BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
STRATEGI
Strategi bersal dari bahasa Yunani strategia yang
berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka
strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara mengatur posisi atau siasat berperang,
angkatan darat atau laut. Strategia dapat pula diartikansebagai suatu
keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua
(1989) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan menggunakan semua sumber daya
bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne (1974) starategi adalah kemampuan
internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berfikir
secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil
keputusan. Peserta didik akan mempunyai executive control, atau control tingkat
tinggi, yaitu analis yang tajam, tepat dan akurat. Sedangkan strategi secara
kognisi adalah sebagai proses bengan berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi
dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang.
O'Malley dan chamot (1990) mengemukakan pula bahwa strategi
adalah seperangkat alat yang berguna serta akatif, yang melibatkan individu
secara langsung untuk mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing. Strategi
sering dihubungkan dengan prestasi bahasa dan kecakapan dalam menggunakan
bahasa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa
strategi merupakan taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam
proses bahasa, sehingga peserta didik dapat berfikir dan dapat leluasa dalam
berfikir dan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya secara lebih mendalam
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Keseluruhan pengertian di atas merujuk pada aspek perencanaan
yang cermat, terukur, dan dipersiapkan melalui mekanisme yang benar.
B. PENGERTIAN
BELAJAR
Kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu
(KBBI, 1989). Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju
kearah yang lebih baik dengan cara sistematis.
Bruner mengemukakan proses belajar yang terdiri atas tiga
tahapan, yaitu tahapan informasi, transformasi, dan evaluasi. Yang dimaksud
dengan tahapan informasi adalah proses penjelasan, penguraian, atau pengarahan
menganai prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tahap
transformasi adalah proses peralihan atau perpindahan prinsip-prinsip struktur tadi kedalam diri peserta didik. Proses
transformasi dilakukan melalui informasi. Namun informasi itu harus dianalisis,
diubah, atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau
konseptual agar dapat digunakan dalam konteksyanglebih luas.
Teori belajar lain dikemukakan oleh Gagne yang menetapkan
proses belajar melalui analisis yang cermat dalam suatu kontribusi pengajaran.
Ia membuat kontribusi pengajaran berdasarkan gambaran varieties of change
(variasi perubahan). Yang dimaksud varieties ofchange adalah perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri anak didik. Perubahan-perubahan tersebut
dimaknai berdasarkan beberapa tingkatann besar.
Variasi perubahan itu dapat diamati melalui proses
tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku,
berturut-turut sebagai berikut.
a) Jawaban yang
khusus; suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses
stimulus (S)-respons (R). S adalah situasi yang memberi stimulus, sedangkan R
adalah respons atas stimulus tadi;
b) Untaian atau
rangkaian; suatu kegiatan belajar yangterjadi berdasarkan rentetan atau
rangkaian respons yang dihubung-hubungkan;
c) Perbedaan yang
beragam; prose belajar yang terjadi atas serangkaian respons yang khusus;
d) Penggolongan;
jenis belajar yang terjadi atas penggolongan suatu benda, keadaan, atau
perbuatan yang sesuai dengan situasi;
e) Menggunakan
urutan; suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan landasan
konsepnya;
f) Memecahkan
masalah; kemampuan berfikir, menganalis, dan memecahkan masalah.
Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku
pada peserta didik akibat adanya intraksi antara individu dan lingkungannya
melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh,
menyangkut aspek, kognitif, efektif, dan psikomotor.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat
diasimpulkan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajaer
sehingga proses pembelajarn dapat berlangsung secara efektif dean efisien.
Ada empat strategi dasar dalam proses pembelajaran:
a)
Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan;
b)
Memilih system pendekatan pembelajaran berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat;
c)
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadiakan pegangann
oleh pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnaya;
d)
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
atau kriteria serta standar keberhasialan sehingga dapat dijadikan umpan balik
untuk penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
C.
PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR
Starategi belajar dan tipe belajar
merupakan bidang garapan yang kini banyak menarik minat para pengkaji
pembelajaran bahasa kedua. Strategi belajar dipersepsi dan diartikan
berbeda-beda. Ada yang mengambarkan strategi belajar sebagai sifat, tingkah
laku yang tidak teramati, atau langkah nyata yang dapatdiamati (Huda, 1999).
Dari segi ruang lingkupnya, sebagian ahli beranggapan bahwa strategi belajar
hanya mencakup hal hal yang berkaitan dengan proses internalisasi system
bahasa; namun ada sebagian yang beranggapan bahwa strategi belajar juga
mencakup proses pemakaian bahasa untuk berkomunikasi.
Starategi belajar dapat
digambarkan sebagai alat tingkah laku.
Rubin melakukan kajian tentang perbedaan antara sifat-sifat pembelajarbahasa
yang berhasil dan sifat-sifat pembelajar bahasa yang tidak berhasil, sedangkan
Oxford mendenifisikan strategi belajar sebagai "tingkah laku atau tindakan
yang dipakai oleh pembelajar agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah,
dan menyenangkan". Pengertian yang dikemukakan oleh Oxford lebih bersifat
perbuatan yang dapat diamati walaupun pengertian tersebut dapt pula mencakup
tindakan kognitif yang tidak teramati.
Pengertian yang disajikan oleh brown menekankan konsep strategi belajar
sebagai tingkah laku yang tidak teramati di dalam diri pembelajar. Brown
membedakan antara strategi belajar (learning strategy) dan strategi
komunikasi (communication strategy). Strategi belajar berkaitan dengan
pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan (retrieval) masukan pemerolehan
bahasa, sedangkan strategi komunikasi berkenaan dengan keluaran pemerolehan
bahasa. Terminologi strategi belajar dan strategi komunikasi seringkali dipakai
untuk menyatakan konsep yang sama.
Dengan demikian, strategi
pembelajaran sifatnya sangat personal, berbeda dari satu individu lainnya
karena merupakan proses tidak tampak. Strategi pembelajaran hanya bias
diidentifikasi melalui manifestasi perilakunya.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau
pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tidak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu
pengajaran. Sedangkan yang dimaksud kemampuan mengelola proses pembelajaran
adalah kesanggupan atau kecakapan para pengajar dalm menciptakan suasana
komunikasi yang edukatif antara pengajar dengan peserta didik yang mecakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Semuanya berlangsung dalam upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan
tindak lanjutnya agar tercapai tujuan pengajaran.
Batasan lain memandang strategi
pembelajaran bahasa srbagai kegiatan
pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara
aspek-aspek komponen pembentuk sisten instruksional. Untuk mencapai itu
pengajar menggunakan pendekatan tertentu. Oleh karena system intruksional
merupakan kegiatan, maka pemikiran dan upaya konsentrasi aspek-aspek
komponennya tidak hanya sebelum pelaksanaan, tetapi juga pada saat
dilaksanakan. Hal itu berdasarkan pemikiran bahwa sebuah rancangan tidak slalu
tepat atau efektif pada saat dilakukan.
Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua demensi sekaligus. Pertama,
strategi mengajar pada dimensi perancangan, yang melibatkan semua aspek dan
komponen persiapan pengajaran. Kedua, strategi pembelajaran pada dimensi
pelaksanaan, yang meliputi semua teknis penyelenggaran pengajaran. Kedua tahap
tersebut tidak dapat di pisahkan karena tingkat pertautannya yang demikian
tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar