Rabu, 29 Juli 2015

Strategi belajar



BAB II
PEMBAHASAN
                                                                                                               

A.     PENGERTIAN STRATEGI
Strategi bersal dari bahasa Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara  mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. Strategia dapat pula diartikansebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1989) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.
Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne (1974) starategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berfikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan. Peserta didik akan mempunyai executive control, atau control tingkat tinggi, yaitu analis yang tajam, tepat dan akurat. Sedangkan strategi secara kognisi adalah sebagai proses bengan berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang.
O'Malley dan chamot (1990) mengemukakan pula bahwa strategi adalah seperangkat alat yang berguna serta akatif, yang melibatkan individu secara langsung untuk mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing. Strategi sering dihubungkan dengan prestasi bahasa dan kecakapan dalam menggunakan bahasa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa strategi merupakan taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses bahasa, sehingga peserta didik dapat berfikir dan dapat leluasa dalam berfikir dan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya secara lebih mendalam dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Keseluruhan pengertian di atas merujuk pada aspek perencanaan yang cermat, terukur, dan dipersiapkan melalui mekanisme yang benar.


B.      PENGERTIAN BELAJAR

Kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI, 1989). Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju kearah yang lebih baik dengan cara sistematis.
Bruner mengemukakan proses belajar yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahapan informasi, transformasi, dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahapan informasi adalah proses penjelasan, penguraian, atau pengarahan menganai prinsip-prinsip struktur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atau perpindahan prinsip-prinsip struktur  tadi kedalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Namun informasi itu harus dianalisis, diubah, atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan dalam konteksyanglebih luas.
Teori belajar lain dikemukakan oleh Gagne yang menetapkan proses belajar melalui analisis yang cermat dalam suatu kontribusi pengajaran. Ia membuat kontribusi pengajaran berdasarkan gambaran varieties of change (variasi perubahan). Yang dimaksud varieties ofchange adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri anak didik. Perubahan-perubahan tersebut dimaknai berdasarkan beberapa tingkatann besar.
Variasi perubahan itu dapat diamati melalui proses tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku, berturut-turut sebagai berikut.
a)      Jawaban yang khusus; suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses stimulus (S)-respons (R). S adalah situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respons atas stimulus tadi;
b)      Untaian atau rangkaian; suatu kegiatan belajar yangterjadi berdasarkan rentetan atau rangkaian respons yang dihubung-hubungkan;
c)      Perbedaan yang beragam; prose belajar yang terjadi atas serangkaian respons yang khusus;
d)      Penggolongan; jenis belajar yang terjadi atas penggolongan suatu benda, keadaan, atau perbuatan yang sesuai dengan situasi;
e)      Menggunakan urutan; suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan landasan konsepnya;
f)       Memecahkan masalah; kemampuan berfikir, menganalis, dan memecahkan masalah.
Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya intraksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek, kognitif, efektif, dan psikomotor.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat diasimpulkan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajaer sehingga proses pembelajarn dapat berlangsung secara efektif dean efisien.
Ada empat strategi dasar dalam proses pembelajaran:
a)      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan;
b)      Memilih system pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat;
c)      Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadiakan pegangann oleh pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnaya;
d)      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasialan sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan system instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
C.      PENGERTIAN STRATEGI BELAJAR

           Starategi belajar dan tipe belajar merupakan bidang garapan yang kini banyak menarik minat para pengkaji pembelajaran bahasa kedua. Strategi belajar dipersepsi dan diartikan berbeda-beda. Ada yang mengambarkan strategi belajar sebagai sifat, tingkah laku yang tidak teramati, atau langkah nyata yang dapatdiamati (Huda, 1999). Dari segi ruang lingkupnya, sebagian ahli beranggapan bahwa strategi belajar hanya mencakup hal hal yang berkaitan dengan proses internalisasi system bahasa; namun ada sebagian yang beranggapan bahwa strategi belajar juga mencakup proses pemakaian bahasa untuk berkomunikasi.
            Starategi belajar dapat digambarkan  sebagai alat tingkah laku. Rubin melakukan kajian tentang perbedaan antara sifat-sifat pembelajarbahasa yang berhasil dan sifat-sifat pembelajar bahasa yang tidak berhasil, sedangkan Oxford mendenifisikan strategi belajar sebagai "tingkah laku atau tindakan yang dipakai oleh pembelajar agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah, dan menyenangkan". Pengertian yang dikemukakan oleh Oxford lebih bersifat perbuatan yang dapat diamati walaupun pengertian tersebut dapt pula mencakup tindakan kognitif yang tidak teramati.
             Pengertian yang disajikan oleh brown menekankan konsep strategi belajar sebagai tingkah laku yang tidak teramati di dalam diri pembelajar. Brown membedakan antara strategi belajar (learning strategy) dan strategi komunikasi (communication strategy). Strategi belajar berkaitan dengan pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan (retrieval) masukan pemerolehan bahasa, sedangkan strategi komunikasi berkenaan dengan keluaran pemerolehan bahasa. Terminologi strategi belajar dan strategi komunikasi seringkali dipakai untuk menyatakan konsep yang sama.
           Dengan demikian, strategi pembelajaran sifatnya sangat personal, berbeda dari satu individu lainnya karena merupakan proses tidak tampak. Strategi pembelajaran hanya bias diidentifikasi melalui manifestasi perilakunya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tidak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran. Sedangkan yang dimaksud kemampuan mengelola proses pembelajaran adalah kesanggupan atau kecakapan para pengajar dalm menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara pengajar dengan peserta didik yang mecakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Semuanya berlangsung dalam upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjutnya agar tercapai tujuan pengajaran.
               Batasan lain memandang strategi pembelajaran bahasa srbagai  kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek komponen pembentuk sisten instruksional. Untuk mencapai itu pengajar menggunakan pendekatan tertentu. Oleh karena system intruksional merupakan kegiatan, maka pemikiran dan upaya konsentrasi aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum pelaksanaan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal itu berdasarkan pemikiran bahwa sebuah rancangan tidak slalu tepat atau efektif  pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua demensi sekaligus. Pertama, strategi mengajar pada dimensi perancangan, yang melibatkan semua aspek dan komponen persiapan pengajaran. Kedua, strategi pembelajaran pada dimensi pelaksanaan, yang meliputi semua teknis penyelenggaran pengajaran. Kedua tahap tersebut tidak dapat di pisahkan karena tingkat pertautannya yang demikian tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar