurut para ahli, anak akan mencapai tingkat penguaasan
bhasa orang dewasa dalam waktu 25 tahun. Selanjutnya anak selalu berusaha
menyempurnakan pemerolehannya dengan menambah penguasaan kosakata, mempertajam
pemahaman akan tatabahasa, dan lain-lain yang menyangkut seluk beluk bahasa
ini.
Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan bahasa seseorang, dalam hal ini anak, berikut
ini akan diketengahkan tahap-tahap perkembangan itu secara kronologis oleh
Mackey (1965).
Umur
3 bulan
Anak mulai
mengenal suara manusia ingatan yang sederhana mungkin sudah ada, tetapi belum
tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang dilihatnya; koordinasi
antara pengertian dan apa yang diucapkannya belum jelas. Anak mulai tersenyum
dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur.
Umur
6 bulan
Anak sudah mulai bisa membedakan
antara nada yang “halus” dan nada yang “kasar”. Dia mulai membuat vokal.
Umur
9 bulan
Anak mulai bereaksi terhadap
isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-macam suara dan tidak jarang kita bisa
mendengar kombinasi suara yang menurut orang dewasa suara yang aneh.
Umur 9 bulan
Anak
mulai membuat reaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan
bisa diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan
sesuatu.
Umur
18 bulan
Anak mulai
mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mencapai sekitar dua puluhan. Dalam tahap
ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak. Kalimat dengan
satu kata sudah digantinya dengan kalimat dengan dua kata.
Umur
2-3 tahun
Anak sudah bisa
memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosakatanya (baik yang pasif maupun
yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa mengutarakan isi
hatinya dengan kalimat sederhana.
Umur
4-5 tahun
Pemahaman anak makin mantap,
walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang menyangkut waktu (konsep waktu
belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosakata aktif bisa mencapai dua ribuan,
sedangkan yang pasif sudah makin banyak jumlahnya. Anak mulai berhitung dan
kalimat-kalimat yang agak rumit mulai digunakannya.
Umur
6-8 tahun
Tidak ada kesukaran
untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang dewasa sehari-hari. Mulai
belajar membaca dan aktivitas ini dengan sendirinya menambah perbendaharaan
katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat yang agak rumit dan B1 pada
dasarnya sudah dikuasainya sebagai alat untuk berkomunikasi.
2.2.Ragam
Pemerolehan Bahasa
Telah
disebutkan di atas mengenai hakikat pemerolehan bahasa. Sekarang perlu
diketahui ragam atau jenis-jenis pemerolehan bahasa. Taringan (1988)
menjelaskan bahwa ragam pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang:
a.
Berdasarkan
bentuk;
b.
Berdasarkan
urutan;
c.
Berdasarkan
jumlah;
d.
Berdasarkan
media;
e.
Berdasarkan
keaslian;
Pemerolehan
bahasa jika ditinjau dari segi bentuk adalah:
a.
Pemerolehan
bahasa pertama atau first language
acquisition;
b.
Pemerolehan
bahasa kedua atau second language acquisition;
c.
Pemerolehan
ulang atau re-acquisition.
Pemerolehan
bahasa berdasarkan urutan:
a. Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition;
b. Pemerolehan bahasa kedua atau second language
acquisition;
Pemerolehan bahasa ditinjau dari segi
jumlah:
a.
Pemerolehan satu
bahasa atau monolingual acquisition;
b.
Pemerolehan dua
bahasa atau bilingual acquisition;
Pemerolehan
bahasa ditinjau dari segi media:
a.
Pemerolehan
bahasa lisan atau oral language (speech) acquisition;
b.
Pemerolehan
bahasa tulis atau written language acquisition.
Pemerolehan
bahasa ditinjau dari segi keaslian atau keasingan:
a.
Pemerolehan
bahasa asli atau native language acquisition;
b.
Pemerolehan
bahasa asing atau foreign language acquisition.
Bila
ditinjau dari segi keserentakan atau keberurrutan (khususnya bagi pemerolehan
dua bahasa), pemerolehan bahasa terbagi menjadi berikut.
a.
Pemerolehan dua
bahasan serentak atau simultaneous acquisition;
b.
Pemerolehan dua
bahasa berurutan atau successive acquisition.
2.3.Peranan
Bahasa Pertama dalam Pemerolehan Bahasa kedua
Ada
beberapa pandangan yang menyatakan bahwa bahasa adalah hasil perilaku
stimulus-respons. Setiap perilaku di dalam bahasa adalah akibat adanya
stimulus. Dengan demikian, apabila peserta didik ingin memproduksi ajaran, ia
harus memperbanyak penerimaan stimulus. Rangsang yang berupa perilaku berbahasa
orang lain adalah sumber penerima aktivitas berbahasa seorang peserta didik.
Oleh karena itu, peran lingkungan sebagai sumber munculnya stimulus menjadi
dominan dan sangat penting dalam membanmtu proses pemerolehan bahasa baik untuk
pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua.
2.4.Pengajaran
Bahasa Kedua
Di
Indonesia pada umumnya bahasa Indonesia adalah bahasa kedua yang secara politis
juga berstatus sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan. Namun ada
juga bahasa resmi kedaerahan yaitu bahasa daerah yang diberi status sebagai
bahasa daerah yang boleh digunakan dalam situasi-situasi resmi di daerah
tertentu. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang bukan asli milik penduduk
suatu Negara, tetapi kehadirannya diperlukan dengan status tertentu.
Pengajaran
bahasa kedua di Indonesia secara formal dimulai ketika anak memasuki pendidikan
dasar dan ketika anak memasuki pendidikan menengah pada usia sekitar 13 tahun
untuk bahasa asing atau didaerah perkotaan dimulai pada usia 6-8 tahun.
Para
penganjar pendekatan linguistic kontrastif berpendirian bahwa penguasaan suatu
bahasa tidak lain dari pembentukan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan yang berasal
dari proses peniruan dalam masyarakat bahasa itu sendiri. Oleh karena itu,
untuk dapat menguasai bahasa kedua jalan yang paling tepat adalah dengan
latihan terus menerus.
2.5.Pengaruh
Lingkungan Kelas terhadap Hasil Belajar Bahasa Kedua
Lingkungan
kelas sebagai salah satu lingkungan belajar bahasa disadari benar mempunyai sumbangan
tertentu terhadap pemerolehan bahasa kedua, yaitu antara lain membuat peserta
didik lebih dapat bervariasi dalam menggunakan bahasanya secara lebih akurat
dilihat dari kebenaran kaidahnya, dan penyajian kaidah tata bahasa lebih dapat
memuaskan keinginan peserta didik dewasa yang tertarik pada penguasaan kaidah
atau aturan bahasa yang dipelajarinya.
Pengetahuan
yang diperoleh dari lingkungan ini bersifat disadari. Jadi pengetahuan sadar
akan kaidah-kaidah bahasa yang diberikan pengajar dikelas sementara dianggap
memiliki peranan yang sangat samar terhadap pemerolehan bahasa kedua, terutama
pada aspek urutan pemerolehannya.
2.6.Pengaruh
diluar Lingkungan Kelas terhadap Hasil Belajar Bahasa Kedua
Lingkungan
informal terjadi secara alami. Yang tergolomg lingkungan informal adalah bahasa
yang dipakai teman sebaya, bahasa pengasuh atau orangtua, bahasa yang dipakai
anggota kelompok penutur bahasa yang dipelajari, bahasa yang dipakai dimedia
cetak atau elektronika dan bahasa yang dipakai pengajar dalam proses
pembelajaran dikelas.
Sifat
khas lingkungan diluar kelas yang berpengaruh terhadap kecepatan belajar dan
kualitas hasil belajarnya dipengaruhi oleh empat faktor:
a. Sifat
kealamiahan bahasa sasaran
b. Cara
peserta didik dalam berkominaksi dalam bahasa kedua
c. Ketersediaan
model yang bisa dituru untuk berbahasa
d. Adanya lingkungan berbahasa yang bisa
mendukung komunikasi (ada banyak teman atau penutur yang memang sudah menguasai
bahasa kedua).
Lingkungan
diluar kelas mampu menjadi data masukan yang baik bagi peseta didik. Data
masukan ini bila telah mengalami pengendapan akan menjadi pengetahuan
linguistic yang berguna kelak sebagai alat komunikasi dalam bahasa kedua dan
sebagai alat untuk monitor. Lingkungan informal yang terpahami merupakan
lingkungan bahsa yang baik bagi peserta didik. Untuk itu maka pengajar
hendaknya memperhatikan ujarannya karena ujaran yang dipakai merupakan model
bagi siswa dalam belajar bahasa.
2.7.Pengaruh
Umur terhadap Keberhasilan Belajar Bahasa Kedua
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi belajr bahasa kedua. Faktor-faktor yang
datangnya dari individu dapat digolonkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor
dalam dan faktor luar. Yang termasuk faktor dalam antara lain umur, bakat,
kemampuan intelektual, minat kepribadian, keaktifan, dan lain-lain. Yang
tergolong faktor-faktor luar antara lain yang tercakup dalam situasi lingkungan
kelas atau lingkungan formal, dan lingkungan bahasa atau penutur bahasa asli.
2.8.Faktor
Sikap, Minat, dan Kebiasaan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa
Faktor
efektif sering diabaikan dalam pengukuran variabel tertentu, termasuk dalam
kebiasaan pengajaran bahasa. Arah penelitian bahasa yang seringkali menunjuk
faktor efektif sebagai salah satu faktor keberhasilan semakin kental dewasa
ini. Disamping faktor efektif, kebiasaan membaca menjadi alasan lain
keberhasilan pengajaran bahasa. Faktor kebiasaan ini secara tradisional telah
diutarakan oleh berbagai ahli dan praktisi pengajaran bahasa di dunia, baik di
dalam forum resmi pndiikan maupun dalam studi-studi informal. Tidak ada lagi
yang mempertanyakan urgensi kebiasaan membaca dalam pencapaian sebuah tujuan,
termasuk di dalamnya dalam konteks pengajaran bahasa.
a. Konsep
tentang sikap dalam pembelajaran bahasa
Secara historis, istilah sikap
digunakan pertama kali oleh Herbert Spence pada tahun 1862 yang pada saat itu
diartikan sebagai status mental seseorang. Pada tahun 1888, Lange menggunakan
istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan
kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba (Allen, Guy
& Edley dalam Azwar, 1995).
Struktur sikap terdiri atas tiga
komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, efktif, dan konatif.
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap. Komponen efktif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan beerperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Middlebrook (1974) merumuskan
ketiga komponen tersebut sbagai kepercayaan (belief), perasaan, dan prilaku dan
tindakan.
b. Konsep
tentang minat dalam pembelajaran bahasa
Minat merupakan salah satu faktor
yang cukup penting yang mempengaruhi kemampuan membaca. Minat adalah perpaduan
antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi
(Tampubolon, 1991). Sebagai contoh, seorang mungkin mempunyai minat untuk
membaca sebuah buku bacaan sastra, tetapi karena harganya mahal maka ia tidak
melaksanakannya.
Terdapat tiga batasan minat, yakni
(1) suatu sikap yang dapat mengikat perhatian seseorang ke arah objek tertentu
secara selektif, (2) suatu perasaan bahwa aktivitas dan kegemaran terhadap
objek tertentu sangat berharga bagi insividu, dan (3) bagian dari motivasi atau
kesiapan yang membawa tingkah laku ke suatu arah atau tujuan tertentu.
c. Konsep
tentang kebiasaan membaca dalam pembelajaran bahasa
Membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental.
Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat
diperoleh. Itulah motivasi pokok yang dapat memdorong tumbuhnya minat membaca.
Apabila minat ini sudah tumbu dan berkembang, dalam arti bahwa orang yang
bersangkutan sudah mulai suka membaca, maka kebiasaan membaca pun akan
berkembang (Tampubolon, 1991). Hal ini sejalan pula dengan pendapat surya
(1985) yang menyatakan bahwa minat merupakan dasar terbentuknya suatu
kebiasaan.
Surya (1985) juga mengemukakan bahwa kebiasaan
merupakan suatu cara individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk masa
tertentu. Tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan merupakan pola berpikir yang
cukup tinggi karena sifatnya yang relatif tetap.
Kebiasaan dapat dibentuk melalui dua cara, yakni (1)
dilakukan melalui pengulangan terhadap suatu kegiatan dengan cara yang sama dan
(2) dilakukan secara terencana dan lebih disengaja. Cara yang kedua ini
menunjukkan bahwa individu dengan sengaja melakukan perbuatan melalui cara-cara
tertentu sehingga terbentuk semacam pola sambutan yang bersifat otomatis.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik simpulan
bahwa kebiasaan adalah perilaku individu yang dilakukan secara otomatis, yang
ditandai oleh spontanitas, berulang-ulang, dan disertai dorongan atau minat.
Pasda hakikatnya kebiasaan bukan merupakan faktor
bawaan tetapi lebih banyak dipengaruhi faktor luar. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kebiasaan membaca, yaitu faktor budaya, kualitas pembelajaran,
kesukaan berbicara, kehadiran media elektronik yang menarik, dan tersedianya
buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Ø Pengertian
Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan
bahasa diartikan sebagai periode seorang individu memperoleh bahasa atau
konstanta baru. Pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi
rumit antara aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial. Solbin
(dalam tarigan, 1988) mengemukakan bahwa setiap pendekatan modern
terhadap pemerolehan bahasa akan menghadapi kenyataan bahwa bahasa dibangun
sejak semula oleh anak, memeafkan aneka kapasitas bawaan sejak lahir yang
beraneka ragam dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan
sosial.
Ø Ragam
Pemerolehan Bahasa
Telah
disebutkan di atas mengenai hakikat pemerolehan bahasa. Sekarang perlu
diketahui ragam atau jenis-jenis pemerolehan bahasa. Taringan (1988)
menjelaskan bahwa ragam pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang:
·
Berdasarkan
bentuk;
·
Berdasarkan
bentuk;
·
Berdasarkan
jumlah;
·
Berdasarkan
media;
·
Berdasarkan
keaslian;
Ø Peranan
Bahasa Pertama dalam Pemerolehan Bahasa kedua
Ada
beberapa pandangan yang menyatakan bahwa bahasa adalah hasil perilaku
stimulus-respons. Setiap perilaku di dalam bahasa adalah akibat adanya
stimulus. Dengan demikian, apabila peserta didik ingin memproduksi ujaran, ia
harus memperbanyak penerimaan stimulus. Rangsang yang berupa perilaku berbahasa
orang lain adalah sumber penerima aktivitas berbahasa seorang peserta didik.
Oleh karena itu, peran lingkungan sebagai sumber munculnya stimulus menjadi
dominan dan sangat penting dalam membanmtu proses pemerolehan bahasa baik untuk
pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Ø Pengajaran
Bahasa Kedua
Di
Indonesia pada umumnya bahasa Indonesia adalahbahasa kedua yang secara politis
juga berstatus sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan. Namun ada
juga bahasa resmi kedaerahan yaitu bahasa daerah yang diberi status sebagai
bahasa daerah yang boleh digunakan dalam situasi-situasi resmi di daerah
tertentu. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang bukan asli milik penduduk
suatu Negara, tetapi kehadirannya diperlukan dengan status tertentu.
Ø Pengaruh
Lingkungan Kelas terhadap Hasil Belajar Bahasa Kedua
Lingkungan
kelas sebagai salah satu lingkungan belajar bahasa disadari benar mempunyai
sumbangan tertentu terhadap pemerolehan bahasa kedua, yaitu antara lain membuat
peserta didik lebih dapat bervariasi dalam menggunakan bahasanya secara lebih
akurat dilihat dari kebenaran kaidahnya, dan penyajian kaidah tata bahasa lebih
dapat memuaskan keinginan peserta didik dewasa yang tertarik pada penguasaan
kaidah atau aturan bahasa yang dipelajarinya.
Ø Pengaruh
diluar Lingkungan Kelas terhadap Hasil Belajar Bahasa Kedua
Lingkungan
informal terjadi secara alami. Yang tergolomg lingkungan informal adalah bahasa
yang dipakai teman sebaya, bahasa pengasuh atau orangtua, bahasa yang dipakai
anggota kelompok penutur bahasa yang dipelajari, bahasa yang dipakai dimedia
cetak atau elektronika dan bahasa yang dipakai pengajar dalam proses
pembelajaran dikelas.
Ø Pengaruh
Umur terhadap Keberhasilan Belajar Bahasa Kedua
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi belajr bahasa kedua. Faktor-faktor yang datangnya
dari individu dapat digolonkan menjadi dua kelompok, yaitu fsktor dalam dan
faktor luar. Yang termasuk faktor luar antara lain umur, bakat, kemampuan
intelektual, minat kepribadian, keaktifan, dan lain-lain. Yang tergolong
faktor-faktor luar antara lain yang tercakup dalam situasi lingkungan kelas
atau lingkungan formal, dan lingkungan bahasa atau penutur bahasa asli.
Ø Faktor
Sikap, Minat, dan Kebiasaan Membaca dalam Pembelajaran Bahasa
Faktor
efektif sering diabaikan dalam pengukuran variabel tertentu, termasuk dalam
kebiasaan pengajaran bahasa. Arah penelitian bahasa yang seringkali menunjuk
faktor efektif sebagai salah satu faktor keberhasilan semakin kental dewasa
ini. Disamping faktor efektif, kebiasaan membaca menjadi alasan lain
keberhasilan pengajaran bahasa. Faktor kebiasaan ini secara tradisional telah
diutarakan oleh berbagai ahli dan praktisi pengajaran bahasa di dunia, baik di
dalam forum resmi pndiikan maupun dalam studi-studi informal. Tidak ada lagi
yang mempertanyakan urgensi kebiasaan membaca dalam pencapaian sebuah tujuan,
termasuk di dalamnya dalam konteks pengajaran bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandarwasit; Sunendar, Dadang .
2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar